Gigit Ekor Sendiri, 5 Fakta Sindrom Hyperesthesia Kucing

Jangan self-harm, dong!

Kucing adalah hewan yang menggemaskan. Baik kucing peliharaan atau kucing jalanan, tingkahnya dan suara meong-nya yang menggemaskan sukses menarik hati siapa pun yang melihatnya. Dari segelintir tingkahnya yang konyol, pernahkah kamu lihat si Manis menyerang ekornya sendiri seperti ini:

https://www.youtube.com/embed/jBy3ZqDNFT4

Terlihat lucu dan menggelikan? Faktanya, kucing yang terlihat menyerang ekornya sendiri perlu ditangani. Kemungkinan besar, mereka mengidap sindrom hyperesthesia. Apa itu? Yuk, kenali fakta-fakta sindrom hyperesthesia pada kucing, agar si Mpus tidak self-harm lagi! 

1. Apa itu hyperesthesia pada kucing?

Gigit Ekor Sendiri, 5 Fakta Sindrom Hyperesthesia Kucinghyperesthesia pada kucing (cats.lovetoknow.com)

Sesuai namanya, hyperesthesia berarti "terlalu peka pada rangsangan". Saat kucing menderita hyperesthesia, mereka jadi terlalu peka pada rangsangan, terutama di bagian punggung bawah ke ekor dan tulang belakang. Jika disentuh, otot kucing akan berkontraksi dan kulitnya pun bak "tergulung" atau berkedut.

Kondisi ini juga disebut "rolling skin", neurodermatitis, neuritis, epilepsi psikomotorik, dan dermatitis pruritus. Karena banyaknya label yang diberikan untuk gangguan hyperesthesia, bisa disimpulkan bahwa kondisi ini memiliki lebih dari satu penyebab.

Hyperesthesia adalah kondisi yang langka. Malah, hyperesthesia sering kali adalah diagnosis eksklusi, setelah membandingkan temuan di sisi dermatologi, neurologi, dan perilaku. Jika kondisi dermatologi dan neurologi dikesampingkan, hyperesthesia dapat dikategorikan sebagai gangguan perilaku.

2. Gejala hyperesthesia pada kucing

Gigit Ekor Sendiri, 5 Fakta Sindrom Hyperesthesia Kucinghyperesthesia pada kucing (cats.lovetoknow.com)

Kulit yang berkedut atau "tergulung" adalah salah satu gejala utama hyperesthesia. Terkena sindrom ini, si Manis dapat menunjukkan berbagai perilaku aneh, sering kali serupa dengan yang terkait dengan epilepsi psikomotor, seperti:

  • Kucing sering menatap ekornya dengan pupil membesar/mydriasis (tanda mau menyerang)
  • Kucing tiba-tiba menyerang dirinya sendiri; menggigit ekor, punggung, samping, atau bagian tubuh lainnya
  • Kucing menjadi aktif dan rewel; biasanya ditandai berlarian di sekeliling rumah sambil mengeong keras, menggeram, atau mendesis
  • Beberapa kucing mungkin menunjukkan perilaku yang sangat berlawanan dari watak normalnya; kucing yang biasanya kalem akan berubah agresif
  • Ekor berkedut
  • Kejang otot
  • Mutilasi diri; menggigit bagian yang sensitif hingga terluka dan mencabut rambut
  • Muncul lesi di kulit lokasi hyperesthesia

Selain kulit yang berkedut atau "tergulung", saat area dengan hyperesthesia disentuh, kucing akan rewel, berliur, menggaruk/menggigit/menjilat punggung, panggul, atau ekor, hingga kencing. Mereka tiba-tiba jadi aktif selama 20-30 detik sampai akhirnya kembali normal.

Hyperesthesia dapat menyerang kucing di segala usia, ras, dan jenis kelamin. Tetapi, umumnya, kondisi ini terlihat pada kucing berusia 1-5 tahun dan pada ras SiamBurmesePersian, dan Abyssinian.

Baca Juga: 7 Ras Kucing Kontroversial, Diciptakan dari Mutasi yang Kejam

3. Penyebab hyperesthesia pada kucing

Gigit Ekor Sendiri, 5 Fakta Sindrom Hyperesthesia Kucingkucing yang agresif (wikimedia.org)

Umumnya, hyperesthesia dianggap sebagai gangguan perilaku kompulsif yang ditunjukkan dengan self-harm pada kucing. Salah satu penyebab hyperesthesia pada kucing adalah gangguan displacement.

Perilaku displacement biasanya dihasilkan oleh 2 perilaku bertentangan. Contoh, kucingmu ingin makan, tetapi kamu cegah. Atau, kamu memiliki dua kucing, dan saat salah satu kucingmu ingin makan, kucing yang dominan mencegahnya.

Karena insting kompetitif, lapar, dan takut menyebabkan kucing ingin melawan dan makan atau melarikan diri. Jadi, kucing malah meng-grooming dirinya sendiri, seperti menjilat atau menggigit diri. Namun, bila perilaku ini terus berlanjut, bahkan jika tidak ada faktor penyebab, kondisi inilah yang disebut perilaku kompulsif.

Pada kucing dengan hyperesthesia, faktor lingkungan juga dapat memicunya. Aktivitas neurotransmiter pada hyperesthesia yang paling umum terlibat adalah:

  • Dopamin: Peningkatan kadar dopamin dapat meningkatkan frekuensi perilaku kompulsif.
  • Serotonin: Kadar serotonin yang lebih tinggi mengurangi kejadian gangguan kompulsif, yang merupakan alasan untuk penggunaan Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) untuk mengobati hyperesthesia.

4. Diagnosis hyperesthesia pada kucing

Gigit Ekor Sendiri, 5 Fakta Sindrom Hyperesthesia KucingKucing yang sedang diperiksa dokter hewan. (pinterest.com)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, hyperesthesia biasanya adalah diagnosis eksklusi, yaitu dengan mengeliminasi penyebab lainnya. Diagnosis banding untuk hyperesthesia melibatkan empat bidang:

  • Dermatologi: Dermatitis alergi kutu, alergi makanan, atopi, dan dermatitis infeksius
  • Neurologis: Epilepsi, tumor otak, dan penyakit tulang belakang (penyakit cakram, neoplasia, mielitis menular)
  • Muskuloskeletal: Myositis dan miopati
  • Perilaku: Gangguan kompulsif dan perilaku displacement

Diagnosis untuk hyperesthesia mencakup pemeriksaan fisik dan neurologi, tes darah lengkap, urinalisis, dan pemindaian radiografi. Tergantung dari hasilnya, beberapa tes pun dilakukan, seperti:

  • Tes kulit
  • Biopsi kulit/otot
  • Kultur jamur
  • CT-scan/MRI tulang belakang dan tengkorak
  • Elektromiografi (EMG)
  • Uji makanan
  • Uji obat

5. Perawatan untuk hyperesthesia pada kucing

Gigit Ekor Sendiri, 5 Fakta Sindrom Hyperesthesia Kucingbermain dengan kucing (marthastewart.com)

Sayangnya, sindrom hyperesthesia pada kucing tidak ada obatnya. Tetapi, bukan berarti gangguan ini harus dibiarkan begitu saja. Program perawatan untuk hyperesthesia dibagi menjadi dua: terapi perilaku dan terapi obat. Biasanya, kedua terapi ini dikombinasikan untuk hasil maksimal.

Terapi perilaku ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan konsisten untuk si Manis. Sebagai majikan, kamu dapat melakukan hal-hal berikut agar kucing peliharaanmu tidak berperilaku kompulsif lagi:

  • Atur jadwal makan agar kucingmu tenang soal makanan.

  • Jaga konsistensi saat berinteraksi dengan kucing. Cobalah metode "perintah-respons-hadiah" untuk semua interaksi. Misalnya, kamu bisa memerintahkan kucing untuk duduk, dan saat kucing menurut, berikan camilan sebagai hadiah.

  • Luangkan sesi bermain reguler dan konsisten dengan menggunakan mainan yang memicu kucing agar aktif, seperti tongkat bulu.

  • Cegah situasi yang memicu perilaku kompulsif pada kucing. Ketika perilaku tersebut terjadi, arahkan perilaku kucing ke aktivitas yang lebih sesuai, seperti metode sebelumnya atau bermain.

  • Jangan hukum perilaku hyperesthesia karena malah akan meningkatkan konflik dan stres pada kucing, dan memperparah perilaku kompulsif.

Selain terapi perilaku, langkah-langkah ini juga bisa kamu pakai untuk mencegah perilaku kompulsif dan hyperesthesia pada kucing di kemudian hari.

Gigit Ekor Sendiri, 5 Fakta Sindrom Hyperesthesia Kucingmemberi obat pada kucing (hillspet.com)

Seperti yang dijelaskan, sejatinya, hyperesthesia dan perilaku kompulsif tidak ada obatnya. Jadi, sebelum memulai terapi obat, konsultasikan risiko dan manfaat obat tersebut dengan dokter hewan. Tiga jenis obat yang digunakan untuk hyperesthesia adalalah:

  • Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI): Efek samping SSRI meliputi sedasi, anoreksia, garang, muntah, diare, dan gangguan liver. Jangan kombinasikan SSRI dengan obat pemicu serotonin.

  • Antidepresan trisiklik (TCA): Efek samping TCA meliputi sedasi, efek antikolinergik, potensi aritmia pada kucing, dan lebih mudah terserang kejang.

  • Benzodiazepin: Karena kucing tak memiliki metabolit aktif, benzodiazepin amat disarankan dan dapat digabungkan dengan SSRI atau TCA. Efek samping benzodiazepin meliputi sedasi, ataksia, dan perubahan temperamen.

Mulai dengan dosis paling rendah, lalu tingkatkan hingga perilaku hyperesthesia pudar. Jika begitu, lanjutkan terapi selama 4-6 bulan dan kurangi dosis secara bertahap. Jika hyperesthesia kambuh, ulangi terapi.

Gigit Ekor Sendiri, 5 Fakta Sindrom Hyperesthesia KucingPixabay.com/skorchanov

Itulah beberapa fakta mengenai hyperesthesia pada kucing, dari definisi hingga perawatannya. Apakah saat ini kucing peliharaanmu tengah mengalami hal yang sama?

Karena penyebab pastinya tidak diketahui dan obatnya pun tidak ada, hyperesthesia dapat ditanggulangi dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk si Mpus. Ingat, jangan membuat si Manis stres, dan manjakan dia agar tidak berperilaku kompulsif!

Baca Juga: 10 Aroma Ini Dibenci Kucing, Bisa Jadi Senjata Usir Mereka

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya