10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museum

Mempertunjukkan hasil curian di masa lampau

Peperangan adalah hal lumrah pada zaman dulu, dan pemenangnya bebas untuk melakukan apa saja pada negeri jajahannya. Setelah menduduki negeri, selain membinasakan, penguasa juga menjarah harta benda satu negeri untuk menambah koleksinya atau sebagai harta tambahan di perbendaharaan mereka.

Sayangnya, seiring waktu, keberadaan peninggalan-peninggalan ini sebagian besar tidak diketahui. Tiba-tiba, sudah ada di museum lain saja. Bagaimana mereka mendapatkannya? Apakah... dicuri?! Ini yang masih jadi pertanyaan besar.

Kalaupun dicuri, toh mereka tetap dengan bangga memajangnya. Inilah 10 peninggalan di museum yang ternyata hasil curian namun tetap dipajang.

1. Pualam Parthenon/Elgin: Dicuri dari Yunani, dipajang di Inggris

10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museumekathimerini.com

Pualam Elgin adalah koleksi pahatan batu pualam yang dipahat oleh Feidias sebagai bagian dari kuil Parthenon dan Akropolis Athena di Yunani. Namun, saat Yunani di bawah jajahan Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke-19, wakil Britania Raya, Thomas Bruce, menyuruh bawahannya "mengambil" pualam Parthenon tersebut untuk diangkut ke Britania Raya. Proses pengambilannya memakan waktu 11 tahun, dari 1801 sampai 1812.

Tujuan Bruce yang juga adalah pangeran ke-7 Elgin adalah untuk mengamankan pualam Parthenon dari serangan Utsmaniyah. Namun, caranya tersebut ditentang baik oleh Yunani dan Britania Raya karena sama saja seperti "penjarahan"! Jadi, pada 1816, Bruce menjual pualam Parthenon ke Kerajaan Britania Raya dan dipajang di British Museum, London hingga saat ini.

Setelah merdeka pada 1832 hingga saat ini, Yunani terus berusaha mengembalikan pualam Parthenon. Namun, dengan dalih bahwa Yunani tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk pualam tersebut, pualam Parthenon tetap di tangan Britania Raya.

Pada 2009, Yunani telah membangun sebuah museum seharga 200 juta dolar AS seluas 20.000m² di dekat Akropolis. Namun, British Museum bersikeras tidak mau mengembalikan! British Museum sempat menawarkan untuk meminjamkan pualam Parthenon tersebut atas nama Britania Raya, namun ditolak mentah-mentah oleh Yunani.

2. Harta Karun Priam: Diambil dari Kesultanan Utsmaniyah, dipajang di Rusia

10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museumancient-origins.net

Pada 1870an, saat arkeolog Jerman, Heinrich Schliemann, tengah menggali di Hissarlik (sekarang Anatolia), ia menemukan harta karun peninggalan perang Troya! Seorang penggemar epos Yunani Kuno, Heinrich bukan hanya menemukan Troya (sekarang Turki), melainkan juga harta peninggalan raja Priam, dari perhiasan kepala, topeng, hingga perhiasan.

Akan tetapi, cara Heinrich ditentang oleh arkeolog lain karena dianggap mempermalukan nama arkeolog. Selain itu, Heinrich juga enggan tadinya enggan membagi hasilnya pada Kesultanan Utsmaniyah yang menguasai daerah tersebut. Akhirnya, Heinrich setuju untuk berbagi dengan kesultanan, asal ia diizinkan menggali lagi.

Harta karun tersebut itu dibawa ke Royal Museum of Berlin, Jerman, pada tahun 1881. Namun, setelah berakhirnya Perang Dunia II (PD2) dan pendudukan Berlin oleh Uni Soviet, artefak tersebut menghilang dan pemerintah Uni Soviet pun juga tak tahu menahu saat ditanya pada era Perang Dingin.

Tetapi, pada tahun 1994, terungkap bahwa mayoritas koleksi emas Priam telah jatuh ke Museum Pushkin, Rusia. Diminta dikembalikan, Rusia mengatakan bahwa menurut hukum, mereka berhak menyimpan harta tersebut setelah penaklukan Nazi Jerman pada 1945.

3. Gerbang Ishtar: Diangkut dari Irak, dipertunjukkan di Jerman

10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museumdiasp.org

Gerbang Ishtar adalah salah satu peninggalan bersejarah kebudayaan Babilonia kuno yang sekarang adalah Irak. Dibangun pada 575 SM oleh Raja Nebukadnezar II, Gerbang setinggi 15 meter ini dinamai berdasarkan dewi perang dan cinta Mesopotamia, Ishtar (Inanna). Gerbang Ishtar dibangun dengan batu bata biru yang dirangkai dalam mozaik yang memperlihatkan relief singa (dewi Ishtar), kerbau (dewa Adad), dan naga (dewa Marduk).

Antara tahun 1899 dan 1917, struktur utama Gerbang Ishtar diangkut ke Berlin oleh arkeolog Robert Koldewey dan didirikan kembali di Museum Pergamon hingga selesai pada 1930. Hingga saat ini, Gerbang Ishtar masih berada di Berlin.

Sempat berada di bawah kekuasaan Britania Raya selama PD1, peninggalan Mesopotamia di Irak dengan bebas dibawa ke Eropa. Namun, saat Irak merdeka pada 1932, mereka menginginkan peninggalan bersejarah tersebut kembali, salah satunya adalah Gerbang Ishtar. Tetap saja, Gerbang Ishtar masih ada di Museum Pergamon.

4. Batu Rosetta: Diambil dari Mesir, dibawa ke Inggris

10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museumpariscitytourguide.com

Batu Rosetta adalah prasasti berbahan dasar granodiorit yang bertuliskan tiga bahasa: hieroglif dan demotik Mesir serta Yunani Kuno. Batu Rosetta membantu sejarawan seluruh dunia memahami hieroglif Mesir dengan mengacu pada bahasa Yunani Kuno dan demotik Mesir.

Batu ini dinamai Rosetta karena ditemukan di daerah Rashid (Rosetta) oleh orang Prancis di tengah kampanye Prancis ke Mesir dan Suriah oleh Napoleon Bonaparte pada 1799. Dua tahun kemudian, Britania Raya merampas Batu Rosetta setelah mengalahkan pasukan Napoleon di Mesir. Sejak 1802 hingga sekarang, Batu Rosetta dipajang di British Museum.

Sejak 2003, Mesir menginginkan Batu Rosetta kembali. Bahkan, pada 2013, Mesir meminta British Museum untuk meminjamkan Batu Rosetta selama tiga bulan untuk pembukaan museum di Giza dan berjanji tidak akan merengek lagi. Namun, Britania Raya tidak mengindahkannya.

5. Hoa Hakananai’a: Diambil dari Pulau Paskah ke Inggris

10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museumtheguardian.com

Pulau Paskah (Rapa Nui) terkenal akan pahatan batu basal besar yang menyerupai orang bernama Moai yang dibuat dari abad ke-12 hingga abad ke-17. Selama 500 tahun tersebut, jumlah Moai di Pulau Paskah bertambah hingga 900!

Salah satu Moai yang terbaik adalah Hoa Hakananai’a yang konon katanya dibuat pada abad ke-11. Namun, pada 1869, Hoa Hakananai’a dibawa ke Inggris untuk dipersembahkan pada Ratu Victoria dan dipajang di British Museum. Ironisnya, Hoa Hakananai’a memiliki arti "teman curian".

Namun, moai Hoa Hakananai’a tidak hanya berfungsi sebagai patung. Rakyat Rapa Nui percaya Hoa Hakananai’a adalah "rumah" leluhur mereka. Jadi, pada 2018, gubernur Rapa Nui, Laura Alarcón Rapu, telah meminta British Museum untuk memulangkan Hoa Hakananai'a. British Museum baru setuju untuk "meminjamkan".

Baca Juga: Dari Komputer hingga Prajurit, Ini 8 Artefak Paling Mencengangkan

6. Perisai Gweagal: Diambil dari Australia, dipajang di Inggris

10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museumnaroomanewsonline.com

Saat penjelajah Britania Raya, James Cook, mendarat di Botany Bay (Australia) pada 1770, ia tidak disambut dengan ramah oleh penduduk asli. Didatangi dengan senjata dan perisai, James dan kawan-kawan terpaksa harus menggunakan senapan. Takut, para penduduk asli pun meninggalkan peralatan mereka, salah satunya adalah perisai Gweagal.

Kemudian, James Cook membawa serta perisai milik klan Gweagal tersebut kembali ke Britania Raya. Hingga saat ini, perisai Gweagal masih dipajang di British Museum.

Pada 2016, Rodney Kelly yang mengaku sebagai keturunan klan Gweagal meminta British Museum untuk mengembalikan perisai tersebut. Ia terus mendatangi British Museum untuk mendapatkan kembali apa yang menjadi pusakanya.

Namun, Undang-Undang British Museum 1963 tidak mengizinkan pengembalian secara permanen, sehingga kemungkinan besar perisai tersebut akan dipinjamkan oleh British Museum.

7. Berlian Koh-i-Noor: Diambil di India, dipajang di Inggris

10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museumupload.wikimedia.org

Sebelum penemuan berlian pada 1725 di Brazil, India dikenal sebagai satu-satunya sumber berlian terbaik di dunia. Salah satu berlian yang terkenal adalah Koh-i-Noor milik Dinasti Kakatiya dan bagian dari Takhta Merak kekaisaran Mughal.

Dari 793 karat saat ditambang dari Kollur, berlian Koh-i-Noor kemudian terus dipotong hingga menjadi 105,6 karat saat diangkut ke Britania Raya pada 1849 dan menjadi salah satu perhiasan mahkota Britania Raya sampai sekarang. Hal tersebut mengacu pada perjanjian India dan Britania Raya antara Maharaja Duleep Singh (yang baru 11 tahun pada saat itu) dengan Ratu Victoria.

Hingga saat ini, tiga negara memperebutkan Koh-i-Noor dari Britania Raya: India, Pakistan, dan Afghanistan. Britania Raya berencana memotong Koh-i-Noor menjadi 4 dan membaginya, namun tidak disetujui oleh pihak-pihak lain.

8. Patung dada Nefertiti: Diambil dari Mesir, dipertunjukkan di Jerman

10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museumwikipedia.org

Tak lekang oleh waktu, patung dada Nefertiti dari Mesir tidak terlihat kehilangan kualitasnya. Terbuat dari batu gamping, gipsum, dan lilin pada 1340 SM di Mesir, patung dada Nefertiti tetap terlihat sama seperti pembuatannya dulu saat digali oleh arkeolog Jerman, Ludwig Borchardt, pada 1912. Saat ini, patung Nefertiti dipajang di Museum Neues, Berlin.

Akan tetapi, sejak diperlihatkan pada 1924, Mesir telah meminta Jerman untuk mengembalikan patung Nefertiti, dari ancaman hingga tawaran barter. Namun, Jerman tetap tidak setuju untuk mengembalikannya, karena memiliki dokumen yang sah untuk membawa patung Nefertiti ke Jerman.

9. Harta Karun Kumluca: Diambil dari Turki, dipajang di Amerika Serikat

10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museumwikipedia.org

Jika dari tadi benua Eropa terus yang mempertunjukkan, kali ini Amerika Serikat (AS) ingin menunjukkan koleksinya juga, harta karun Kumluca dari Turki. Bernama asli harta karun Sion, harta karun ini terdiri dari lebih dari 50 koleksi peralatan keagamaan perak, dari salib hingga piring.

Kenapa dinamai Kumluca? Itu karena harta karun ini ditemukan di Kumluca, Turki pada 1963 sebelum dibawa pulang ke AS.

Namun, berdasarkan Undang-Undang Utsmaniyah 1906, seluruh peninggalan sejarah yang ditemukan di Turki resmi jadi milik negara. Sayangnya, hukum ini tidak menjelaskan apakah pemerintah Turki modern bisa menggunakan hukum ini untuk mengembalikan harta karun Kumluca.

Hingga saat ini, pertunjukan harta karun Kumluca terbagi-bagi di AS dan Turki. Di AS, harta karun ini dipertunjukkan di Getty Museum, Cleveland Museum of Art, Metropolitan Museum of Art, dan Dumbarton Oaks Research Library and Collection. Sementara, di Turki, harta karun ini dipertunjukkan di Museum Antalya.

Sejak 1970, pemerintah Turki terus meminta AS mengembalikan harta karun Kumluca. Namun, pada 2012, Dumbarton Oaks menyatakan bahwa mereka memiliki hak legal untuk menyimpan harta karun Kumluca!

10. Patung Nelayan Tua dari Afrodisias: Diambil dari Turki, dipajang di Jerman

10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museummetmuseum.org

Dibuat pada 200 SM, badan patung pualam yang menggambarkan lelahnya nelayan tua sehabis melaut ini ditemukan kembali pada 1904 oleh arkeolog amatir Prancis, Paul Gaudin, yang tengah menggali di Afrodisias (sekarang adalah Turki). Keturunan Paul Gaudin kemudian menjual patung tersebut ke Museum Pergamon, Jerman.

Namun, pada 1989, sebuah penggalian di Afrodisias menghasilkan kepala patung nelayan tua tersebut yang tentu saja langsung menjadi milik pemerintah Turki. Untuk mengakalinya, Museum Pergamon membuat kepala sang nelayan tua dari turap.

Meskipun Turki terus membujuk untuk mengembalikan patung nelayan tua, Berlin tetap bersikeras menyimpan patung tersebut. Hingga saat ini, patung nelayan tua tersebut dipertunjukkan di 2 museum Berlin: Pergamon dan Altes.

10 Artefak Bersejarah Hasil Curian yang Dipampang Museumwikipedia.org

Sering kali, peninggalan bersejarah yang mahal dan tak terkira harganya membuat satu pemerintahan enggan untuk mengembalikan ke negara asalnya. Meskipun sudah memiliki dasar hukum yang kuat, mereka tetap bersikeras mempertahankannya karena merasa sudah bersusah payah menggalinya dan menyediakan fasilitas terbaik.

Itulah 10 peninggalan sejarah yang dirampas dan dipertunjukkan dengan bebas di negara lain. Beberapa memang secara sah dirampas; yang lain? Ternyata hasil "pengambilan" tanpa izin.

Menurutmu, apakah peninggalan-peninggalan tersebut harus dikembalikan? Atau, biarkan saja negara-negara yang lebih maju yang merawatnya?

Baca Juga: Dianggap Pencurian, 10 Artefak yang Dipajang di Museum Negara Lain

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya