5 Masa Tersulit Sepanjang Sejarah, Mari Melihat ke Belakang Sejenak

Bersyukurlah tidak terlahir di masa-masa ini!

Hai, guys and girls! Bagaimana tahun 2020? Mengasyikkan?

"Apaan!? Idola saya meninggal dunia, terus rencana liburan batal gara-gara COVID-19. 2020 is not my year!"

Calm down. Memang, 2020 sudah memberikan banyak masalah dan ini belum pertengahan tahun! Dunia tengah berjibaku melawan pandemik penyakit virus corona baru (COVID-19) dan kematian sejumlah figur publik secara tiba-tiba membuat banyak orang semakin sedih.

Tetapi, bersyukurlah! Setidaknya, kamu tidak dilahirkan di masa-masa berikut ini.

1. Tahun 410 - 476: Jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat

5 Masa Tersulit Sepanjang Sejarah, Mari Melihat ke Belakang Sejenakhistorytoday.com

Di satu waktu, salah satu kerajaan terbesar sepanjang sejarah, Kekaisaran Romawi Barat, terbentang 2 juta km dari Selat Gibraltar hingga Iran masa kini. Masa-masa yang indah untuk menjalani hari bukan? Setidaknya, masa-masa indah tersebut bertahan hingga abad ke-5.

Pada tahun 410, kaum Visigoth di bawah pemerintahan Raja Alarik I menjarah kota Roma. Saat itu, ibukota Kekaisaran Romawi Barat berada di Mediolanum. Pada saat tersebut, rumah dan bangunan bersejarah dihancurkan dan dibakar, seluruh harta penduduk Roma dijarah, hingga beberapa penduduknya dianiaya dan dijual sebagai budak.

Menabur garam pada luka, Kekaisaran Romawi Barat kehilangan kendali atas Britania Raya pada 410 karena kekurangan sumber daya. Kekaisaran tersebut pun harus kehilangan kendali atas Spanyol dan Afrika Utara bersamaan pada 430.

Akhirnya, pada Pertempuran Ravenna, ibukota Kekaisaran Romawi Barat, tahun 476, Kerajaan Romawi Barat di bawah kepemimpinan Romulus Augustulus takluk dari Raja Odoacer. Tahun tersebut menandakan jatuhnya Roma karena Odoacer menjadi raja Italia pertama dari luar Italia. Demikian, Kekaisaran Romawi Barat jatuh sepenuhnya.

2. Tahun 1467 – 1615: Zaman Sengoku di Jepang

5 Masa Tersulit Sepanjang Sejarah, Mari Melihat ke Belakang Sejenakwikipedia.org

Zaman Sengoku di Jepang adalah sejarah terpenting untuk Negeri Sakura. Berjalan lebih dari satu abad, kebudayaan Jepang masa kini berakar dari Zaman Sengoku yang lekat dengan perubahan politik dan peperangan yang berkecamuk. Meskipun terlihat indah di lukisan ukiyo, Zaman Sengoku di Jepang bukanlah masa yang indah.

Zaman Sengoku mulai pada 1467 lewat Perang Onin yang menandakan kejatuhan Keshogunan Ashikaga (Muromachi). Di masa ini, banyak daimyo terkenal yang saling bertempur untuk wilayah-wilayah Jepang. Daimyo-daimyo tersebut adalah Tokugawa Ieyasu, Nobunaga Oda, dan Hideyoshi Toyotomi.

Oda bermimpi untuk menyatukan Jepang, dan gagal setelah wafat pada 1582. Akhirnya, Toyotomi melanjutkan visi Oda - namun lebih "lunak" dan cerdik - dan berhasil. Namun, ia terbunuh saat ingin menjajah Korea pada 1598.

Pada 1600, Tokugawa Ieyasu berhasil meraih posisi tertinggi setelah menaklukkan Toyotomi Hideyori di Pertempuran Sekigahara. Akhirnya, pada 1615, keturunan Toyotomi dihapuskan oleh Tokugawa, mengakhiri Zaman Sengoku dan memulai zaman Keshogunan Tokugawa hingga pertengahan abad ke-19.

Pertempuran-pertempuran besar seperti Pemberontakan Kaga hingga Pertempuran Sekigahara membuat masyarakat Jepang yang hidup saat itu harus berjaga-jaga. Sewaktu-waktu, pasukan dari daerah Jepang lain bisa datang dan menjarah daerah mereka.

Belum lagi, masyarakat Jepang saat itu terjebak di tengah pertempuran besar yang menuliskan sejarah Jepang (sekaligus menginspirasi anime "Sengoku Basara").

Pada zaman yang penuh pertempuran ini, moral pun ditinggalkan oleh beberapa masyarakat Jepang. Alhasil, kejahatan di mana-mana, dan beberapa samurai pun menebas orang sembarangan untuk memamerkan kuasanya.

Baca Juga: Sejarah Awal Mula Drive Thru, Ini 7 Fakta Perkembangannya hingga Kini

3. Tahun 1942: Hujan bom saat Perang Dunia II

5 Masa Tersulit Sepanjang Sejarah, Mari Melihat ke Belakang Sejenakjapanairraids.org

Berjalan selama enam tahun, Perang Dunia II (PD II) adalah perang terburuk dan paling "berdarah" dalam sejarah peradaban dunia. Dari deskripsi begitu saja, kamu sudah dapat menebak kalau hidup di zaman PD II bukanlah masa yang kamu mau. Apalagi, jika kamu berasal dari negara-negara Blok Poros (Jerman, Jepang, dan Italia).

Dikarenakan harus melawan Blok Sekutu (Britania Raya, Amerika Serikat, Prancis, dan Tiongkok), maka ketiga negara tersebut harus siap-siap menghadapi serangan besar dari "The Big Four".

Pada 1945, PD II dinyatakan berakhir setelah Blok Poros menderita kekalahan besar. Salah satu yang terbesar adalah dua prefektur Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, "dihadiahi" bom atom oleh AS. Meskipun dua bom atom tersebut adalah yang paling diingat oleh dunia, masyarakat Jepang - khususnya Tokyo - memiliki trauma sendiri pada 1942 hingga 1945.

AS melancarkan serangan udara skala kecil ke daerah Tokyo tersebut pada 1942, dinamakan "Doolittle Raid". Serangan tersebut berlanjut hingga 1945.

Kalau kamu membaca atau menonton manga dan anime Jepang bertema horor, beberapa cerita seramnya - paling terkenal hantu toilet Hanako-san - berasal dari saat-saat serangan udara ini.

Hingga saat ini, pengeboman Tokyo adalah insiden serangan pengemboman yang paling parah dalam sejarah. Beberapa wafat di jalan, dan beberapa wafat karena terjebak dan tidak bisa menyelamatkan diri. Sekiranya, lebih dari 100 ribu jiwa hangus oleh bom udara tersebut dan lebih dari 1 juta orang kehilangan tempat tinggalnya!

4. Tahun 1918 - 1919: Pandemik Flu Spanyol

5 Masa Tersulit Sepanjang Sejarah, Mari Melihat ke Belakang Sejenakhistory.com

Dunia mungkin bernapas lega pada 1918 setelah berakhirnya Perang Dunia I (PD I). Akan tetapi, setelahnya, ternyata alam ingin memulihkan dirinya. Caranya, dengan memulai sebuah pandemik, yaitu Flu Spanyol. Melihat keadaan pandemik COVID-19 saat ini, hidup di zaman ini sudah pasti adalah salah satu yang terburuk.

Pada saat itu, untuk mempertahankan semangat masyarakat, dunia meminimalisir pemberitaan Flu Spanyol. Jika diberitakan, maka jumlah kematian akibat Flu Spanyol saat itu sekitar 17 hingga lebih dari 50 juta jiwa. Jumlah tersebut lebih dari angka kematian akibat PD I, yang sekitar 17 hingga 22 juta jiwa.

Sekitar sepertiga populasi dunia terinfeksi oleh virus yang menyebabkan Flu Spanyol, yaitu H1N1. Meskipun dianggap hanya mematikan bagi bayi dan kaum manusia lanjut usia (manula), H1N1 ternyata berbahaya bagi orang dewasa muda karena dapat menyebabkan sindrom pelepasan sitokin (CRS) yang melemahkan sistem imun mereka.

Saat itu, masker N95 dan pemeriksaan kesehatan berteknologi tinggi masih hal yang amat asing. Ditambah lagi karena PD I menyebabkan kelaparan, rumah sakit yang penuh, dan kebersihan yang minim, Flu Spanyol dengan mudah merajalela.

Mengambil hikmah dari pandemik Flu Spanyol, alangkah baiknya di masa pandemik COVID-19 ini, kamu mulai membiasakan menjaga kebersihan diri, tetap tinggal di rumah, dan mendengarkan anjuran pemerintah sebelum siap untuk beraktivitas kembali di luar.

5. Tahun 1815: Erupsi Gunung Tambora di Indonesia

5 Masa Tersulit Sepanjang Sejarah, Mari Melihat ke Belakang SejenakWikimedia Commons/Jialiang Gao

Jika empat masa tadi berasal dari mancanegara, masa yang satu ini muncul di Indonesia. Terjadi di masa penjajahan Belanda, Gunung Tambora di Sumbawa, NTT, meletus pada 1815. Meskipun meletus di Indonesia, efeknya menjalar hampir ke seluruh dunia, lho!

Percayalah, hidup di masa ini, ditambah di bawah penjajahan Belanda, bukanlah hal yang mudah.

Walaupun 68 tahun kemudian Gunung Krakatau meletus juga, ternyata letusannya tidak mengalahkan kedahsyatan Tambora. Dari Sumbawa, guruh di Gunung Tambora terdengar hingga pulau Sumatra! Tidak heran, dunia menganggap letusan Tambora sebagai letusan terdahsyat sepanjang 10 ribu tahun terakhir.

Sekitar 11 ribu jiwa melayang karena letusan Tambora, sementara lebih dari 71 ribu meninggal dikarenakan pencemaran dan kelaparan yang diakibatkan oleh letusan Tambora. Belum lagi jika dihitung dengan korban di bagian daerah lain yang kena efek sekundernya.

Selain itu, anomali iklim terjadi setelah letusan Gunung Tambora. Hal tersebut dikarenakan substansi sulfur yang terlempar ke lapisan stratosfer Bumi. Akibatnya, sinar matahari tertutup dan suhu udara dunia menurun hingga 0,7°C. Oleh karena itu, tahun 1816 dikatakan sebagai "tahun tanpa musim panas".

Anomali iklim tersebut membuat gagal panen di mana-mana, dan wabah melanda ternak. Akibatnya, harga pangan naik dan kelaparan melanda kaum miskin, serta demonstrasi dan penjarahan di benua Eropa. Krisis pangan pada 1816 adalah yang terburuk di abad ke-19.

Itulah masa-masa tersulit sepanjang sejarah. Apakah kamu sudah merasa sedikit lega masih berada di zaman modern ini? Semoga pandemik COVID-19 segera berakhir, ya!

"Amin!"

Baca Juga: 10 Penyakit Pandemik Paling Mematikan dalam Sejarah, Jangan Ada Lagi

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya