10 Pidato Bersejarah Ini akan Bikin Semangatmu Membara

Meskipun sulit, terus semangat dalam menjalani hidup

Kamu baru dimarahi bos, gagal mengerjakan tugas, atau mengalami hari yang buruk? Tenang, kamu tidak sendirian! Dalam hidup, tidak mungkin semua hal berjalan seperti yang kita mau. Ada pasang dan surut, di atas dan di bawah, dan ada saatnya "mentari" dan badai" menerpa hidup kita.

Pertanyaannya, apakah respons kita saat hal itu terjadi? Apakah kita akan tetap meringkuk di bawah kesedihan, atau mencoba bangkit untuk meraih hal-hal yang ada di depan kita? Tentu saja, meraih hal yang ada di depan kita! Untuk mengobarkan semangatmu, inilah beberapa pidato bersejarah yang mengobarkan hati mereka yang mendengarnya.

1. Gettysburg Address (1963) - Presiden Abraham Lincoln

https://www.youtube.com/embed/BvA0J_2ZpIQ

Untuk mengenang lebih dari 8.000 tentara Uni Amerika Serikat yang wafat saat Pertempuran Gettysburg pada 1-3 Juli 1863, Presiden ke-16 AS, Abraham Lincoln menyiapkan pidato singkat sepanjang 271 kata (3 menit) pada 19 November 1863. Siapa kira pidato singkat tersebut menjadi salah satu yang paling bersejarah di AS?

Memulai pidatonya dengan mengenang Deklarasi Kemerdekaan Amerika pada 87 tahun yang lalu, Presiden Lincoln menekankan bahwa Perang Saudara AS (1861-1865) adalah sebuah ujian. Ia pun menegaskan bahwa mereka yang wafat dalam pertempuran Gettysburg menjadi pondasi bagi demokrasi yang kita kenal sekarang ini: dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

"Kiranya, dari jasa mereka yang telah wafat ini, pengabdian kita semakin bertambah menuju tujuan yang mereka emban sampai saat terakhir. Bahwasanya, kami percaya mereka yang telah gugur tak akan gugur dengan sia-sia. Bangsa ini, di bawah pimpinan Tuhan Yang Maha Esa, akan menghidupi makna kemerdekaan yang baru. Dan, bahwasanya, pemerintahan rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, tidak akan binasa dari bumi."

2. The Luckiest Man (1938) - Lou Gehrig

https://www.youtube.com/embed/nNLKPaThYkE

Pada Juni 1939, dunia baseball AS gempar saat mengetahui "Kuda Besi" dari New York Yankees, Lou Gehrig, didiagnosis menderita amyotrophic lateral sclerosis (ALS) yang hingga saat ini dikenal sebagai Penyakit Lou Gehrig. Sontak, New York Yankees langsung mengumumkan upacara perpisahan untuk Lou Gehrig.

Pada 4 Juli 1939, Lou Gehrig tampil di Yankee Stadium di hadapan para fans dan mengutarakan "Pidato Gettysburg" ala baseball yang menggetarkan hati. Terkena penyakit yang tak memiliki obat, Lou lebih memilih bersyukur bisa berbuat banyak untuk New York Yankees dan atas hidup yang ia jalani. Berikut penggalan pidato perpisahan Lou Gehrig,

"Selama dua minggu terakhir, kalian mungkin telah membaca berbagai kabar yang buruk... Hari ini, saya menganggap diri saya sebagai orang paling beruntung di muka Bumi... Saat kalian melihat sekelilingmu, bukankah sebuah kehormatan untuk bisa berdiri dengan para pria tampan berseragam seperti yang sekarang berdiri saat ini di lapangan ini?... Saya mungkin mendapat takdir yang buruk, tetapi saya masih punya banyak hal untuk disyukuri. Terima kasih."

Pidato tersebut membuat para penonton berdiri dan bertepuk tangan selama 2 menit penuh. Tak kuasa menahan air mata, Lou terlihat goyah saat berpamitan keluar lapangan. Hingga hari ini, New York Yankees memperingati 4 Juli sebagai "Hari Mengenang Lou Gehrig".

3. We Shall Fight on the Beaches (1940) - PM Winston Churchill

https://www.youtube.com/embed/MkTw3_PmKtc

Seiring dengan tumbuhnya dominasi Blok Poros Nazi Jerman dan Italia pada benua Eropa di masa Perang Dunia II (PD2), Inggris, sebagai salah satu kekuatan Sekutu menentang Blok Poros, terpojok dalam Pertempuran Prancis (10 Mei - 25 Juni 1940).

Dimulai tepat di hari pelantikannya, Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, diberi beban berat untuk memotivasi rakyat, pemerintah, dan militer Inggris untuk tidak menyerah. Dari tiga rangkaian pidatonya, pidato terakhir di Dewan Rakyat Inggris pada 4 Juni inilah yang paling memorable, meskipun Blok Poros yang menang atas Prancis.

"Kami akan terus maju hingga akhir. Kami akan bertarung di Prancis, kami akan berperang di lautan dan samudra, kami akan bertarung di udara dengan kepercayaan diri dan kekuatan yang semakin besar. Kami akan mempertahankan daratan ini, bagaimana pun caranya. Kami akan bertempur di pesisir pantai dan kami akan bertarung di lapangan pacu. Kami akan bertarung di ladang dan di jalanan, kami akan bertarung di perbukitan; kami tidak akan pernah menyerah!"

4. Menjelang Pertempuran Surabaya (1945) - Sutomo/Bung Tomo

https://www.youtube.com/embed/5dZC2l0RPN8

Karena kekosongan kekuasaan setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Belanda mencoba menguasai Indonesia lagi dengan mengibarkan benderanya di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit), Surabaya, Jawa Timur. Sontak, rakyat Indonesia bertindak dengan merobek bendera Belanda jadi Merah Putih, dan konflik pun tersulut.

Setelah wafatnya komandan militer Inggris, Brigadir A. W. S. Mallaby, pada pertempuran 30 Oktober, pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum pada 10 November agar rakyat Indonesia yang bersenjata menyerahkan diri dan senjatanya yang mereka rampas dari Jepang.

Menganggap hal tersebut adalah penghinaan, Sutomo atau Bung Tomo menggunakan siaran radio pada 10 November 1945 untuk mengobarkan semangat juang rakyat Indonesia di Surabaya, dan tidak menyerah untuk mempertahankan Sang Saka Merah Putih meskipun digempur 30.000 pasukan Inggris!

"Dan, untuk kita saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur, daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: 'Merdeka atau Mati'! Dan, kita yakin, saudara-saudara, pada akhirnya, pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita, sebab Allah selalu berada di pihak yang benar!"

Melihat semangat juang rakyat Indonesia akan kemerdekaannya, dukungan pun membanjiri Tanah Air, hingga dari luar negeri. Mengenang belasan ribu pejuang Indonesia yang wafat pada Pertempuran Surabaya melawan Inggris, 10 November ditahbiskan sebagai Hari Pahlawan.

5. Address at Rice University on the Nation's Space Effort (1961) - Presiden John F. Kennedy

https://www.youtube.com/embed/WZyRbnpGyzQ

Pada akhir tahun 1950 hingga 1960an, bersama dengan Perang Dingin, luar angkasa menjadi ajang pembuktian AS dan Uni Soviet. Akan tetapi, Uni Soviet sudah lebih dulu meluncurkan Yuri Gagarin ke antariksa pada 1961, dan rakyat AS jadi pesimistis terhadap ambisi pemerintahan AS.

Pada 12 September 1962, Presiden ke-35 AS, John F. Kennedy, berusaha membujuk masyarakat AS, yang semula menentang ambisi AS, untuk mendukung program Apollo. Program inilah yang pada 1969 mengantarkan Neil Armstrong dan kawan-kawan menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan.

Berbicara di Rice Stadium, Texas, Presiden JFK mengatakan bahwa Amerika ke Bulan - dan menjelajahi angkasa luar - bukan karena itu hal yang mudah, melainkan karena itu hal yang sulit dan merupakan sebuah tantangan untuk ditaklukkan!

"Dalam dekade ini, kami memilih untuk pergi ke Bulan dan melakukan hal-hal lain. Bukan karena hal itu mudah, tetapi karena hal itu sulit! Karena kami ingin mengatur dan mengukur potensi terbaik sumber daya dan keterampilan kita. Karena itu adalah tantangan yang kami terima, tantangan yang tidak ingin kami tunda lagi, dan yang ingin kami dan semua orang ingin menangkan."

Baca Juga: Sejarah 8 Eksperimen Tak Manusiawi, demi Ilmu Psikologi

6. Genta Suara Revolusi Indonesia (1963) - Presiden Soekarno

https://www.youtube.com/embed/YF-YfBnlQP8

Saat peringatan kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus, tentu upacara bendera dilangsungkan di Istana Negara, Jakarta. Setiap saat itu juga, Presiden Indonesia harus menyampaikan amanatnya untuk mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan rakyat.

Pada 1963, Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, menuliskan sebuah pidato yang "beda dari biasanya" dan menunjukkan kekaguman dan rasa syukurnya pada bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan kebangsaan dan kenegaraan (national and state entity). Ia juga mendorong Indonesia untuk tetap maju dan tidak menyerah.

"Ia adalah merupakan satu kesatuan kebangsaan. Ia adalah satu national entity. Ia adalah pula satu kesatuan kenegaraan. Satu state entity, yang bulat kuat. Ia adalah satu kesatuan tekad. Kesatuan ideologi, satu ideological entity, yang amat dinamis, ia adalah satu kesatuan cita-cita sosial yang hidup laksana api unggun. Satu entity of social consciousness like a burning fire.

Karena itu hai seluruh bangsa Indonesia. Tetap tegakkanlah kepalamu, jangan mundur, jangan berhenti, tetap gerakkanlah kakimu di muka bumi."

Selain itu, Ir. Soekarno juga mengatakan bahwa Indonesia tidak boleh "bermental tempe" atau mengemis-emis bantuan. Menekankan semangat kemerdekaan, sang Presiden secara tidak langsung mengatakan bahwa lebih baik hidup sengsara tapi merdeka, daripada hidup enak tapi jadi budak lain.

"Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan meminta-minta, apalagi jika bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini, syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bestik tetapi budak."

7. I Have a Dream (1963) - Martin Luther King Jr.

https://www.youtube.com/embed/6dKimoybmEo

Berdiri di hadapan lebih dari 250.000 orang di Lincoln Memorial saat Pawai Raya di Washington pada 28 Agustus 1963, Martin Luther King (MLK) Jr. menyuarakan keadilan ekonomi dan sosial untuk seluruh rakyat AS, terutama untuk orang kulit berwarna.

Saat Mahalia Jackson berseru, "Beritahu tentang impian itu, Martin!", MLK mengatakan hal-hal spektakuler secara improptu. Mengutip Proklamasi Emansipasi oleh Presiden Lincoln pada 1863 untuk mengentaskan perbudakan di AS, MLK mengatakan bahwa hingga 100 tahun ini, Afrika-Amerika masih belum bebas juga!

Mengutip Deklarasi Kemerdekaan AS bahwa semua orang, terlepas dari warna kulit dan rasnya, diciptakan sama, MLK menyerukan persatuan di seluruh AS, bahkan di negara bagian seperti Mississippi dan Alabama yang sarat rasisme, tanpa konsep perbudakan lagi.

"Saya memiliki impian bahwa suatu hari bangsa ini akan bangkit dan menghayati makna sesungguhnya dari keyakinannya, 'Kami menganggap kebenaran-kebenaran ini mutlak, bahwa semua orang diciptakan sama'...

Saya bermimpi bahwa keempat anak saya yang masih belia, suatu hari akan hidup di sebuah negeri di mana mereka tidak akan dinilai dari warna kulitnya, tetapi oleh sifat dan karakter mereka. Saya punya mimpi hari ini!"

8. Give Them Hope (1978) - Harvey Milk

https://www.youtube.com/embed/X9vol-8HYEc

Sebagai politisi homoseksual pertama di AS, Harvey Milk adalah salah satu figur paling dominan di sejarah politik LGBTQ. Kisahnya diabadikan menjadi film pada 2008 yang diperankan oleh Sean Penn, "Milk".

Pada Januari 1978, Harvey menjadi supervisor di Badan Petinggi San Francisco, cukup tinggi di masanya. Naasnya, jabatan tersebut hanya bertahan selama 11 bulan hingga November 1978 karena Harvey dan Wali Kota San Francisco, George Moscone, dibunuh oleh Dan White.

Sebelum terbunuh, Harvey Milk sempat menyampaikan pidato pada Hari Kemerdekaan Gay di San Francisco pada Juni 1978. Mengutarakan pengalamannya terpilih jadi petinggi San Francisco, Harvey mengatakan bahwa semua orang, termasuk kelompok LGBTQ, pun harus tetap berpegang pada "harapan".

"Satu-satunya hal yang harus mereka nantikan adalah pengharapan. Dan, kalian harus memberi mereka harapan. Harapan untuk dunia yang lebih baik, harapan untuk hari esok yang lebih baik, harapan untuk tempat bernaung yang lebih baik jika tekanan di rumah terlalu besar. Harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tanpa pengharapan, bukan hanya kaum gay, tapi juga kaum kulit hitam, para golongan tua, difabel, kita semua. Kita semua akan menyerah."

9. On the Pulse of Morning (1993) - Maya Angelou

https://www.youtube.com/embed/M9nTt2F0Kdc

Pada pagi hari pelantikan Presiden Bill Clinton pada 20 Januari 1993, penyair Maya Angelou menyampaikan pidato yang mengharukan saat ia membacakan puisinya, "On the Pulse of the Morning."

Pembacaan puisi Maya Angelou adalah kedua kalinya puisi dibacakan pada upacara tersebut sejak Robert Frost membacakan "The Gift Outright” saat pelantikan JFK pada 1961.

Lewat puisinya, Angelou menyinggung topik kesetaraan dan inklusi, serta inspirasi untuk dunia agar bersatu dan tetap maju ke depan layaknya sinar mentari yang baru di pagi hari.

"Angkat kepalamu,
Singsinglah hari esok.
Lahirkan kembali,
Mimpi-mimpi itu.
Perempuan, anak-anak, dan laki-laki,
Genggam mimpi itu di telapak tanganmu."

10. Women's Rights Are Human Rights (1995) - Hillary Rodham Clinton

https://www.youtube.com/embed/L7evFMipVZE

Sering dikumandangkan dalam gerakan feminisme, ungkapan "hak-hak perempuan juga adalah hak-hak asasi manusia" naik daun saat Hillary Rodham Clinton, Ibu Negara Presiden Bill Clinton, menyerukannya di Konferensi Wanita Dunia Keempat PBB di Beijing, Tiongkok, di hadapan lebih dari 180 perwakilan negara PBB.

Saat itu, Hillary menyinggung mengenai penganiayaan terhadap kaum Hawa di seluruh dunia dan terlebih Tiongkok. Ia pun menambahkan bahwa masalah perempuan sering kali diabaikan. Oleh karena itu, Hillary menegaskan bahwa sama seperti hak asasi manusia, hak-hak perempuan pun tidak boleh dikesampingkan!

"Jika ada satu pesan yang harus menggema dari konferensi ini, biarlah hak asasi manusia adalah hak perempuan dan hak perempuan adalah hak asasi manusia sekarang dan selamanya. Janganlah kita lupa bahwa di antara hak-hak itu adalah hak untuk berbicara dengan bebas dan hak untuk didengarkan."

10 Pidato Bersejarah Ini akan Bikin Semangatmu MembaraBerpidato. pixabay.com/lograstudio

Itulah pidato-pidato paling bersejarah dalam mengobarkan semangat dan motivasi untuk melakukan hal-hal lebih. Dengan pemilihan kata, gestur tubuh, dan intonasi yang tepat, para figur publik ini mengobarkan semangat mereka yang mendengarkannya.

Dari pidato-pidato ini, manakah pidato yang mengobarkan semangatmu dalam menjalani hidup seperti manusia yang merdeka? Atau, kamu ada pidato pembangkit semangat lain? Boleh dong, dibagikan ke kolom komentar!

Baca Juga: 7 Fakta Sejarah Ini Susah Dipercaya karena Terlalu Unik

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya