Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan Dunia

Bukti kedaulatan rakyat di peradaban dunia

Selain peperangan, salah satu faktor penggerak peradaban adalah demonstrasi dan protes. Lebih dari ratusan orang mengikuti protes dan itu adalah bukti dari kedaulatan rakyat dan praktik demokrasi: dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dengan kata lain, mengacuhkan protes sama dengan mengacuhkan suara rakyat.

Baik damai atau anarkistis, demonstrasi adalah bukti nyata andil masyarakat dalam perubahan wajah dunia. Inilah beberapa demonstrasi besar yang mengubah peradaban sepanjang sejarah!

Disclaimer: Artikel ini mengandung gambar dan video yang menunjukkan darah serta kekerasan. Kebijaksanaan pembaca amat diharapkan.

1. George Floyd (26 Mei 2020 - masih berlangsung): Saat nyawa satu orang menggerakan jutaan.

Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan DuniaMural George Floyd, laki-laki Afrika-Amerika yang tewas di tangan polisi Minneapolis, di wilayah kumuh Kibera, Nairobi, Kenya, pada 4 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Baz Ratner

Bukan hanya pandemik penyakit virus corona baru (COVID-19), dunia digemparkan saat seseorang merekam aksi tak terpuji mantan perwira polisi Minneapolis, Amerika Serikat, Derek Chauvin, menekan leher pria berkulit hitam, George Floyd, selama delapan menit hingga ia tak bisa bernapas dan meninggal dunia.

Alhasil, masyarakat AS, baik berkulit putih atau hitam, bersatu untuk menentang rasisme dan kekerasan polisi dan membalaskan kematian George Floyd. Meskipun Chauvin dan tiga polisi lainnya sudah ditangkap, rakyat AS tidak puas dan menuntut keadilan ras dan meminta pertanggungjawaban atas kebrutalan polisi AS.

https://www.youtube.com/embed/AO0C8RkP-Eo

"Protes George Floyd" dimulai di Minneapolis, Amerika Serikat (AS) pada 26 Mei 2020 dan dengan cepat menyebar ke seluruh AS. Ratusan ribu orang di 50 negara bagian AS turun ke jalan menentang kematian Floyd, kebrutalan polisi, dan rasisme. Berdasarkan sebuah polling, sekitar 15 - 26 juta rakyat AS ikut dalam protes ini, sehingga menjadikannya demonstrasi terbesar dalam sejarah AS.

Sejak 3 Juni, protes terus berlanjut setiap malam, mengakibatkan sekiranya 30 kematian, penjarahan, lebih dari 14.000 penangkapan, dan penempatan 62 ribu tentara Garda Nasional di 30 negara bagian. Hingga saat ini, protes untuk mengenang George Floyd tersebut masih berlangsung di lebih dari 60 negara.

2. Protes Alun-alun Tiananmen (4 April - 4 Juni 1989): Saat kekerasan pemerintah membungkam suara rakyat

Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan Duniabbc.com

Digelar sejak April 1989, sekitar satu juta massa menduduki alun-alun Tiananmen di Beijing, Tiongkok, untuk menyuarakan berbagai aspirasi, dari menentang korupsi, reformasi demokrasi, hingga kebebasan berpendapat. Protes berlangsung damai hingga puncaknya pada 4 Juni 1989.

Pemimpin Tiongkok saat itu, Deng Xiaoping, mengumumkan darurat militer di Beijing. Pemerintah Tiongkok kemudian memerintahkan 300.000 tentara bersenjata lengkap dan tank untuk merebut kembali Tiananmen dan menembak demonstran yang berusaha menghalangi. Hasilnya, sedikitnya ratusan hingga ribuan nyawa melayang (angka pastinya tidak diketahui).

https://www.youtube.com/embed/lXJ6gHFME0w

Bukan hanya itu, pemerintah Tiongkok terkesan paranoid dengan mengusir wartawan asing, dan memecat pejabat yang bersimpati pada para demonstran. Alhasil, reformasi politik Tiongkok sempat terhambat. Kekerasan militer dan pemerintah Tiongkok juga mengundang kecaman dari dunia.

Hingga saat ini, protes dan pembantaian Tiananmen menjadi salah satu topik tabu di Tiongkok dan tidak diungkit di media massa. Karena protes damai tersebut sempat dianggap sebagai ancaman politik, kebebasan berpendapat pada ranah politik di Tiongkok pun juga ditekan.

"Rakyat tidak seharusnya takut pada pemerintah. Pemerintah lah yang seharusnya takut pada rakyat." - V (V for Vendetta)

3. Demonstrasi Alexanderplatz (4-9 November 1989): Demonstrasi damai yang menyatukan Jerman kembali

Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan Duniawikipedia.org

Ditandai dengan kejatuhan paham komunisme dan "Tirai Besi" di Eropa, tahun 1989 menjadi ajang revolusi besar-besaran di dunia. Pada tahun inilah Jerman Barat dan Jerman Timur kembali bersatu menjadi satu negara yang utuh.

Semua bermula saat Hongaria membuka perbatasannya dengan Austria pada Mei 1989. Hal tersebut membuat rakyat Jerman Timur berbondong-bondong pindah ke Jerman Barat. Jerman Timur kemudian gagal untuk meminta bantuan dana dari Jerman Barat, menambah ketidakstabilan di daerah tersebut.

Dianggap tidak bisa memimpin, Partai Persatuan Sosialis Jerman (SED) memakzulkan Erick Honnecker pada Oktober 1989 dan menggantinya dengan Egon Krenz. Berbeda dengan Honnecker, Krenz membuka kembali perbatasan dengan Cekoslovakia, sehingga semakin banyak warga Jerman Timur yang pindah ke Jerman Barat melalui rute tersebut.

Pada 4 November 1989 hingga 9 November 1989, rakyat Jerman dan Berlin Timur memadati taman Alexanderplatz untuk menyuarakan aspirasi mereka dan mengharapkan revolusi politik dari komunisme ke demokrasi. Dengan angka setengah hingga satu juta demonstran, demonstrasi damai Alexanderplatz jadi salah satu yang terbesar dalam sejarah Jerman.

https://www.youtube.com/embed/cV0y0cO3K7w

Pada 9 November 1989 petang, juru bicara sekaligus petinggi SED yang juga turut serta dalam demonstrasi Alexanderplatz, Günter Schabowski, mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa rakyat Jerman Timur diizinkan untuk menyebrang ke Jerman Barat tanpa visa dan diperbolehkan untuk pindah secara permanen!

Saat ditanya mengenai berlakunya kebijakan tersebut, Schabowski mengatakan "efektif segera dan tanpa penundaan". Sontak, warga Berlin Timur memadati tembok dan memaksa untuk menyebrang ke Jerman Timur pada 9 November malam.

Setelah berdiri selama 27 tahun, tembok yang memisahkan Jerman Barat dan Timur tersebut "runtuh" pada dalam lima hari demonstrasi. Rakyat Jerman Barat dan Timur saling menghampiri daerah satu sama lain karena tidak ada lagi pengecekan identitas. Pada 1990, Tembok Berlin benar-benar rata dengan tanah.

Baca Juga: 6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah, Uang Tak Ada Harganya

4. Pawai Raya di Washington D.C (28 Agustus 1963): Deklarasi "Mimpi-mimpi" Martin Luther King Jr. dan dering kemerdekaan untuk kaum Negro di AS

Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan Dunianewsweek.com

Kaum kulit hitam di AS patut berterima kasih pada Martin Luther King, (MLK) Jr. Pasalnya, ia adalah salah satu figur penggerak sebuah pawai di ibukota AS, Washington D.C., yang kemudian menjadi tonggak Undang-Undang (UU) Hak Sipil 1964 untuk kesejahteraan kaum Afrika-Amerika dan UU Hak Pilih 1965.

Pada 28 Agustus 1963, sekitar 200 ribu - 300 ribu demonstran yang mayoritas berasal dari ras Afrika-Amerika berkumpul di Lincoln Memorial untuk menyuarakan keadilan sosial dan ekonomi bagi kaum kulit hitam di AS. Dari beberapa tokoh dan figur publik yang menghadiri pawai tersebut, MLK adalah salah satu yang paling vokal dengan pidatonya.

"Saya bermimpi bahwa suatu hari, bangsa ini akan bangkit dan menghidupi makna sejati dari keyakinannya, 'Kami berpegang teguh pada hakikat-hakikat ini, bahwa semua manusia diciptakan setara.'"

"Saya bermimpi bahwa suatu hari, keempat anak saya yang masih kecil akan hidup di negeri yang tidak akan melihat mereka dari warna kulit, melainkan dari sifat dan karakternya!"

https://www.youtube.com/embed/3P_s3ChZlRY

Setelah demo tersebut, para pembicara dan penyelenggara pawai bertemu dengan Presiden ke-35 AS, John F. Kennedy (JFK). Sang presiden pun berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan ketimpangan sosial dan ekonomi kaum Afrika-Amerika dengan RUU Hak Sipil.

Sayangnya, JFK terbunuh pada November 1963. Akhirnya, RUU itu pun ditandatangani oleh penerus JFK, Lyndon B. Johnson, dan aktif mulai 2 Juli 1964.

Sudah hampir 57 tahun berlalu sejak pidato MLK. Menurutmu, apakah AS berhasil mewujudkan "mimpi" MLK? Atau, masih panjang jalan AS untuk mencapai keadilan sosial dan ekonomi bagi seluruh warganya, tanpa terkecuali?

5. Pawai Garam Gandhi (12 Maret - 6 April 1930): Tonggak kemerdekaan India sepenuhnya dari Britania Raya

Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan Duniathoughtco.com

Setelah memproklamasikan kemerdekaan (Purna Swaraj) mereka pada Januari 1930, Mohandas Karamchand Gandhi (Mahatma Gandhi) ditunjuk sebagai penyelenggara protes damai pertama. Targetnya? Gandhi ingin menentang monopoli garam dan mineral Britania Raya pada UU Garam 1882.

Sekadar informasi, UU Garam 1882 membuat warga India harus membeli garam dari pemerintah, bahkan meskipun mereka tinggal di wilayah pesisir! Sekitar 8,2 pemasukan Kerajaan Britania Raya datang dari garam dan pajaknya, jadi warga miskin India amat dirugikan oleh UU tersebut.

Dikenal sebagai pribadi yang menentang kekerasan, Gandhi menganut paham "Satyagraha", menentang ketidakadilan dengan jalan perdamaian, contohnya dengan berpuasa. Oleh karena itu, saat Britania Raya memonopoli garam di India, Gandhi memilih untuk mengambil garamnya sendiri dari laut!

Sebelumnya, pada 2 Maret 1930, Gandhi sempat mengirim surat kepada viceroy India, Lord Irwin, dan memintanya mengabulkan 11 permintaan India, salah satunya adalah mencabut UU Garam 1882. Lord Irwin tidak mengindahkannya dan menganggap surat tersebut "gertak sambal"; Gandhi pun melakukan satyagraha-nya.

https://www.youtube.com/embed/H9QZU6aPUH8

Mulai dari 12 Maret 1930, Gandhi bersama 79 muridnya berjalan sejauh 384 km dari Sabarmati Ashram di Ahmedabad ke desa pesisir Navsari (sekarang Dandi), Gujarat, India Barat. Dunia pun ikut menyaksikan karena perjalanan Gandhi disiarkan ke seluruh dunia.

Setelah perjalanan yang melelahkan selama 24 hari, Gandhi dan ribuan orang yang ia kumpulkan selama perjalanan sampai di Dandi pada 6 April. Gandhi pun ikut membuat garam dengan tangannya sendiri sebagai bentuk protes terhadap Kerajaan Britania Raya. Saat itu, orang India mulai menggunakan garam sendiri, melanggar UU Garam 1882.

Hasilnya, pembangkangan sipil menyeruak di India. Barang Britania Raya diboikot dan satyagraha menentang UU Garam berlanjut selama setahun meskipun Gandhi ditangkap pada Mei 1930. Sekiranya, 60.000 orang, termasuk Gandhi, dijebloskan ke dalam penjara. Dunia pun menjadi saksi atas kekerasan serdadu Britania Raya terhadap protestan satyagraha dan berbagai kecaman pun datang.

Akhirnya, pada 1931, saat Gandhi bebas dari penjara, Lord Irwin dan Gandhi bertemu untuk pertama kalinya. Setelah 24 jam berbincang, Pakta Irwin-Gandhi pun terbit yang mengizinkan warga India untuk menikmati garam mereka sendiri tanpa pajak yang tinggi. Demonstrasi ini kemudian diterapkan terus hingga India merdeka pada 15 Agustus 1947!

6. Boston Tea Party (16 Desember 1773): "Pesta teh" memicu Revolusi Kemerdekaan AS dari Britania Raya

Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan Dunianationalreview.com

Bukan rahasia, orang Britania Raya suka dengan teh. Oleh karena itu, mereka menetapkan UU Teh pada 10 Mei 1773 agar Perusahaan Hindia Timur Britania (East India Company) bisa menjual teh dari Tiongkok di AS tanpa harus membayar pajak!

Tentu saja, orang Amerika tidak senang akan hal itu, terutama Sons of Liberty, organisasi pemberontak yang dibentuk oleh Samuel Adams. Hal tersebut dikarenakan mereka menolak pajak tanpa perwakilan rakyat, dan mereka tidak menganggap Parlemen Britania sebagai perwakilan yang pantas untuk orang Amerika.

Jadi, pada 16 Desember 1773 malam hari di Boston, sekitar 100 orang Amerika berdandan sebagai Indian menaiki tiga kapal Britania yang mengangkut teh dan membuang 342 peti teh ke laut. Kerugian yang diderita EIC mencapai 1,7 juta dolar AS! Tidak berhenti di situ, Sons of Liberty juga menghancurkan sisa-sisa teh di AS pada 7 Maret 1994.

Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan Duniamedium.com

Britania Raya amat murka karena perbuatan Sons of Liberty dan kerugian yang mereka terima. Jadi, sebagai balasannya, disahkanlah UU Koersif 1774 yang menutup jalur perdagangan di Boston dan mengembalikan kewenangan Britania Raya di Massachusetts.

Menganggap UU Koersif melanggar hak asasi manusia dan khawatir akan kedaulatan Britania Raya yang semakin meluas, Tiga Belas Koloni AS menolak UU tersebut dan menyelenggarakan Kongres Kontinental I pada September 1774.

Kongres tersebut menghasilkan sebuah petisi pada Raja George III untuk mencabut UU Koersif. Namun, petisi tersebut tidak dianggap, sehingga memicu Perang Revolusi AS yang dimulai dari Kongres Kontinental II dan Pengepungan Boston pada 1775 hingga kemerdekaan AS pada 4 Juli 1776. Semua karena apa? Karena teh!

7. Penyerbuan Bastille (14 Juli 1789): Intro menuju Revolusi Prancis

Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan Duniahistoryextra.com

Terletak di jantung Paris, ibukota Prancis, Benteng Bastille yang sekaligus penjara dan gudang persenjataan melambangkan "kedaulatan" Prancis. Tempat yang tepat untuk melancarkan aksi protes, pikir beberapa warga Paris.

Revolusi Prancis pada dasarnya didasari oleh pemerintahan yang sembrono oleh Raja Louis XVI. Puncaknya, Raja Louis XVI pada 11 Juli 1789 mencopot Jacques Necker, menteri keuangan yang terkenal dipilih oleh rakyat kelas tiga (jelata). Malah, ia diperintahkan untuk meninggalkan Prancis dalam satu hari.

Saat mendengar kabar tersebut, rakyat Paris tidak terima dan menganggap Raja Louis XVI menyalahgunakan kekuasaannya untuk membungkam suara rakyat.

Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan Duniayoutube.com

Jadi, pada 14 Juli 1789 pagi, sekitar 1.000 warga Paris menyerbu Hotel des Invalides untuk menjarah puluhan ribu senapan kosong. Ternyata, 250 tong mesiu untuk senapan telah dipindahkan ke Bastille.

Sesampainya di Bastille, pihak benteng mengundang perwakilan demonstran untuk berdiskusi. Negosiasi penyerahan senjata dan mesiu serta pelucutan meriam terkesan alot, konflik antara warga Paris dan pengawal Bastille tak terelakkan.

Saat itu, Gubernur Bastille, Bernard-René Jourdan de Launay, tengah berada di Benteng Bastille. Dikarenakan pasokan makanan dan air menipis dan massa sudah mendobrak masuk ke Benteng Bastille, Launay berpikir untuk menyerah dengan syarat demonstran tidak menyakitinya dan bawahannya atau ia akan meledakkan bubuk mesiu dalam Bastille.

Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan Duniaforums.ubisoft.com

Warga Paris tidak mendengarkan permintaan Launay, dan Launay akhirnya memutuskan untuk mengibarkan bendera putih, serta membuka gerbang dalam Bastille pada sore hari. Warga Paris dengan bengis menangkap Launay, menjarah persenjataan dan mesiu, serta membebaskan tujuh tahanan Bastille.

Launay kemudian digiring oleh warga Prancis ke Hotel de Ville untuk diadili. Lelah dipukuli, Launay marah dan menendang salah satu demonstran. Sontak, warga Paris beramai-ramai menusuk Launay, membunuhnya, dan memenggal kepalanya! Kepala Launay ditusukkan ke sebuah tombak dan diarak keliling Paris.

Menyerah pada tuntutan warga Paris, pada 15 Juli 1789, Raja Louis XVI akhirnya mengembalikan jabatan Necker. Penyerbuan Bastille dianggap sebagai salah satu kejadian utama yang menyebabkan Revolusi Prancis selama 10 tahun, sekaligus menandakan akhir dari monarki Prancis yang telah berdiri sejak Ancien Regime dari abad ke-15.

Tak Hanya soal George Floyd, 6 Protes Ini Sempat Menggemparkan Duniagiphy.com

Itulah demonstrasi dan protes yang direkam dalam sejarah peradaban sebagai salah satu faktor penggerak perubahan di suatu negara. Suara rakyat memang harus didengarkan sebagai bukti pengabdian pemerintah pada pemilihnya. Dari demo-demo ini, mana yang menurutmu memiliki efek paling besar pada sejarah?

Baca Juga: Bukan Main, 7 Kasus Korupsi Paling Besar dan Hina dalam Sejarah Modern

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya