Keajaiban Evolusi, 6 Mekanisme Pertahanan Diri Hewan Teraneh

Bukti nyata evolusi makhluk hidup

Pakar evolusi makhluk hidup asal Inggris, Charles Darwin, pernah mengatakan bahwa hukum rimba adalah sintasan yang terbugar (survival of the fittest), bahwa makhluk hidup beradaptasi pada lingkungannya untuk bertahan.

Sedangkan Otto von Bismarck mengatakan,

"Sudah takdir yang lemah dimakan yang kuat."

Ternyata, yang lemah pun bisa mempertahankan dirinya. Seiring dengan berkembangnya predator alam, mangsa pun juga harus mengembangkan pertahanan dirinya untuk bisa meloloskan diri.

Entah itu menembakkan darah dari mata atau mengeluarkan gas yang busuk, inilah mekanisme pertahanan diri hewan yang paling unik.

1. Kumbang Bombardier

Keajaiban Evolusi, 6 Mekanisme Pertahanan Diri Hewan Teranehilustrasi bombardier beetle (commons.wikimedia.org/Patrick Coin)

Dari namanya pun, kamu sebenarnya bisa menebak apa yang dilakukan kumbang satu ini untuk bertahan hidup. Jangan coba-coba menyentuh kumbang ini jika tidak ingin merasakan "panasnya".

Kumbang ini dapat hidup di mana saja, asalkan bukan benua Antarktika. Tetapi, mereka biasanya hidup di hutan atau padang rumput di zona beriklim sedang, dan dapat ditemukan di lingkungan lembap untuk bertelur.

Seperti namanya, kumbang bombardier ini "mengebom" pemangsanya dengan cara menembakkan gas panas dari perutnya. Sekadar fakta menarik, kumbang bombardier adalah makhluk karnivora. Bagaimana caranya?

Inilah salah satu contoh evolusi makhluk yang paling menarik. Anatomi abdomen pada kumbang bombardier membuat sang kumbang bisa menyimpan dua substansi kimia: hidrokuinon dan hidrogen peroksida yang disimpan dengan aman di dua rongga tubuh yang terpisah.

Saat merasa terancam, larutan tersebut akan bercampur. Ketika larutan hidrokuinon dan hidrogen peroksida tercampur, sebuah katalis memfasilitasi dekomposisi hidrogen peroksida dan oksidasi hidrokuinon.

Nah, panas dari reaksi tersebut membuat suhu campuran mendekati titik didih air dan menghasilkan gas yang mendorong ejeksi. Kumbang bombardier dapat menembakkan gas bercampur cairan tersebut ke jarak yang cukup jauh dan efeknya cukup kuat untuk membuat predator berpikir dua kali untuk mengusiknya.

2. Ikan torani

Keajaiban Evolusi, 6 Mekanisme Pertahanan Diri Hewan Teranehilustrasi ikan Torani (Wikimedia Commons/Mike Prince)

Ingat logo Indosiar yang berupa ikan terbang? Makhluk air tersebut adalah salah satu contoh mekanisme pertahanan diri yang menarik. Pada dasarnya, mana ada ikan yang bisa terbang? Namun, ikan ini melawan seluruh hukum alam dengan "sayapnya".

Jika ada burung yang tidak bisa terbang (penguin), maka ada ikan yang bisa terbang, yaitu ikan torani.

Evolusi "sayap" pada ikan torani diketahui adalah hasil evolusi selama 66 juta tahun. Tentu saja, "sayap" ini bukanlah benar-benar sayap asli yang berbulu, melainkan sirip ikan torani yang panjang.

Ikan torani memiliki empat "sayap", dua sirip pada sisi tubuh dan dua pada dadanya.

Tubuh ikan torani memiliki lengkungan saraf untuk menyisipkan jaringan ikat dan ligamen dalam kerangka ikan, menciptakan hubungan yang kuat antara kolom vertebrata dan kranium. Hal inilah yang membuat tubuh ikan torani amat aerodinamis.

Selain itu, ikan torani memiliki kaudal kompleks yang keras, sehingga membuatnya dapat mengangkat tubuhnya ke udara dengan mudah. Jika ingin kembali ke air, ikan torani hanya perlu melipat sirip dadanya dan meluncur ke air, atau menghantamkan ekornya ke air untuk mengangkat tubuhnya untuk berpindah haluan.

Ikan torani dapat menempuh jarak hingga 70 km/jam dan terbang hingga ketinggian 6 meter di atas laut.

3. Semut peledak

Keajaiban Evolusi, 6 Mekanisme Pertahanan Diri Hewan Teranehilustrasi semut peledak (Wikimedia Commons/Bernard DUPONT)

"DUAR!"

Di saat sudah tidak ada kesempatan untuk menang, hanya ada dua pilihan: dimakan atau mati secara terhormat. Bagi semut satu ini, dimangsa bukanlah sebuah pilihan.

Perkenalkan, semut peledak. Tidak perlu jauh-jauh, semut ini dapat ditemukan di hutan Kalimantan, perbatasan antara Malaysia dan Brunei Darussalam.

Saat terpojok, semut peledak akan melakukan autothysis, yaitu proses bunuh diri dengan melukai organ atau meledakkan dirinya sendiri. Dua kelenjar mandibula besar dan penuh racun beredar di sekujur tubuh semut.

Uniknya, hanya semut pekerja betina yang mandul dari semut peledak yang memiliki kemampuan ini.

Saat semut pekerja merasa terancam, ia akan menggigit penyerangnya sambil mengencangkan otot perutnya untuk menghancurkan gaster di lipatan intersegmental dan kelenjar mandibula. Hasilnya, ledakan sekresi muncrat ke segala arah.

Cairan sekresi tersebut amat lengket dan korosif sehingga dapat merepotkan apapun yang mengancamnya. Untuk pemangsa berskala kecil, bahkan dapat mati (lihat gambar di atas).

Baca Juga: Jago, 7 Hewan Unik Ini Mampu Menari Secara Alami Tanpa Perlu Dilatih

4. Udang sentadu

Keajaiban Evolusi, 6 Mekanisme Pertahanan Diri Hewan Teranehilustrasi udang sentadu (PxHere)

Apakah mangsa harus selalu diam dan bertahan dari pemangsanya?

"Oh, tidak bisa," ujar udang sentadu.

Disebut sebagai Mike Tyson dari laut, udang sentadu terkenal tidak mau menyerah pada tekanan predator. Udang sentadu tumbuh dengan panjang hingga 40 cm. Lihat? Ukurannya saja sudah membuat predator berpikir dua kali.

Bukan taringnya atau kakinya, udang sentadu mengandalkan tinjunya yang super cepat dan super kuat serta capit tajamnya untuk membuat musuhnya kewalahan. Oleh karena itu, udang sentadu dibagi ke dua kelompok:

  • Penombak: capit yang tajam, dan
  • Petinju: capit yang mirip pentungan.

Sementara capit penombak terkesan "biasa" untuk mengoyak mangsa dengan struktur tubuh yang lebih lunak, capit udang sentadu petinju lebih menarik karena digunakan untuk memecahkan cangkang keras seperti kepiting atau siput.

Seberapa cepat tinju udang sentadu? Hingga 23 m per detik! Saking kuatnya tinju udang sentadu, gelembung yang dihasilkan juga dapat membuat predator dan mangsanya kewalahan hingga mati.

Mau memelihara udang sentadu? Hati-hati. Para peneliti mengingatkan kalau tinju udang sentadu dapat meretakkan kaca aquarium, lho!

5. Katak berbulu

Keajaiban Evolusi, 6 Mekanisme Pertahanan Diri Hewan Teranehcritter.science

Hewan dengan mekanisme pertahanan diri teraneh pada daftar ini adalah katak berbulu. Ditemukan di Kamerun pada 2008, katak berbulu memiliki mekanisme pertahanan diri yang memilukan.

Untuk mempertahankan dirinya, katak berbulu harus meniru karakter asal Marvel, Wolverine, yaitu mengeluarkan cakar untuk bertahan. Ada alasan disamakannya dengan Wolverine.

Cakar pada katak berbulu tidak terbuat dari keratin seperti cakar atau kuku makhluk hidup, melainkan dari tulang! Tulang tajam tersebut menyembul dari kulit kaki sang kodok. Kodok berbulu dengan sengaja mematahkan tulang-tulang jari kakinya.

Selain itu, para peneliti menemukan nodulus bertulang kecil yang terletak di jaringan luar ujung jari katak. Ketika cakar tersebut disarungkan, masing-masing cakar masuk kembali ke nodulus dengan untaian kolagen yang kuat.

Saat katak dicengkeram atau diserang, katak berbulu memutus untaian kolagen pada nodulus dan memaksa tulang-tulangnya yang tajam menusuk kulit.

"OUCH!"

6. Kadal bertanduk

Keajaiban Evolusi, 6 Mekanisme Pertahanan Diri Hewan Teranehilustrasi kadal bertanduk (unsplash.com/Brian Wangenheim)

Struktur tubuhmu yang kuat masih membuatnya tidak percaya diri, maka untuk lolos, ia menembakkan darah dari matanya. Itulah sistem pertahanan diri dari kadal bertanduk yang dapat ditemukan di benua Amerika.

Sebenarnya, tanpa tembakan darah tersebut, kadal bertanduk masih dapat meloloskan diri. Ia masih bisa berkamuflase dengan corak tubuhnya, dan berlari dengan cepat untuk membingungkan predator.

Jika sang predator masih kekeh, kadal bertanduk akan membesarkan tubuhnya sehingga membuatnya susah ditelan. Pasti berpikir dua kali!

Namun, jika ternyata predator masih mau menelannya, maka kadal bertanduk akan menembakkan darah dari matanya. Tembakan tersebut dapat menjangkau jarak 1,5 meter. Bagaimana caranya?

Kadal bertanduk akan memblokir aliran darah di kepala, sehingga meningkatkan tekanan darah. Lalu, kadal bertanduk akan memecahkan pembuluh kecil di sekitar kelopak mata.

Selain membutakan predator untuk sementara, darah tersebut terasa anyir dan busuk. Sayangnya, teknik ini tidak berlaku untuk burung pemangsa.

Itulah mekanisme pertahanan diri berbagai spesies hewan hasil dari evolusi alam. Untunglah, manusia tidak perlu menembakkan gas panas atau mematahkan tulangnya sebagai cakar untuk mempertahankan diri.

Baca Juga: Percaya atau Tidak, 15 Hewan Unik Ini Hasil Percampuran Beda Spesies

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya