Terkenal di Peperangan, 6 Panglima Perang Terburuk dalam Sejarah

Jabatan tidak mencerminkan kompetensi. Nih, buktinya! 

"Apa sih standar seorang panglima perang yang baik?"

Pertanyaan yang bagus. Pada zaman dahulu, dunia melihat banyak sekali peperangan. Dari masa Sebelum Masehi hingga Masehi, perang - meskipun mematikan - adalah pendorong kemajuan peradaban. Dengan kata lain, tanpa perang, peradaban manusia pun akan stagnan di situ-situ saja.

Perang pun adalah pendorong dunia politik. Jika seorang panglima tidak ikut membantu memenuhi tujuan politik perang, mereka dicap gagal. Terlebih lagi, jika mereka gagal dan mengorbankan nyawa para bawahan mereka, maka mereka dibenci dan dicap gagal juga!

Jadi, apakah standar seorang pemimpin perang yang baik? Adalah mereka yang mampu mengemban tanggung jawab perang tanpa mengorbankan terlalu banyak orang.

Selama masa peperangan dalam sejarah, terlahir banyak panglima perang hebat seperti Kaisar Agustus, Aleksander Agung, Sun Tzu, dan masih banyak lagi. Namun, enam figur berikut ini bukanlah panglima perang yang patut dijadikan contoh.

"Siapa sangka?!"

1. William Westmoreland 

Terkenal di Peperangan, 6 Panglima Perang Terburuk dalam Sejarahthoughtco.com

Jika Amerika Serikat (AS) mengingat kekalahan Perang Vietnam, maka mereka pun ingat dengan nama "Jenderal William Westmoreland". Alumni dari West Point ini pernah berperang bersama AS pada Perang Dunia II dan Perang Korea.

Mengemban tugas sebagai komandan militer AS selama 4 tahun pada Perang Vietnam dari 1964 hingga 1968, ternyata Westmoreland dicap gagal pada perang yang disebut aib oleh AS tersebut. Perang Vietnam berjalan selama 19 tahun dari 1955 hingga 1974 dan dimenangkan oleh Vietnam.

Westmoreland menerapkan strategi untuk menguras jumlah tentara dan sumber daya Vietnam agar semangat tempur mereka redup sehingga mudah ditaklukkan. Sang jenderal pun berpikir bahwa Viet Kong dapat dikalahkan dengan artileri dan pasukan AS yang lebih besar dengan senjata yang lebih modern.

Nyatanya, strategi tersebut tidak berhasil. Secara teknis, Westmoreland memang memenangkan seluruh pertempuran AS kontra Viet Kong terutama di Pemberontakan Tet dan Pertempuran Khe Sanh. Akan tetapi, peperangan tersebut tetap berkecamuk dan Vietnam tidak habis semangat seperti yang ia prediksikan.

Bahkan, Westmoreland sempat mempertimbangkan penggunaan bom nuklir (dengan kode "Fracture Jaw") untuk meratakan Vietnam jika tidak berhasil! Untungnya, Gedung Putih tidak menyetujuinya.

Hingga akhir hayatnya pada 2005, Westmoreland berusaha untuk membersihkan reputasinya dan nama para tentaranya setelah Perang Vietnam.

2. Antonio Lopez de Santa Anna 

Terkenal di Peperangan, 6 Panglima Perang Terburuk dalam Sejarahbritannica.com

Sebenarnya, namanya lebih panjang daripada yang tertera. Ya sudah, kita panggil saja dia "Santa Anna". Dijuluki sebagai "Napoleon dari Barat", ia juga memiliki nasib yang mirip dengan Napoleon: sudah di pucuk kekuasaan, kacau balau dalam satu kali peperangan.

Memang, Meksiko memandang Santa Anna sebagai figur panutan setelah menjadi presiden Meksiko 12 kali. Selain itu, para sejarawan menganggap dunia politik Meksiko pada abad ke-19 sebagai "Zaman Santa Anna".

Santa Anna sempat menang besar di Pertempuran Alamo pada Maret 1836 untuk menahan AS mengambil alih Texas dari Meksiko. Meskipun menang di atas kertas, Santa Anna tetap menderita kerugian militer dan sumber daya yang besar! Kemenangan besar tersebut ternyata menutupi jumlah korban tentara Meksiko yang besar.

Lagipula, di waktu yang sama, pasukan Texas di bawah Jenderal Sam Houston berhasil menjarah pelabuhan sepanjang Teluk Meksiko dan mendapat persenjataan dan amunisi yang cukup.

Dalam Pertempuran San Jacinto pada April 1836, pasukan Santa Anna yang relatif lebih banyak kalah dari pasukan Texas. Akhirnya, Texas lepas dari kekuasaan Meksiko dan Santa Anna ditangkap. Jadi, San Jacinto adalah "Waterloo" bagi Santa Anna.

Setelah menjalani masa pembuangan hingga 1837, Santa Anna akhirnya diizinkan kembali ke Meksiko. Pada 1838, Pemerintah Meksiko memberi kuasa atas militer sekali lagi pada Santa Anna untuk menghalau pasukan Prancis di Veracruz dalam Perang Roti. Naas bagi Santa Anna, sudah kalah, ia juga harus kehilangan satu kaki.

Santa Anna akhirnya harus menanggung malu terakhir kalinya saat tertangkap oleh pasukan AS pada Perang Meksiko - AS dari 1846 hingga 1848. Pada 1847, pasukan infanteri 4 Illinois menangkap Santa Anna dan merampas kaki palsunya untuk dipajang di Illinois State Military Museum.

3. Napoleon Bonaparte 

Terkenal di Peperangan, 6 Panglima Perang Terburuk dalam Sejarahhistory.com

Kali ini, Napoleon sungguhan yang dicap sebagai panglima perang yang gagal. Sekali kalah, maka terus-terusan kalah hingga dibuang!

Dikenal sebagai Kaisar Prancis, ternyata Napoleon Bonaparte dinilai sebagai seorang panglima yang buruk. Meskipun beberapa kali menang melawan musuhnya yang rata-rata adalah Britania Raya dan Rusia, Bonaparte pada akhirnya harus takluk.

Semuanya berawal dari kegagalan Bonaparte untuk menaklukkan Kekaisaran Rusia pada 1812. Meskipun pasukan Prancis berhasil menghancurkan beberapa kota Rusia, Prancis tidak meraih kemenangan yang diharapkan. Yang ada, pasukan Bonaparte, Grande Armée, malah bubar sehingga memberikan celah bagi para musuh Bonaparte.

Dari situ, Bonaparte terus menerus kalah dan menjalani pembuangan. Pada Pertempuran Leipzig tahun 1813, Prancis kalah dari Koalisi 6 (Prusia, Austria, dan Rusia). Meskipun Bonaparte berhasil mundur ke Prancis, Sekutu malah menginvasi Paris dan menangkap Bonaparte. Sang "Kopral Kecil" kemudian dibuang ke Pulau Elba.

Melarikan diri dari Pulau Elba pada 1815, Bonaparte kembali ke Prancis. Melalui Kongres Wina (1814 - 1815), Bonaparte dianggap sebagai seorang buronan.

Britania Raya kemudian ikut membentuk Koalisi 7 bersama tiga negara awal untuk menghadapi Bonaparte dan bersama Prusia menghadangnya di Pertempuran Waterloo pada Juni 1815. Bonaparte kalah dan Britania Raya membuang Bonaparte ke Pulau Santa Helena, tempat peristirahatan terakhir Bonaparte.

Baca Juga: Punya Kumis Ikonik, 7 Diktator Ini Mengubah Jalannya Sejarah Modern

4. Charles Cornwallis 

Terkenal di Peperangan, 6 Panglima Perang Terburuk dalam Sejarahhistory.com

Sebenarnya, AS memiliki kans kecil untuk menang dari Britania Raya. Sumber daya mereka jauh lebih banyak dan lebih maju dalam hal persenjataan. Namun, mereka memiliki satu panglima perang yang kurang kompeten, Jenderal Charles Cornwallis.

Iya, Jenderal Cornwallis adalah salah satu jenderal Britania Raya di AS dan salah satu alasan mengapa AS bisa merdeka. Baik warga Britania Raya dan AS tidak akan lupa pada peristiwa Pengepungan Yorktown pada 1781, lima tahun setelah Deklarasi Kemerdekaan AS.

Saat itu, AS di bawah kepemimpinan George Washington bekerja sama dengan Prancis di bawah Comte de Rochambeau melawan Cornwallis. Saking terkejutnya Cornwallis, hanya butuh pengepungan selama delapan hari di darat dan di laut. Akhirnya, Cornwallis dan tentaranya menyerah pada Washington dan Rochambeau.

Tidak ada penebusan, Pengepungan Yorktown ternyata adalah pertempuran darat terakhir antara AS dan Britania Raya, yang berujung pada Perjanjian Paris untuk mengakhiri Perang Revolusi yang berjalan 9 tahun (1775 - 1783) antara Britania Raya dan AS, serta mengunci kemerdekaan AS sepenuhnya!

Untungnya, Cornwallis dapat menebus kesalahannya dengan membantu Britania Raya menaklukkan India.

5. Hannibal 

Terkenal di Peperangan, 6 Panglima Perang Terburuk dalam Sejarahwarhistoryonline.com

Terkejut kenapa Hannibal bisa ada di sini? Kami pun terkejut. Hannibal asal Kartago  nyatanya adalah seorang panglima hebat. Prestasinya diukir sejak Perang Punisia II melawan Kekaisaran Romawi yang jauh lebih superior dan menang!

Akan tetapi, Hannibal tetap saja harus kalah dari Kekaisaran Romawi. Bagaimana bisa? Apakah Kartago masih ada sekarang? Tidak ada, kan? Tepat sekali! Itu karena Hannibal gagal mempertahankannya.

Kekaisaran Romawi belajar banyak dari taktik Hannibal dan menggunakan taktik menghabiskan sumber daya dan tentara Hannibal. Akhirnya, jenderal kawakan Kekaisaran Romawi, Scipio Afrikanus, membuat Hannibal kalah besar di Pertempuran Zama pada 202 SM, sekaligus mengakhiri Perang Punisia II.

Dengan kekalahan Kartago, Kekaisaran Romawi benar-benar menekan Kartago agar tidak dapat mengumandangkan perang tanpa seizin mereka dan perekonomiannya diperas sekering-keringnya.

Akhirnya, pada Perang Punisia III, Kartago benar-benar diratakan oleh Kekaisaran Romawi. Masyarakatnya dijual sebagai budak dan negeri tersebut dijarah dan dihancurkan selama 17 hari.

6. Darius III 

Terkenal di Peperangan, 6 Panglima Perang Terburuk dalam Sejarahlivius.org

Mengapa Aleksander Agung disebut "Agung"? Tentu saja, karena ia berhasil menyelesaikan apa yang ayahnya, Filipus II, tinggalkan. Salah satunya adalah menaklukkan Kekaisaran Akhemeniyah (Persia) di bawah kekuasaan Makedonia. Tentu saja, hal tersebut berkat kebodohan Darius III sebagai pemimpin Kekaisaran Akhemeniyah saat itu.

Di bawah pemerintahannya, Darius III harus kehilangan Kekaisaran Akhemeniyah di bawah penaklukkan Aleksander.

Saking pengecutnya, dikatakan bahwa dalam dua pertempuran penting antara Makedonia dan Akhemeniyah, Pertempuran Issus (333 SM) dan Gaugamela (331 SM), meskipun memiliki jumlah yang lebih besar, Darius III tetap takluk dari Aleksander. Dan, tak mau kalah, ia melarikan diri dengan kereta kudanya!

Beberapa sejarawan bahkan berkata bahwa dari seluruh angkatan militer Persia, Darius III lah yang pertama kali melarikan diri. Ia mengorbankan setengah pasukannya pada perang Gaugamela.

Akhirnya, Aleksander dan tentaranya dapat menguasai daerah Susa di Babilonia dan menjarah Persepolis, ibukota Kekaisaran Akhemeniyah. Dari situ, Aleksander Agung dan Kekaisaran Makedonia terus mengembangkan wilayahnya.

Bagaimana dengan Darius III? Ia dibunuh oleh sepupunya, Bessus, yang kemudian menjadi Artahsasta V untuk memimpin Kekaisaran Akhemeniyah.

Itulah enam sosok panglima perang terburuk sepanjang sejarah. Sebenarnya, panglima yang baik adalah yang dapat mengupayakan kedamaian tanpa harus mengumandangkan perang, kecuali jika perlu. Paling penting, mereka tidak mementingkan diri sendiri!

Baca Juga: 8 Buku Sejarah Ini Memiliki Dampak yang Signifikan di Masa Depan

Alfonsus Adi Putra Photo Writer Alfonsus Adi Putra

English linguist with a passion for journalism and news-writing.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya