12 Peristiwa Kelam yang Mewarnai Sejarah Tibet

Sejumlah kekerasan yang tiada henti #IDNTimesLife

Apa yang kamu ketahui tentang Tibet? Ini adalah salah satu negara pegunungan Himalaya seperti Nepal dan Bhutan, dan Dalai Lama berasal dari sana. Banyak yang menyebutnya "atap dunia". Ibukotanya adalah Lhasa. Semua itu benar, tetapi itu hanya sedikit dari panjangnya sejarah Tibet. 

Seperti yang dilansir BBC, secara geografis Tibet berbatasan dengan China, dan China mengklaim kedaulatan Tibet selama berabad-abad lamanya. Serangkaian liku-liku sejarah membuat Tibet hidup di bawah China sebagai "wilayah otonom" dari negara adidaya global ini, meskipun penduduk Tibet meyakini bahwa Dalai Lama adalah pemimpin sejati mereka. Mari kita menggali lebih dalam, dan melihat sejarah tragis Tibet. 

1. Bangsa Mongol menginvasi Tibet

12 Peristiwa Kelam yang Mewarnai Sejarah TibetMongol menginvasi Tibet (worldfuturefund.org)

Pada abad ke-13, Tibet berada dalam ancaman paling menakutkan di era itu: Bangsa Mongol. Seperti yang diceritakan Matthew T. Kapstein dalam bukunya, The Tibetans, gerakan Mongol di seluruh Asia telah mengancam keberadaan Tibet. Pada tahun 1239, orang-orang Mongol akhirnya bergerak, tentara Dorta the Black menerobos ke bagian tengah Tibet, mengobrak-abrik biara Reting dalam penaklukannya. 

Namun, beberapa bangsawan Mongol terpesona dengan pandangan Tibet tentang agama Buddha. Pada tahun 1244, pemimpin Mongol Kötan memanggil pemimpin spiritual Tibet yang paling dihormati, Sakya Pandita, ke istananya. Akibatnya, orang Sakya, Sakyapa, menjadi "penguasa efektif" Tibet. Namun, Tibet masih berada di bawah kendali Mongol. Hal ini justru dijadikan celah oleh Möngke Khan untuk menginvasi Tibet pada tahun 1252. 

2. Kehadiran China dengan menginvasi Tibet

https://www.youtube.com/embed/HwF1xWEddfo

Tibet berbagi perbatasan darat dengan China. Pada tanggal 1 Januari 1950, China mendeklarasikan kedaulatan atas Tibet, yang menurut Universitas Arkansas sebagai periode "fase krisis". Pada tanggal 7 Maret, perwakilan negara-negara bertemu di India, dan China menuntut agar pejabat Tibet hadir di Beijing pada 16 September, tetapi Tibet menolak.  Pada bulan Oktober, China menginvasi Tibet.

Tibet meminta bantuan militer dari India, dan pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, membawa kasus ini ke PBB, dan mengutuk serangan itu. Pada tahun 1956, CIA mulai beraksi, mendanai pemberontak Tibet dan menyediakan persenjataan untuk mereka.

Seperti yang diceritakan History, pada tahun itu terjadi upaya pemberontakan di banyak wilayah di Tibet Timur. Dan pada tahun 1958, kekerasan terjadi di ibu kota Tibet, Lhasa, sampai pada titik di mana China mengancam akan mengebom kota itu jika keadaan tidak kunjung stabil.

3. Pemberontakan Nasional Tibet 1959 

https://www.youtube.com/embed/xtYqBRIYK3o

Dilansir dari situs web Free Tibet, pada 10 Maret 1959, masyarakat Tibet memperingati tanggal tersebut sebagai Hari Pemberontakan Nasional. Menurut artikel History, pada 10 Maret 1959, 300.000 orang Tibet mengepung istana musim panas Dalai Lama, Norbulinka, dalam sebuah aksi pemberontakan terbuka melawan China.

Mereka takut jika pasukan China menculik Dalai Lama dan membawanya ke Beijing. Sebelumnya, Dalai Lama muda diundang untuk mengunjungi markas Tentara Pembebasan Rakyat setempat dalam perjamuan dan teater pada malam hari, tetapi dia diminta untuk datang sendiri. Akibatnya, para loyalis Tibet mencium adanya ketidakberesan, dan massa melakukan protes agar Dalai Lama tidak menerima tawaran itu. 

Pada 17 Maret, orang-orang Tibet membawa Dalai Lama ke India, dan China mengarahkan beberapa senjata ke kerumunan masyarakat Tibet. Pada tanggal 19 Maret, terjadi pertempuran terbuka antara pemberontak Tibet dan pasukan China, namun Tibet kalah senjata dan kalah jumlah.

Pada 21 Maret, pasukan Tiongkok melepaskan tembakan artileri ke masyarakat yang berkumpul di istana. China kemudian mengambil tindakan keras terhadap perlawanan Tibet, mengeksekusi pengawal Dalai Lama, dan menghancurkan biara-biara terbesar di ibu kota. Secara keseluruhan, puluhan ribu orang meninggal. 

4. Gempa bumi di Assam dan Tibet

https://www.youtube.com/embed/By6U7CQZF8Y

Tidak semua tragedi yang menimpa Tibet melibatkan konflik politik atau militer. Bencana alam juga pernah terjadi. Seperti yang dikatakan Live Science, pada tahun 1950, Tibet timur dan wilayah tetangga Assam di India mengalami salah satu dari sepuluh gempa bumi terbesar dalam sejarah. Gempa berkekuatan 8,6 ini berpusat di Tibet.

Terlepas dari getaran yang sangat kuat, gempa tersebut menciptakan retakan tanah, bersama dengan pasir gunung berapi dan tanah longsor besar. Tanah longsor memutus aliran sungai, dan aliran air sungai ini membanjiri seluruh desa, menewaskan ratusan orang. 

Situs web United States Geological Survey memperkirakan bahwa total korban jiwa akibat bencana ini mencapai 1.526 kematian. Sedikitnya 780 orang tewas di Tibet timur, dan desa bernama Yedong benar-benar "disapu bersih" oleh sungai Brahmaputra. 

5. Kematian misterius Dalai Lama

12 Peristiwa Kelam yang Mewarnai Sejarah TibetIstana Potala (audleytravel.com)

Dalai Lama adalah pemimpin agama paling terhormat di Tibet, tetapi seperti yang dikatakan Mike Nash dari Majalah Smithsonian, tetapi tidak semua orang berpandangan sama. Faktanya, tidak kurang dari empat Dalai Lama meninggal secara misterius. Dan Istana Potala, kediaman Dalai Lama, menyaksikan drama politik di baliknya. Selama awal abad ke-19, beberapa Dalai Lama mungkin menjadi korban perebutan kekuasaan yang tersembunyi di dalam istana. 

Tidak kurang dari empat Dalai Lama, yang kesembilan hingga ke-12, sakit parah di usia muda, dengan cara yang bisa dianggap wajar (walaupun satu sumber mengklaim bahwa Dalai Lama ke-10 meninggal karena tertimpa atap kamar tidurnya). Namun, serangkaian kematian dalam rentang waktu yang singkat ini, membuat beberapa orang percaya bahwa ini adalah pembunuhan yang dilakukan oleh bangsawan yang haus kekuasaan. 

Baca Juga: Sadar Zaman Berubah, Dalai Lama Tidak Lagi Tuntut Kemerdekaan Tibet

6. Aktivis Tibet atau kejahatan terorganisasi?

12 Peristiwa Kelam yang Mewarnai Sejarah Tibetaksi unjuk rasa Tibet (freetibet.org)

Pada 18 Maret 2018, Yanan Wang dari Associated Press melaporkan bahwa China memiliki strategi baru untuk melawan aktivis Tibet. Itu dikenal sebagai "21 jenis kekuatan gelap dan jahat," dan petugas polisi membacakannya di lapangan umum, bandara, dan sekolah.

Mereka yang dianggap "target kriminal" oleh China diantaranya seperti melestarikan bahasa Tibet dan mendukung Dalai Lama. Daftar kejahatan tersebut juga muncul sebagai dukungan pengadilan untuk China dari yurisdiksi lokal tingkat rendah. Program ini dimulai pada Januari 2018, dan hanya dalam sebulan, lebih dari 10.000 orang ditahan.

7. Pemimpin Tibet dalam pengasingan 

https://www.youtube.com/embed/0kpU-RfxxGA

Seperti yang dikatakan BBC, Dalai Lama, sebuah gelar yang berarti "Ocean of Wisdom," justru menjadi masalah besar di Tibet. Dalai Lama merupakan biksu berpangkat tertinggi dalam versi Buddhisme Tibet, yang secara tradisional bertanggung jawab atas Tibet. Sayangnya, Dalai Lama ke-14 dan saat ini, Tenzin Gyatso, bertentangan dengan China, ia memiliki gagasan yang sangat berbeda untuk memerintah Tibet.

Menurut Encyclopedia Britannica, Dalai Lama telah diasingkan sejak pemberontakan Lhasa pada tahun 1959. Ditemani oleh keluarganya, guru, dan pejuang gerilya, Dalai Lama muda melakukan pelarian ke Himalaya, dan mendirikan pusat komando baru di Dharamsala, India.

Namun, sejak 1973, Dalai Lama berkeliling dunia untuk mengajarkan tentang agama Buddha dan mencari solusi tentang penderitaan Tibet. Dalam upayanya mencari "jalan tengah" koeksistensi antara Cina dan Tibet, ia pun mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1989. Namun, terlepas dari penghargaannya tersebut, ia tetap menjadi pemimpin politik dan spiritual yang berada dalam pengasingan. Dan di tahun 2011, ia mengundurkan diri dari bagian politik dan tugasnya. 

8. Ekosistem Tibet dalam bahaya 

https://www.youtube.com/embed/aFQ0twQ-d2s

Pada tahun 2019, Gaia Vince dari Guardian menunjukkan bahwa lapisan es dataran tinggi Tibet, menjadi yang terbesar setelah Arktik dan Antartika, sampai-sampai kalangan ahli glasiologi menyebutnya sebagai "kutub ketiga" di dunia. Namun, laporan kriosfer oleh Intergovernmental Panel on Climate Change mengungkapkan bahwa es ini mencair dengan cepat. Bahkan, 80 tahun ke depan, dua pertiga dari es itu menghilang.

Lapisan es Dataran Tinggi Tibet membentang di Tibet dan tujuh negara lainnya, dan merupakan sumber air dari 10 sungai terbesar di dunia, seperti sungai Gangga, Mekong, Indus, Kuning, dan Brahmaputra. Jika lapisan es dataran tinggi Tibet ini mencair, hal ini akan menyebabkan tanah longsor dan banjir besar yang berbahaya. 

Tentu saja, ini semua tentang perubahan iklim dan polusi. Dataran tinggi Tibet sangat sensitif terhadap pemanasan global, dan memanas hingga tiga kali lebih cepat dari bagian dunia lainnya. Gletsernya juga memiliki akumulasi jelaga dan bahan kimia berbahaya dari daerah terdekat yang tercemar, yang mungkin akan menjadi bencana terburuk setelah mencair dan mengalir ke sungai, laut, dan rantai makanan. 

9. Tibet dan Revolusi Budaya Mao

https://www.youtube.com/embed/KCLJKncqehc

Revolusi Kebudayaan Mao Zedong awalnya merupakan langkah untuk merebut kembali kekuasaan pada tahun 1966, tetapi berakhir dengan kekacauan dan bencana. Seperti yang dikatakan Dan Southerland dari Radio Free Asia, Tibet menjadi target besar dari kebijakan revolusi untuk "menciptakan yang baru dengan menghancurkan yang lama."

Kaki Revolusi Kebudayaan Tibet dimulai oleh kaum muda Tibet yang belajar di China, mereka diindoktrinasi oleh ajaran Maoisme atau Pemikiran Mao Zedong. Karena China telah menghancurkan kuil-kuil tua Tibet, Pengawal Merah (unit paramiliter yang dibentuk Mao Zedong) mulai menjarah apa yang tersisa dan membobol rumah-rumah warga dan menghancurkan benda-benda berbau keagamaan Tibet.

Seperti yang dikatakan Luo Siling dari New York Times, situasi berubah menjadi semacam perang saudara Maoisme, di mana dua faksi, Markas Besar Pemberontak Revolusi dan Aliansi Besar Komando Revolusioner Proletar, saling bertarung. Pertempuran menyebar di jalan-jalan Lhasa, dan berlangsung hingga akhir 1967. Setelah itu, Mao mengirim pasukan untuk mengendalikan situasi dan memulai serangkaian eksekusi. Selama ini, budaya Tibet sendiri terus menjadi sasaran, dan Revolusi Kebudayaan secara resmi belum berakhir sampai meninggalnya Mao pada tahun 1976. 

10. Penyiksaan brutal terhadap tahanan politik Tibet

https://www.youtube.com/embed/uxiRd_pnbJs

Organisasi seperti Free Tibet dan International Campaign for Tibet memiliki banyak daftar tahanan politik yang disiksa oleh otoritas China. Banyak tahanan yang juga meninggal akibat penyiksaan ini. Pada tahun 2008, Guardian mengungkapkan tentang penyiksaan Tsering Samdup, seorang pengunjuk rasa dengan aksi damai yang ditangkap pada tahun 1994 dan disiksa dengan berbagai cara yang mengerikan selama enam tahun.

Pada tahun 1995, Tim McGirk dari Independent melaporkan tentang Palden Gyatso, seorang biarawan yang mengalami penyiksaan dengan disetrum listrik dan disiram air panas selama 24 tahun. 

11. Insiden penembakan Nangpa La 

https://www.youtube.com/embed/veQIdaR0J70

Di Tibet, ada salah satu kasus yang paling terkenal secara internasional yakni insiden penembakan Nangpa La. Menurut Jonathan Watts dari Guardian, insiden itu terjadi pada tanggal 30 September 2006, lebih dari 70 pengungsi Tibet berjalan melewati dataran bersalju di Nangpa La dalam perjalanan mereka ke Nepal. Sayangnya, mereka terlihat oleh sekelompok penjaga perbatasan China, yang menembaki kelompok tak berdaya itu. Setidaknya dua orang tertembak: Satu adalah seorang biarawati berusia 17 tahun, yang meninggal di tempat, dan yang satunya lagi adalah seorang pemuda yang tertembak dua peluru dan dibawa pergi oleh para penjaga. 

Aksi penjaga perbatasan China ini direkam oleh seorang juru kamera Rumania. Seperti yang dikatakan Nolan Peterson dalam akun Newsweek-nya, rekaman ini membawa insiden tersebut muncul ke publik. Media pun bereaksi besar-besaran terhadap tindakan China tersebut. Namun, pada tahun 2015, jalur Nangpa La masih diawasi dengan sangat ketat oleh orang Cina. 

12. Guru Buddha Tibet Sogyal Lakar yang terjerat skandal 

12 Peristiwa Kelam yang Mewarnai Sejarah TibetSogyal Lakar (dn.pt)

Menurut BBC, guru Buddha Tibet Sogyal Lakar, alias Sogyal Rinpoche adalah seorang guru Buddha Tibet yang terhormat, diyakini sebagai reinkarnasi Tertön Sogyal Lerab Lingpa, yang telah mengajar Dalai Lama ke-13. Lakar menulis buku-buku seperti The Tibetan Book of Living and Dying, dan reputasinya berada di urutan kedua setelah Dalai Lama sendiri. 

Namun, bayangan gelap membuntuti karier Lakar, ia dituduh dalam berbagai tuduhan pelecehan fisik dan seksual. Pada awal 1994, seorang wanita yang tidak disebutkan namanya menggugatnya sebesar 10 juta US dolar, tetapi kasus itu diselesaikan di luar pengadilan. Namun, pada tahun 2017, banyak tuduhan yang menghampirinya.

Organisasi Buddha yang dia dirikan, Rigpa, menyelidiki tuduhan itu, dan merilis laporan yang membuktikam adanya pelecehan serius oleh Lakar. Terlebih lagi, beberapa pejabat senior organisasi tersebut diduga mengetahui tindakannya, tetapi mengabaikannya. Lakar meninggal karena emboli paru pada 2019, di usia 72 tahun. Dia tidak pernah dinyatakan bersalah atas kejahatan yang dituduhkan padanya. 

Faktanya, dengan semua kekayaan alamnya dan warisannya akan budaya dan keagamaan Buddha, Tibet menyimpan mimpi buruk yang tak bisa dilupakan begitu saja. 

Baca Juga: 6 Kuliner Tradisional yang Wajib Kamu Cicipi Ketika Plesiran ke Tibet

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya