4 Fakta Ilmiah yang Wajib Kamu Tahu tentang 'Trauma Matematika'

Dan bagaimana ya cara mengatasinya?

Dalam dunia pendidikan istilah susahnya mengerjakan soal matematika sudah gak bisa dipungkiri lagi. Banyak orang yang menderita berbagai tingkat trauma matematika, yakni suatu bentuk mental yang melemahkan seseorang ketika dihadapkan untuk mengerjakan soal matematika.

Justru banyak di antara mereka yang mengakui bahwa mereka gak pandai dalam pelajaran matematika. Biasanya mereka akan dilanda kepanikan jika ada ujian matematika, atau sering sekali sulit mengerjakan beberapa soal matematika dan terkadang mati-matian buat memahaminya. Topik soalnya bisa mencakup Aljabar atau Geometri.

Gagasan tentang orang yang pintar dalam matematika maupun yang tidak, mendorong penelitian yang dilakukan oleh Jennifer Ruef dari University of Oregon bersama rekan-rekannya. Mereka menemukan bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi guru dalam mengajar matematika adalah membantu sejumlah besar murid sekolah dasar yang menghadapi trauma matematika.

Begini penjelasan lengkapnya mengenai trauma matematika.

1. Dogma matematika di masyarakat

4 Fakta Ilmiah yang Wajib Kamu Tahu tentang 'Trauma Matematika'scientificamerican.com

Trauma matematika bermanifestasi sebagai kecemasan atau ketakutan, biasanya ketakutan ini berpacu pada takutnya akan melakukan kesalahan. Ketakutan ini membatasi akses ke jalur kehidupan bagi banyak orang, termasuk sekolah dan pilihan karier.

Sementara trauma matematika itu sendiri memiliki banyak sumber, yakni ada beberapa orang tua dan guru yang mempengaruhinya secara langsung, seperti gagasan kuno tentang apa artinya menjadi pandai dalam matematika. Yang termasuk dalam kecepatan dan ketepatan, dan menganggap manusia adalah komputer yang sebenarnya.

Tetapi penelitian telah mengkonfirmasi bahwa mengikat atau memaksa seseorang untuk pintar dalam hal itung-mengitung justru akan melemahkan peserta didik itu sendiri. Orang-orang yang berjuang untuk menyelesaikan ujian matematika sering mengalami rasa takut, yang akhirnya mematikan memori kerja mereka.

Dan membuatnya mustahil untuk berpikir serta memperkuat gagasan bahwa seseorang gak dapat mengerjakan matematika dan mengklaim diri bahwa mereka bukan orang yang pintar dalam matematika.

Terlebih lagi, siswa yang berhasil dalam ujian matematika faktanya memiliki kepercayaan bahwa menjadi ahli dalam matematika berarti cepat dan akurat dalam menghitung. Keyakinan ini bisa menyebabkan identitas matematika yang rapuh. Siswa takut mengungkapkan bahwa mereka gak tahu sesuatu atau gak bisa mengerjakan secepat itu, jadi mereka memilih menghindarinya.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Berhenti Membenci Matematika

2. Memahami cara kerja matematika

https://www.youtube.com/embed/FwYYa5h95mg

Mitos bahwa mengingat matematika dasar yang baik untuk belajar justru memiliki dampak yang merusak. Siapa sih yang gak ingin anak-anaknya jago dalam menghitung? Tetapi penelitian menunjukkan bahwa kelancaran dan kemampuan untuk mengingat dengan mudah, seperti 3 x 5 = 15 paling baik dikembangkan sejak pertama kali memahami operasi aritmatika. Dengan kata lain, langkah pertama dalam membangun memori matematika adalah memahami cara kerja matematika itu sendiri.

Contoh:

Pemahaman yang lebih dalam tentang konsep-konsep seperti multiplikasi dan pembagian memungkinkan orang untuk melihat pola dalam angka. Misalnya, 3, 5 dan 15 berada dalam hubungan segitiga, di mana 3 x 5 = 15, 5 x 3 = 15, 15 ÷ 5 = 3, dan 15 ÷ 3 = 5.

Melompati langkah dasar bisa menghambat pemahaman yang rapuh dan menghafal menjadi terasa sulit secara kognitif. Ketika seseorang hanya diminta untuk menghafal setiap pelajaran baru, mereka akan lebih mudah melupakannya. Sebaliknya, memahami pola dalam pelajaran matematika memampatkan beban kognitif yang diperlukan untuk mengingat pelajaran terkait. Sensemaking memberikan pemahaman yang mendalam, kuat, dan fleksibel, memungkinkan orang untuk menerapkan apa yang mereka ketahui untuk persoalan baru.

Jadi apa yang dapat dilakukan orang tua dan guru untuk mendukung dalam memahami pelajaran?

3. Temukan kesenangan itu sendiri

4 Fakta Ilmiah yang Wajib Kamu Tahu tentang 'Trauma Matematika'creativemaths.net

Permainan dan teka-teki yang membuat orang bermain dengan angka, seperti Sudoku, KenKen, atau permainan kartu tertentu, menciptakan kebutuhan intelektual berdasarkan persoalan matematika yang membantu anak-anak mengembangkan kelancaran dalam mengerjakan soal. Meminta anak-anak untuk menjelaskan pemikiran mereka menggunakan kata-kata, gambar atau objek bisa memvalidasi pentingnya ide-ide mereka.

Atur ulang kesalahan sebagai eksplorasi. Gak memiliki jawaban yang benar dalam mengerjakan soal bukan berarti mereka memiliki pemikiran yang salah. Meminta anak-anak untuk menjelaskan pemikiran mereka juga membantu dalam memahami apa yang mereka ketahui sekarang, dan apa yang mungkin mereka pelajari selanjutnya.

Pertanyaan tentang bagaimana seorang anak mendapat jawaban bisa membuat mereka berpikir tentang apa yang gak berhasil dan layak untuk direvisi.

4. Singkirkan mengklaim anak-anak

4 Fakta Ilmiah yang Wajib Kamu Tahu tentang 'Trauma Matematika'independent.co.uk

Penting bagi orangtua untuk gak memberikan kesan kepada anak-anak bahwa mereka bukanlah orang yang handal dalam matematika. Hal ini bisa berdampak negatif pada kepercayaan anak-anak tentang kemampuan belajar mereka sendiri. Juga, waspadalah dengan klaim bahwa anak-anak harus menderita dan bersusah payah untuk belajar matematika.

Cari makna yang lebih dalam tentang apa yang dipelajari anak, karena pemahaman yang lebih dalam berasal dari menghubungkan berbagai cara untuk menyelesaikan masalah.

Jika kamu menyadari bahwa kamu adalah orang yang memiliki trauma matematika, ingatlah bahwa kamu gak sendirian, dan ada cara untuk menyembuhkannya. Yang dimulai dengan memahami bahwa matematika itu luas dan menyenangkan.

Baca Juga: 4 Alasan Mengapa Kita Gak Bisa Menghindari Matematika

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya