9 Mitos Tentang Planet yang Kita Yakini Sebagai Kebenaran

Dijamin kamu semua percaya sama mitos ini

Ruang angkasa itu mencakup lingkup yang sangat besar dan luas. Apalagi banyak fakta yang sering kita dengar dan kita yakini terkait ruang angkasa beserta planet-planet yang menghiasinya. Namun, ada banyak hal mengenai luar angkasa yang kita pikir benar, termasuk fakta tentang planet tetangga kita, nyatanya banyak di antaranya yang salah.

Memang ini bukan salah kita jika kita meyakininya, tapi sejujurnya fakta-fakta tersebut sering kita dengar dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam atau sains di sekolah. Lalu apa sajakah itu? 

1. Planet di sistem tata surya kita berputar disekitar matahari

9 Mitos Tentang Planet yang Kita Yakini Sebagai Kebenaranhuffingtonpost.com

Menurut Real Clear Science, planet-planet (termasuk Bumi) secara teknis berputar di sekitar pusat massa tata surya. Namun bukan berotasi di Matahari, yang sebenarnya mengandung sekitar 99,87% dari massa. Tapi, tergantung di mana planet-planet itu berhubungan dengan Matahari, keseimbangannya selalu berubah. Itu berarti, terkadang planet-planet berputar di sekitar titik yang agak dekat dengan inti Matahari, dan terkadang di titik yang tidak ada matahari. Lalu bagaimana dengan Jupiter?

Massa Jupiter itu sangat besar. Dilansir dari Business Insider, jika kita mengambil semua massa semua planet lain selain Jupiter di tata surya dan dikalikan dengan 2.5, itulah massa Jupiter.  Jupiter sangat besar hingga ia terus-menerus mengorbit di tempat yang disebut barycenter, terletak 7% dari jari-jari Matahari di atas permukaan Sol lama. Jupiter juga tidak hanya berputar di sekitar titik imajiner di atas Matahari, ia pun dapat membuat Matahari sedikit goyah karena kekuatannya. Dan itu membuat Jupiter cukup menakjubkan, karena terjebak dalam tarik ulur kosmik dengan Matahari. 

2. Mars adalah planet merah

https://www.youtube.com/embed/Q7UL8hvlk7k

Kita semua menganggap kalau Mars adalah Planet Merah. Yang disebut orang Mesir kuno Har Delcher, atau merah. Sebagian permukaan Mars ditutupi oleh lapisan debu besi oksida. Dilansir dari Universe Today, di beberapa tempat, debu itu hanya setebal satu milimeter atau mungkin lebih tebal. Jadi tentunya, tidak semua permukaan Mars merah. 

Debu itu bukan berasal dari reaksi air, dan para peneliti di Laboratorium Simulasi Mars menganggap bahwa debu itu terbentuk dari angin Mars yang bereaksi dengan kotoran dan debu yang mengubah debu itu menjadi merah. Menurut Nasa, debu ini tidak sama seperti yang ada di Bumi. Tapi debu ini membawa muatan listrik statis. 

Itu dibuktikan dengan beberapa peralatan kamera yang di kirim ke Mars untuk menentukan warna benda seperti batu dan batuan lain di planet Mars. Atmosfer planet Mars sangat berbeda dari Bumi, peneliti mengalibrasi kamera-kamera tersebut, dan bidikan panorama dari waktu yang berbeda dalam sehari tampaknya menunjukkan bahwa Mars memiliki kemampuan layaknya bunglon yang bisa berubah warna.

3. Hanya Saturnus yang memiliki cincin

https://www.youtube.com/embed/FE6dzyBtajA

Kita pasti tahu kan kalau planet bercincin itu Saturnus. Tapi ternyata kita keliru, lho. Jupiter, Neptunus, dan Uranus juga memiliki cincin, namun cincin-cincin itu tidak begitu terlihat seperti layaknya Saturnus. Tahukah kamu kalau cincin Saturnus itu tidak selalu terlihat juga. Itu karena cincin Saturnus tidak stabil, dan selalu berubah.

Galileo pertama kali melihat cincin Saturnus pada tahun 1610, tetapi baru pada tahun 1800-an para astronom menyadari piringan yang tampak mengambang di sekitar Saturnus bukan saja sebuah piringan. Saat ini diketahui bahwa ada 12 cincin individual di sekitar planet ini, dan cincin-cincin itu menangkap bulan-bulan Saturnus di dalamnya.

Adapun planet lain? Dikutip dari Universe Today, Uranus sebenarnya memiliki lebih banyak cincin daripada Saturnus, dan semuanya berjumlah 13, ia juga memiliki cincin terbaru dari cincin-cincin yang sudah ada. Cincin-cincin itu terbentuk sekitar 600 juta tahun yang lalu, dan sebagian besar lebarnya hanya berjarak beberapa mil.

Peneliti bahkan tidak tahu kalau Jupiter memiliki cincin sampai pada tahun 1979, dan empat cincin planet raksasa itu kebanyakan mengandung puing-puing yang dibuat karena berbagai dampak selama bertahun-tahun. Dan Neptunus? Tidak ada yang tahu bahwa Neptunus memiliki cincin sampai tahun 1989 (enam di antaranya, kemungkinan terdiri dari senyawa yang diledakkan dengan radiasi). 

Baca Juga: 10 Produk Sehari-hari yang Justru Mengancam Planet Kita

4. Bintik Merah Raksasa Jupiter berwarna merah

https://www.youtube.com/embed/JDi4IdtvDVE

Dilansir dari space.com, Bintik Merah Raksasa (Great Red Spot) adalah badai yang paling mencolok di permukaan Jupiter, badai ini sepanjang 12.400 mil (20.000 kilometer) dan lebar 7.500 mil (12.000 km), sekitar dua hingga tiga kali lebih besar dari Bumi. Angin dalam badai itu diperkirakan sekitar 425 mph, dan itu mengejutkan ilmu fiksi ilmiah. Pertama kali direkam pada 1665.

Ketika tempat itu didokumentasikan pada tahun 1880-an, ia berwarna gelap yang oleh Crayola disebut "bata merah." Lalu berubah menjadi "Bintik Merah Raksasa" di tahun 1870-an. Tetapi dalam beberapa dekade sebelum itu, warnanya mirip seperti warna pink, dan juga berubah menjadi warna ungu. Tapi sekarang ini, Bintik Merah Raksasa Jupiter berwarna oranye.

5. Uranus selalu disebut Uranus

https://www.youtube.com/embed/umF60-_IncE

Ditemukan pada tahun 1781, Uranus awalnya bernama Georgium Sidus. Nama itu berasal dari Sir William Herschel. Nama ini secara harfiah berarti "Bintang George," (terinspirasi dari Raja George III). Nama itu pun diperdebatkan dalam waktu yang cukup lama, terutama di komunitas astronomi di luar Inggris.

Komunitas astronomi akhirnya memilih nama Uranus, dalam tradisi penamaan planet-planet setelah dewa kuno. Baru pada tahun 1850 nama "Uranus" diterima secara luas.

6. Merkurius adalah planet terpanas

https://www.youtube.com/embed/96C1eCaTtvg

Banyak yang beranggapan kalau Merkurius adalah planet terpanas karena planet yang paling dekat dengan Matahari. Menurut space.com, sebenarnya tidak, lho. Merkurius bahkan tidak selalu panas, dan suhunya dapat berfluktuasi antara 801 dan minus 279 derajat Fahrenheit. Suhu rata-rata terpanas masih 332 derajat, bahkan suhu itu tidak mendekati suhu rata-rata Venus. 

Sementara Venus memiliki suhu yang panas akibat atmosfernya, dan sebaliknya, Merkurius jauh lebih rendah suhunya dibandingkan Venus. Anehnya, hubungan jarak dekat antara Merkurius dengan Matahari yang membuatnya tidak memiliki atmosfer sama sekali, tapi kurangnya atmosfer itulah yang menyebabkan sebagian besar sinar matahari yang terus-menerus membombardir Merkurius tersebut justru hanya melewatinya dan berlalu begitu saja, daripada memanaskan permukaannya.

7. Pluto itu gelap

9 Mitos Tentang Planet yang Kita Yakini Sebagai Kebenaranonwardstate.com

Kita tahu bahwa Pluto bukan planet lagi, tetapi Pluto pernah dianggap sebagai planet selama 75 tahun lamanya, dan pada waktu itu ia menciptakan reputasi yang cukup baik dan membuat kesalahpahaman. Ini salah satunya: sebagai "planet" terjauh dari Matahari, Pluto diasumsikan sangat gelap. Padahal sebenarnya, sinar matahari bisa mencapai lingkup yang jauh dari pada yang manusia pikirkan.

Menurut Discover Magazine, ada persamaan matematika yang dapat kita gunakan untuk mencari tahu seberapa cerahnya Matahari. Pada dasarnya, para jenius matematika mengatakan bahwa itu semua ada hubungannya dengan ukuran bola, jumlah cahaya yang melewatinya, dan jarak target dari bola itu.

Ambil pemandangan Matahari dari Bumi, dan bandingkan dengan kecerahan bulan purnama. Secara matematis, matahari sekitar 400.000 kali lebih terang daripada bulan. Di Pluto, matahari seperti titik terang di langit yang terlihat 250 kali lebih terang daripada bulan purnama di Bumi.

8. Venus dan Bumi memiliki ukuran yang sama

9 Mitos Tentang Planet yang Kita Yakini Sebagai Kebenaranspinzak.com

Kamu mungkin pernah mendengar kalau Venus adalah kembaran Bumi, karena kesamaan ukurannya. Tapi ternyata tidak. Menurut Scientific American, Venus dan Bumi memang memiliki susunan kimia yang sangat mirip. Ada banyak karbon dioksida di kedua atmosfer, tetapi ada perbedaan, karena lebih banyak karbon dioksida di Venus daripada di Bumi. Karena fakta tersebut, beberapa ilmuwan mengklaim kalau Bumi akan mengalami nasib yang sama seperti Venus jika pemanasan global dan perubahan iklim tidak dihentikan. Karena memang Venus adalah planet terpanas di tata surya.

Selain memiliki hidrogen, helium, dan oksigen, Venus juga memiliki air, hanya saja air cuma sedalam satu inci dan hanya menutupi permukaan planet yang sangat kering. Venus juga memiliki awan dan bisa hujan. Namun hujannya adalah asam sulfat. Tapi tetap saja Venus tidak bisa dianggap sebagai kembaran bumi. 

9. Semua planet memenuhi syarat sebagai planet, kecuali Pluto

https://www.youtube.com/embed/OBN2idZbBKo

Pada tahun 2006, para astronom akhirnya menghapus sebutan "planet" pada Pluto, dan menjadikannya "planet kerdil". Tetapi pada saat mereka berdebat tentang status Pluto, sebenarnya sebuah planet hanya perlu memenuhi beberapa kriteria non-spesifik yang cukup agar bisa disebut planet. Salah satunya adalah, suatu planet tidak memiliki benda atau puing-puing ruang angkasa diorbitnya yang bukan salah satu dari satelitnya. Dilansir dari Gizmodo, hal itu menjadi masalah bagi Pluto, karena tepat di tengah sabuknya ada asteroid Kuiper.

Tapi itu juga menjadi masalah bagi Bumi. Planet kita sendiri dikelilingi oleh ribuan asteroid, dan manusia belum bisa membersihkan orbit Bumi seperti syarat yang disarankan. Bahkan, Jupiter pun akan terusir dari daftar Planet karena asteroid-asteroid yang dimilikinya.

Jadi, International Astronomical Union melakukan sedikit perbaikan terkait syarat suatu planet. Mereka mengubahnya dan memasukkan gagasan bahwa tidak masalah terkait benda-benda asing yang mengorbit di suatu planet, tetapi planet yang dimaksud harus jauh lebih besar daripada benda-benda di sekitarnya. Bumi dan Jupiter dianggap memenuhi syarat karena mereka besar, sementara Pluto tidak. Maaf Pluto, sepertinya kamu ditakdirkan untuk tidak menjadi planet.

Nah, tentunya dari sembilan mitos di atas kita pernah kan mendengarnya di pelajaran sains dan mungkin kita mempercayainya hingga sudah tidak sekolah lagi. 

Baca Juga: Seperti Apa Bumi 50 Tahun ke Depan? Begini Kata Sains

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya