10 Hal Tak Biasa yang Mampu Dilakukan oleh Otak Manusia

Bahkan otak bisa membenci sesuatu yang tidak rasional

Otak manusia memiliki keajaiban dan keunikannya tersendiri. Otak memiliki kekuatan pemrosesan dan kapasitas penyimpanan yang luar biasa, ia dapat menangani sejumlah besar input sensorik sekaligus, dan tidak hanya membuat kita menjadi diri kita sendiri, tetapi juga membuat kita terus berkembang.

Sayangnya, hal ini tidak sepenuhnya sempurna; penuh dengan gangguan teknis, mengalami masalah penyimpanan, dan juga kebingungan. Hal itulah yang dapat menyebabkan beberapa hal yang cukup unik - beberapa di antaranya bahkan sangat aneh. Ketahui penyebabnya, yuk, dengan penjelasan di bawah ini! 

1. Respons meridian dan otonom saraf sensorik

10 Hal Tak Biasa yang Mampu Dilakukan oleh Otak Manusiasingingfromscratch.com

Respons meridian dan otonom saraf sensorik, lebih dikenal sebagai ASMR, adalah sesuatu yang hanya dialami oleh orang-orang tertentu. Yang memicu semacam sensasi kesemutan atau perasaan geli yang merayap di bagian belakang kepala atau leher. Apa penyebabnya? Masih belum diketahui.

Dilansir dari laman Science Daily,  sebuah studi tahun 2018 menemukan bahwa ASMR memberikan beberapa manfaat kesehatan mental dan fisik. Namun, belum banyak penelitian yang dilakukan tentang fenomena tersebut, menurut The Guardian,  satu-satunya studi ilmiah dilakukan oleh Swansea University yang meneliti pengalaman dari 500 orang yang mengalami ASMR.

Meskipun dalam hal ini, mereka tidak memahami apa yang terjadi sejauh aktivitas otak pada orang yang sensitif terhadap ASMR, tetapi mereka menemukan bahwa bagi sebagian besar orang yang disurvei, suara bisikanlah yang berhasil dan membuat kesemutan atau geli pada area belakang kepala dan leher. 

2. Lucid dream

https://www.youtube.com/embed/qH-MGqokk_Y

Saat seseorang mengalami lucid dream, ia sepenuhnya sadar bahwa ia sedang bermimpi. Meskipun beberapa orang mengaku bahwa mereka dapat membuat keputusan dan mempengaruhi apa yang terjadi dalam mimpi. Ada bagian otak yang mencegah seseorang bergerak saat tidur (sebagian besar waktu) tetapi mata masih bisa bergerak bebas.

Dikutip dari The Atlantic, pada 1980-an, psikolog bekerja sama dengan orang yang mengalami lucid dream. Dalam penelitian tersebut, seorang lucid dream diminta menggerakkan mata mereka untuk memberi tahu bahwa mereka sedang tidur di tengah mimpi sadar tersebut. Para peneliti pun dapat melacak segala sesuatunya, mulai dari aktivitas listrik di otak hingga detak jantung, dan ditemukan bahwa otak menjadi lebih aktif selama lucid dream. Bahkan lebih unik lagi, seseorang bisa mengendalikan lucid dream itu sendiri.

3. Doorway effect

https://www.youtube.com/embed/TcWUSuMpdso

Pernah masuk ke sebuah ruangan dan tiba-tiba lupa kamu ingin melakukan apa? Pengalaman ini disebut Doorway Effect. Menurut Scientific American, para peneliti dari Universitas Notre Dame melakukan percobaan untuk melihat bagaimana berjalan dari satu ruangan ke ruangan lain dalam lingkungan tertentu ternyata dapat mempengaruhi ingatan.

Tes dilakukan baik dalam virtual, dan dalam kehidupan nyata. Peserta diminta masuk ke sebuah ruangan untuk mengambil barang. Di dalam game, barang tersebut disimpan di dalam ransel virtual, sedangkan di kehidupan nyata, barang tersebut disembunyikan di dalam sebuah kotak. Mereka kemudian akan berjalan ke ruangan lain, meletakkan benda itu, mengambil yang lain, dan mengulanginya. 

Pada berbagai titik dalam percobaan, mereka berhenti dan bertanya kepada orang-orang apa yang ada di kotak (atau inventaris) mereka. Jika mereka ditanya tepat setelah melewati sebuah pintu, mereka cenderung tidak akan mengingat dan lebih lambat untuk menjawab apa yang ingin mereka lakukan. Jadi apa yang terjadi? Peneliti menyebutnya sebagai "event model", yang berarti bahwa ingatan kita bekerja dengan baik sampai otak kita memudarkan informasi yang tidak berguna lagi.

Jadi, jika kita lupa dengan suatu hal yang ingin kita kerjakan, kemungkinan besar hal itu tidaklah penting. Nah, misalkan kamu berpikir ingin mengambil makanan anjing, cemas dengan presentasi yang akan dilaksanakan besok, bertanya-tanya apa yang akan dimasak untuk makan malam, dan pergi ke dapur untuk minum kopi, kemungkinan besar otak kamu akan menyingkirkan secangkir kopi itu dari pikiranmu. Karena ketika kamu pergi kesuatu tempat pada saat yang sama, otakmu akan membuang pemikiran-pemikiran yang dianggap tidak penting. 

4. Sistem navigasi otak menurun karena teknologi

10 Hal Tak Biasa yang Mampu Dilakukan oleh Otak Manusiaautocar.co.uk

Dilansir dari The Guardian, ketergantungan kita pada sistem navigasi (GPS), membuat sistem navigasi alami kita menjadi lemah. Hal ini diketahui bahwa manusia memiliki bagian otak yang hanya didedikasikan untuk petunjuk arah, contohnya ketika manusia mengemudikan kendaraan tanpa GPS, namun berhasil mengingat jalan. Semisal saja supir taksi offline, ia mungkin bisa menghafal 25.000 jalan yang berbeda, tempat-tempat yang menarik, dan toko di sepanjang jalan. Pemindaian otak pengemudi taksi yang aktif menunjukkan bahwa otak si pengemudi taksi mampu untuk menangani volume informasi yang banyak ini, dan akan menurun kembali ke tingkat "normal" setelah mereka pensiun. 

Nah, berbeda halnya ketika kita bergantung pada GPS. Pengemudi yang mengandalkan GPS cenderung tidak memikirkan hal-hal seperti mencari jalan pintas sendiri. Ketika mereka diuji pada kesadaran lingkungan mereka, mereka gagal mengingatnya, beberapa bahkan tidak dapat mengenali jalan ke arah yang berlawanan yang baru saja mereka lewati beberapa kali. 

5. Kepuasan semantik

https://www.youtube.com/embed/KV9oeivWXlo

Pernahkah kamu bereksperimen dengan mengulang kata berkali-kali hingga kata itu tidak memiliki makna lagi, atau pernahkah kamu menghabiskan waktu sepanjang hari di kedai kopi dan kamu menyadari bahwa kamu tidak lagi mencium aroma kopi? Jika iya, maka kamu sedang mengalami fenomena kepuasan semantik. 

Menurut New York Magazine, hal itu terjadi ketika kita melihat atau mendengar kata atau melakukan sesuatu yang sama diulang berkali-kali. Selama sekitar satu abad, para psikolog sudah mengetahui tentang fenomena tersebut. Ketika kita mendengar, melakukan, (atau melihat) sesuatu cukup sering, otak kita menjadi bosan. Kita tidak saja berhenti memperhatikannya - tetapi juga berhenti menghilangkan makna tertentu. 

Baca Juga: Mengenal Afasia: Gangguan Komunikasi Akibat Kerusakan Otak

6. Paradox of choice

https://www.youtube.com/embed/F4QzhSlqmqg

Otak kita tidak saja berubah-ubah, tetapi juga menyabotase kita dan membuat kita sengsara. Itulah teori di balik Paradox of Choice oleh Barry Schwartz, namun itu fenomena yang sangat masuk akal. Setiap hari, kehidupan modern memberi kita banyak sekali pilihan. Dan hal ini disebut dengan kebebasan, tetapi hal ini justru membuat kita menjadi ragu, bahkan setelah kita membuat pilihan.

Otak membandingkan pilihan kita dengan pilihan yang dibuat orang lain, dan otak selalu fokus pada pilihan yang menurut kita lebih baik. Mulai dari pilihan karier hingga keputusan memilih produk di toko bahan makanan dan segala sesuatu yang lainnya. Hal itu adalah informasi yang sangat besar untuk diproses, dan itu membuat kita kewalahan oleh hal-hal yang tidak kita lakukan. 

Schwartz mengatakan bahwa seringkali, kebebasan inilah yang membuat kita tidak bisa memutuskan dan melakukan apa-apa. Kebebasan, ditambah dengan standar yang terlalu tinggi terkait tampilan realitas dan selektif kita di media sosial, melumpuhkan kita untuk membuat keputusan.

7. Earworm 

https://www.youtube.com/embed/3NE_OoO-N54

Earworm adalah fenomena di mana sebuah lagu terus menempel di kepala kita. Dan setiap orang biasanya memilikinya. Menurut BBC, sebuah penelitian Goldsmiths University menanyakan kepada orang-orang tentang lagu apa yang biasanya terus menempel di kepala mereka.

Lagu adalah salah satu dari sedikit hal identik yang setiap saat kita dengarkan, yang memungkinkan otak kita mengingat lagu tersebut dan terus memainkannya di otak kita. Ini juga ada hubungannya dengan bagian dari ingatan jangka pendek kita, yang disebut slave system. Itulah bagian yang menyimpan informasi yang terkonsentrasikan dengan baik, seperti nomor telepon, atau sesuatu yang ingin kita pesan.

Keakraban lagu, pengulangan, dan lirik yang menarik mengelabui bagian otak kita untuk berpikir bahwa hal itu sangat penting, meskipun kita tidak terlalu peduli. Selain itu, dibutuhkan hampir semua jenis eksposur (atau rangsangan yang sama sekali tidak terkait) untuk membuat musik itu diputar berkali-kali di otak kita.

8. Deja vu

https://www.youtube.com/embed/foVMwJtlR5s

Istilah ini cukup sering kita dengar, deja vu, perasaan bahwa kita pernah mengalami sesuatu yang sama sebelumnya. Sayangnya, hal ini terjadi bukan karena pengalaman kehidupan lampau yang muncul dalam kesadaran kita - tapi karena otak kita yang menyelesaikan konflik informasi. 

Dilansir dari New Scientists, baru pada Juli 2016 tim dari Universitas St. Andrews di Inggris mempresentasikan temuan mereka tentang subjek tersebut. Mereka mengungkapkan bahwa deja vu terjadi di bagian depan otak dan dipicu ketika kita mengira bahwa kita telah mengalami sesuatu yang telah kita alami. Peneliti memicu perasaan tersebut dengan memberi sukarelawan daftar kata-kata seperti "mimpi, malam, dan tempat tidur", lalu menanyakan apakah mereka melihat kata yang dimulai dengan "s." "Tidur" yang tidak ada dalam daftar, tapi cukup familier dengan apa yang mereka pikirkan. 

Jadi pada dasarnya, ketika kita merasakan deja vu, mungkin yang sebenarnya kita rasakan adalah otak kita mengakses kembali ingatan kita untuk melihat bagaimana otak dapat menyelesaikan konflik informasi. Pernah mengalami deja vu? Ini mungkin ingatan kamu lebih baik daripada rata-rata. 

9. Lethologica

https://www.youtube.com/embed/sFeibGnZ6tc

Kamu pasti pernah lupa dengan sebuah kata yang kamu ketahui tetapi tidak dapat menyebutkannya. Dikutip dari BBC, ketika kamu lupa dengan nama atau kata pada dasarnya berkaitan dengan cara kamu menyimpan informasi. Biasanya, nama atau kata-kata itu bagian dari apa yang disebut kosakata pasif, dan karena kita jarang menyebutkannya, itu yang mengakibatkan kita menjadi lupa. 

10. Misophonia 

https://www.youtube.com/embed/1LFBQ3EP3Pg

Pernahkah kamu merasa muak dengan suara bising seseorang? Biasanya orang ini menderita misophonia. Para peneliti mencari tahu mengapa beberapa suara memicu kebencian yang serius pada beberapa orang. Peneliti masih belum mengetahui apa yang menyebabkan misophonia pada beberapa orang, tetapi penelitian awal telah mengaitkannya dengan bentuk gangguan obsesif-kompulsif yang sangat spesifik. 

Penelitian lain menunjukkan bahwa mungkin ada semacam hiperkonektivitas antara sistem pendengaran seseorang dan sistem limbik. Menurut Physiology Today, penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa misophonia tidak hanya menyebabkan kemarahan, tetapi juga bisa menimbulkan emosi seperti kesedihan, kecemasan, dan merasa jijik. 

Otak manusia memang dirancang sedemikian rupa oleh Tuhan. Oleh sebab itu, manusia dioptimalkan melalui otaknya. Itu mengapa, otak juga memiliki keunikannya tersendiri. 

Baca Juga: Apraksia: Disfungsi Bagian Otak yang Bisa Menyebabkan Gangguan Gerak

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya