Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhD

Sudah dianugerahi kecerdasan sejak kecil

Mary Washburn atau Helen Magill terkenal karena menjadi perempuan pertama yang mendapatkan gelar doktor filsafat pada abad ke-19. Akan tetapi, mereka bukanlah yang pertama — mereka hanyalah salah satu yang pertama di Amerika Serikat. Gelar doktor pertama yang diberikan kepada perempuan ada di abad ke-17.

Pada tahun 1678, seorang bangsawan Venesia bernama Elena Cornaro Piscopia berhasil mempertahankan disertasinya di depan orang banyak di Katedral Padua untuk mendapatkan gelar doktor pertama yang pernah diberikan kepada perempuan. Berikut adalah kisah hidupnya yang jarang diketahui.

1. Kelahiran Elena Lucrezia Cornaro

Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhDPalazzo Loredan, Venesia (images.vincos.it)

Dikutip laman Britannica, Elena Lucrezia Cornaro Piscopia lahir pada tahun 1646, anak kelima dari seorang gadis petani bernama Zanetta Boni. Zanetta dan keluarganya tiba di Venesia dari wilayah Dalmatian Venesia pada masa wabah penyakit atau kelaparan.

Terlepas dari status sosial ibunya, Elena lahir di lingkungan mewah Palazzo Loredan di Venesia. Ayah Elena adalah Gianbattista Cornaro Piscopia, prokurator St. Markus, orang paling berkuasa kedua di Republik Venesia, dan anggota keluarga aristokrat Cornaro (Ven. Corner).

Kelahiran Elena cukup menyedihkan, orang tuanya tidak menikah ketika dia lahir, jadi dia tidak memiliki hak hukum atas nama atau properti ayahnya. Lalu, hubungan orang tuanya dilarang menurut hukum Venesia. Oleh karena itu, Elena secara hukum dianggap sebagai orang biasa, terlepas dari status ayahnya. Dia tidak masuk ke "Buku Emas" bangsawan Venesia.

2. Terlahir dengan kemampuan akademis yang luar biasa

Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhDpotret Elena Lucrezia Cornaro Piscopia oleh Pieter Van Schuppen dan Pierre Lombard And Luigi Gradenigo (fineartamerica.com)

Elena cukup beruntung, dia mewarisi kepintaran leluhurnya, yang beberapa di antaranya adalah sarjana terkenal. Ayahnya pun terkenal di kalangan sastrawan karena memiliki salah satu perpustakaan paling luas dan lengkap di seluruh Venesia. Di samping perpustakaan, ada semacam laboratorium kecil di istana keluarga. 

Mengutip Premio Elena Cornaro Society, Elena sangat tertarik pada fisika. Kakeknya, Giacomo Alvise Cornaro, pernah menjadi koresponden Galileo, sedangkan kerabatnya, Caterina Cornaro adalah ratu terakhir Siprus pada abad ke-15.

Saat melihat keistimewaan Elena, ayahnya memberikan pendidikan yang terbaik untuknya. Sejak usia 4 tahun, Elena terdaftar dalam program studi yang sangat sulit dan mungkin membingungkan sebagian besar anak dan pendidik saat ini.

3. Elena disebut sebagai anak ajaib

Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhDPotret Elena Lucrezia Cornaro Piscopia, duduk membaca buku di ruang belajar, ilustrasi dari "Aquila inter lilia" karya Giovanni Palazzi. (dok. The Trustees of the British Museum)

Elena Cornaro Piscopia adalah seorang jenius dan diakui sebagai anak ajaib di masa mudanya. Dilansir Vassar College, dia sangat fasih berbahasa Spanyol, Prancis, Yunani Klasik, dan Latin, bukan prestasi kecil mengingat dua bahasa terakhir tidak lagi digunakan.

Elena juga belajar matematika, ilmu alam, astronomi, dan filsafat. Di bawah bimbingan Maddalena Capelli, ia belajar dan menggubah musik, menguasai harpsichord, clavichord, biola, dan harpa. Sayangnya, tidak ada satu pun dari karyanya yang bertahan. Maddalena bahkan menjadi teman baik dan kepercayaan Elena sampai kematiannya pada tahun 1684.

Terlepas dari keunggulannya dalam hampir semua mata pelajaran, pelajaran kesukaan Elena adalah teologi. Studinya tentang disiplin tersebut memicu minatnya pada bahasa Ibrani, ayahnya bahkan membawakannya seorang guru dari komunitas Yahudi di Venesia. 

Rabi Shemel Aboaf mengajarinya bahasa Ibrani dan Arab, menambahkan dua bahasa Semit ke dalam repertoarnya, dan bahasa Italia. Elena telah menguasai tujuh bahasa, membuatnya mendapatkan gelar "Oraculum Septilingue", serta banyak mata pelajaran lain.

4. Menjadi perempuan selibat dari Venesia 

Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhDpatung "Elena Lucrezia Cornaro Piscopia", di Palazzo Bo, Padua (dok. Università di Padova)

Di usia Elena ke delapan tahun, orang tuanya menikah setelah 20 tahun menjalin hubungan. Pernikahan itu membuat Elena dan saudara-saudara kandungnya sah. Namun, mereka masih tidak mendapatkan hak istimewa dari kelas atas Venesia.

Setelah ayah Elena menyumbangkan uang kepada Republik Venesia yang saat itu berperang di Laut Adriatik dan Mediterania Timur, Gianbattista berhasil mendaftarkan anak-anaknya di Buku Emas Venesia, catatan keluarga bangsawan republik di tahun 1664. Elena akhirnya menjadi anggota penuh keluarga Cornaro, dan mendapatkan semua hak istimewa dari garis keturunannya.

Ayahnya sangat ingin Elena menikah, tetapi Elena tidak tertarik untuk menikah. Dia ingin menjadi biarawati dan melanjutkan studi, tetapi ayahnya menentang. Dia hanya diperbolehkan menjadi oblat Benediktin, hidup seperti seorang biarawati tanpa menjadi seorang biarawati.

Baca Juga: 11 Ilmuwan yang Melampaui Ilmu Pengetahuan pada Zamannya

5. Elena Cornaro mendapatkan reputasi akademiknya di usia muda

Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhDElena Lucrezia Cornaro Piscopia, kontemporer filsuf Italia yang meninggal pada 1684 (commons.wikimedia.org/Agnes Scott College)

Di usia 18 tahun, Elena Cornaro Piscopia menggemparkan dunia akademik pada era Renaisans Italia. Dia seperti seorang selebriti di dunia akademik, di undang ke segala macam simposium dan konferensi akademik.

Elena juga menjadi anggota kehormatan dari setidaknya enam perkumpulan akademik, dua di Roma, dua di Venesia, satu di Siena, dan satu di Padua. Elena bahkan menjadi pemimpin Accademia dei Pacifici di Venesia.

Pada pertengahan abad ke 20,  kardinal, bangsawan, senat Venesia, dan bahkan raja-raja berkorespondensi serta berkonsultasi dengannya tentang akademis dari geometri hingga filsafat.

6. Masuk ke akademi 

Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhDUniversitas Padua (scholarship-positions.com)

Melihat bakat putrinya dalam bidang akademik, Gianbattista Cornaro Piscopia mendesak putrinya untuk meraih gelar doktor. Dikutip laman Society for the Study of Women Philosophers, Elena pantas mendapatkan pengakuan, yang juga akan membawa prestise keluarganya. Jadi, dia mendaftar di Universitas Padua yang bergengsi.

Pada 1672, Elena diterima di universitas, di mana ia belajar filsafat dan teologi di bawah bimbingan Carlo Rinaldini dan Felice Rotondi. Pada tahun 1677, ia berhasil mempertahankan tesisnya dan lulus. Akan tetapi, gelarnya di bidang teologi ditentang oleh otoritas gereja, yang menganggap bahwa perempuan tidak memenuhi syarat untuk gelar tersebut. 

7. Gelarnya sempat ditunda oleh birokrasi 

Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhDilustrasi Gregorio Barbarigo (cancaonova.com)

Kardinal Gregorio Barbarigo menganggap bahwa seorang perempuan yang diberikan gelar doktor dalam teologi adalah hal yang konyol. Menurutnya, gelar doktor teologi akan memberi Elena hak untuk berkhotbah dan mengajar. Karena imamat Gereja Katolik semuanya laki-laki, menurut aturan gereja, dia tidak dapat diberikan gelar doktor dalam bidang teologi.

Mengutip Agnes Scott College, karena Elena telah mempelajari teologi dan filsafat, dia secara teknis memenuhi syarat untuk kedua gelar tersebut. Jadi, pada tahun 1678, Kardinal Barbarigo mengizinkannya untuk mempertahankan disertasinya dalam bidang filsafat dan lulus dengan gelar laurea (setara dengan gelar doktor Italia pada saat itu) dalam bidang filsafat alih-alih Th.D. dan Elena setuju.

8. Hari besar bagi Elena Cornaro Piscopia

Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhDilustrasi Elena Cornaro Piscopia dinobatkan dengan gelar doktor (dok. Università di Padova)

Pada tahun 1678, pembelaan disertasi Elena Cornaro Piscopia datang, puncak dari kerja kerasnya selama enam tahun. Pembelaan dijadwalkan pada 25 Juni di universitas. Seperti yang dilaporkan Italy Magazine, 30.000 orang, termasuk akademisi dari seluruh Italia dan anggota Senat Venesia, tertarik oleh reputasinya dan ingin mendengar presentasinya tentang Aristoteles.

Namun, tidak seperti hari ini, di mana kandidat Ph.D. umumnya melakukan pembelaan dalam bahasa daerah mereka, pembelaan Elena dilakukan dalam bahasa Latin, bahasa kesarjanaan. Selama satu jam, Elena memberikan pendapatnya tentang beberapa bagian sulit dari Aristoteles sebelum menghadapi pertanyaan dari tiga orang komite. Dia mampu menjawab semua pertanyaan mereka.

Keputusan komite biasanya dibuat melalui pemungutan suara rahasia setelah pertimbangan pribadi. Panitia dan penonton sangat terkesan dengan pembelaannya yang fasih sehingga dia dianugerahi gelar dengan aklamasi bulat. Hari itu, di katedral Padua, Profesor Rinaldi menganugerahkan jubah dan cincinnya kepada Elena dan memberinya sebuah buku filsafat. Dia dinyatakan Magistrix et Doctorix di Philosophia, seorang guru dan doktor dalam filsafat. Dia telah mendapatkan gelar doktor.

9. Kematian Elena Cornaro Piscopia 

Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhDpotret Elena Lucrezia Cornaro Piscopia (commons.wikimedia.org/Università di Bologna)

Setelah mendapatkan gelar, Elena Cornaro Piscopia mengajar di Padua sebagai guru matematika, meski dia tidak pernah diberi jabatan guru besar. Dia juga menjabat sebagai penguji di komite, mengawasi tesis doktoral berikutnya di universitas.

Menurut Universitas Oxford, korespondensinya berlanjut, dan pada 1683, dalam perayaan kemenangan Polandia atas Utsmaniyah Muslim di Wina, ia menjalin komunikasi dengan paus dan raja Polandia Jan III Sobieski. Di Prancis, ketenaran barunya membuatnya mendapat perhatian Raja Louis XIV, yang memerintahkan para sarjana Prancis di Sorbonne untuk mencari bimbingannya dan berkorespondensi dengan Elena.

Namun, seiring bertambahnya usia, Elena sering terserang penyakit, dan pada tahun 1684, TBC, penyakit menakutkan era Renaisans merenggut nyawanya. Saat itu usianya baru 38 tahun. Elena dimakamkan di Biara Santa Giustina di rumah angkatnya di Padua. Ayahnya membangun sebuah monumen untuk menghormatinya, yang sekarang berdiri di Universitas Padua.

10. Karya Elena Cornaro Piscopia setelah kematiannya 

Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhDLukisan Antony Morato, "Esempi di virtù femminile", 1941. Di sebelah kiri adalah Elena, memainkan alat musik. (dok. Università di Padova)

Sayangnya, Elena Cornaro Piscopia dilupakan setelah kematiannya, terlepas dari ketenaran yang dia nikmati ketika hidup. Namun, ini bukan karena orang membencinya. Sebaliknya, Venesia sangat berduka saat kehilangan sosok yang begitu penting. Bahkan setelah ia tiada, dia masih menjadi sosok yang dicintai.

Akan tetapi, Elena sendiri yang ingin dilupakan. Dikutip Encyclopedia of Women in the Renaissance, Elena meminta saudara perempuannya untuk menghancurkan karyanya, yang kemungkinan besar menjadi alasan mengapa tidak ada musiknya yang bertahan. Hanya sekitar 30 karya dari berbagai jenis dan 30 surat yang bertahan, banyak di antaranya dikumpulkan dalam ringkasan tahun 1688.

Namun, dia kembali dikenang, wajahnya menghiasi mural dan jendela kaca patri di Universitas Pittsburgh dan Vassar, dan diangkat sebagai ikon bagi perempuan di dunia akademis, khususnya dalam sains.

11. Elena Cornaro Piscopia adalah perempuan yang saleh

Elena Cornaro Piscopia, Perempuan Pertama yang Mendapat Gelar PhDElena Cornaro Piscopia dalam kaca patri di Vassar College, Poughkeepsie, New-York

Elena Cornaro Piscopia adalah seorang Katolik yang taat sepanjang hidupnya, ia mengambil sumpah kesucian sejak usianya baru 11 tahun. Sebuah puisi yang ditulis di hari-hari terakhirnya, meratapi sifat berdosa umat manusia dan dunia.

Elena dianggap sebagai seorang perempuan yang rendah hati dan saleh, yang mendedikasikan hidupnya dalam pengasingan, studi, dan pelayanan, jauh dari kejahatan dan dosa dunia yang korup. Dia tidak pernah bermaksud untuk dikenang sebagai pahlawan perempuan atau pionir seperti saat ini, dia hanyalah seorang perempuan yang suka belajar. 

Elena berhasil memesona dunia akademisi Eropa dengan cara yang belum pernah dilakukan perempuan mana pun, dan namanya berhasil terukir di buku-buku sejarah. Nah, itu dia kisahnya yang sangat luar biasa.

Baca Juga: 7 Ilmuwan Perempuan Dunia Ini Mestinya Dapat Hadiah Nobel

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya