11 Fakta Kamp Interniran di Amerika Selama Perang Dunia II

Penginterniran Jepang-Amerika setelah serangan Pearl Harbor 

Pada tahun 1940-an, dunia menjadi tempat yang menakutkan karena Perang Dunia II sudah mencapai setiap sudut dunia. Kita juga pasti akrab dengan kamp konsentrasi Jerman, di mana orang-orang yang tidak diinginkan atau mengancam dikirim ke sana dan seringkali berakhir dengan kematian.

Amerika ternyata terlibat dalam praktik ini, meskipun tidak seburuk kamp Nazi. Sekitar 120.000 orang Jepang yang tinggal di AS—80.000 di antaranya adalah warga negara Amerika, dipenjara secara paksa di kamp-kamp yang disebut kamp interniran. Lalu bagaimana kisahnya?

1. Kamp interniran dimulai karena masalah rasisme

11 Fakta Kamp Interniran di Amerika Selama Perang Dunia IIDr. Seuss, yang saat itu menjadi ilustrator untuk PM, menerbitkan propaganda yang menggambarkan banyaknya warga sipil Jepang yang mengumpulkan TNT untuk menyerang atau mengartikan menguasai Amerika. (allthatsinteresting.com)

Pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang menyerang Pearl Harbor. Presiden Franklin Delano Roosevelt menyatakan perang terhadap Jepang keesokan harinya. Dalam waktu tiga bulan, orang Jepang-Amerika juga dianggap sebagai musuh. Padahal, organisasi seperti FBI dan Departemen Kehakiman AS telah melakukan penyelidikan dan menetapkan bahwa penduduk Jepang di AS bukanlah ancaman.

Dilansir laman Quartz, penangkapan ini menyangkut tentang uang. Banyak orang Jepang yang pindah ke AS, tinggal di California dan menjadi petani sukses. National Archives mengatakan bahwa mereka menghasilkan lebih dari 10 persen tanaman negara. Ini menimbulkan persaingan di antara petani kulit putih.

2. Dimulainya prasangka buruk terhadap keturunan Jepang-Amerika

11 Fakta Kamp Interniran di Amerika Selama Perang Dunia IIbarang bawaan penduduk keturunan Jepang dimuat ke truk sebelum relokasi ke kamp interniran, San Francisco, California, 29 April 1942 (sfgate.com/Dorothea Lange)

Sentimen anti-Jepang datang langsung dari komandan Angkatan Darat, Letnan Jenderal John DeWitt. Ia menganggap bahwa ras Jepang adalah musuh. Sementara itu, Franklin Delano Roosevelt menandatangani Perintah Eksekutif No. 9066 pada 19 Februari 1942, dia memberikan hak kepada tentara AS untuk membuat zona, di mana setiap atau semua orang dapat dikecualikan. Menurut National Park Service, militer menangkap warga Jepang secara massal di Pantai Barat hanya karena membaca surat kabar yang memuat cerita palsu tentang spionase dan sabotase, padahal FBI sendiri membantah adanya ancaman. 

Selanjutnya, AS melarang keturunan Jepang untuk tinggal di wilayah tertentu. Beberapa ribu orang keturunan Jepang-Amerika mencoba untuk pindah secara sukarela, tapi dipersulit — pemerintah membekukan aset mereka, dan banyak negara bagian lain yang juga tidak menerima mereka. Sementara itu, mereka yang tidak pergi ditangkap oleh Wartime Civil Control Administration, dan dipindahkan ke "Pusat Relokasi Perang."

3. Veteran PD I Amerika yang dianggap musuh negara

11 Fakta Kamp Interniran di Amerika Selama Perang Dunia IIHideo Murata meninggal 26 Februari 1942, pada usia 52 tahun. Sebuah kartu indeks di Pemakaman Distrik Arroyo Grande tertulis bahwa dia dimakamkan di petak A-93. (sanluisobispo.com)

Surat kabar The Tribune menceritakan salah satu orang Jepang-Amerika yang menghadapi relokasi, bernama Hideo Murata. Lahir di Jepang, ia pindah ke AS untuk mendaftar dinas militer pada tahun 1917. Ia bertugas di Perang Dunia I, meskipun catatan militernya hilang. Di tahun 1942, dia menyerahkan dokumen kewarganegaraan Amerika, tetapi ia tetap dianggap musuh negaranya, dan dia harus pindah ke kamp penahanan.

Dia meminta bantuan ke sheriff untuk tinggal di rumahnya tetapi ditolak. Alih-alih mencari tempat tinggal lain, Murata meminum racun striknina yang mematikan. Ia meninggal di usia 52 tahun, masih memegang kertas resmi yang bertuliskan kewarganegaraan Amerika.

4. Penembakan di kamp Lordsburg

11 Fakta Kamp Interniran di Amerika Selama Perang Dunia IIkamp Lordsburg, New Mexico, 1943 (rafu.com)

Kamp Interniran Lordsburg adalah satu-satunya kamp relokasi yang dibangun khusus, kata National Japanese American Historical Society. Fasilitas seluas 1.300 hektar itu terletak di New Mexico, dan merupakan rumah bagi sekitar 1.500 orang keturunan Jepang-Amerika.

The Huffington Post mengatakan bahwa kamp itu menjadi yang terburuk, banyak perlakuan dan perintah yang diberikan oleh Kolonel Clyde Lundy yang melanggar Konvensi Jenewa. Mereka yang ditahan di sana dipaksa untuk membangun fasilitas militer (yang akan digunakan untuk menampung tawanan perang Italia). Konvensi Jenewa menetapkan bahwa tahanan yang mencoba melarikan diri tidak boleh dieksekusi, tetapi tidak di Lordsburg.

Pada tanggal 27 Juli 1942, penjaga di Lordsburg menembak Hirota Isomura dan Toshio Kobata hingga tewas karena mencoba melarikan diri. Namun, penjaga yang menembak mereka dibebaskan dari segala kesalahan, dan mereka adalah dua dari tujuh kasus yang tercatat, di mana mereka yang ditahan di kamp-kamp dibunuh dengan ditembak. 

5. Kehidupan di kamp interniran sangat mengerikan

11 Fakta Kamp Interniran di Amerika Selama Perang Dunia IIkandang kuda yang telah direnovasi menjadi tempat tinggal untuk keluarga keturunan Jepang-Amerika (npr.org)

History mengatakan bahwa pada tahun 1943, pemerintah AS merilis film yang diklaim menunjukkan kebahagiaan para tahanan di kamp-kamp mereka. Kenyataannya sangat jauh berbeda. Kamp-kamp itu terletak di tempat pekan raya dan arena pacuan kuda yang ditinggalkan, banyak dari mereka yang tinggal di kandang kuda.

Digital Public Library of America mengatakan bahwa satu ruangan yang seharusnya diisi 4 orang justru diisi sebanyak 25 orang. Tidak ada privasi, kamar mandi dan fasilitas binatu bersama dan minimnya ventilasi udara. Akibatnya, penyakit menyebar dengan mudah, mulai dari cacar hingga tipus. Keracunan makanan juga biasa terjadi, persediaan makanan langka, karenanya, banyak yang terdekat. 

6. Olahraga di dalam kamp yang membuat kehidupan tahanan lebih berwarna

11 Fakta Kamp Interniran di Amerika Selama Perang Dunia IIolahraga bisbol di Manzanar (npr.org)

Mereka yang terkurung di kamp penahanan melakukan kegiatan agar kehidupan dapat berjalan seperti biasa, salah satunya mendirikan sekolah. Meskipun fasilitasnya tidak memadai, tetapi siswa diajarkan dasar-dasar pelajaran seperti matematika, sains, dan ilmu sosial. Otoritas Relokasi Perang juga meminta agar siswa dididik dalam nilai-nilai Amerika. 

Kamp-kamp juga memiliki tim bisbol, dan mereka bahkan diizinkan untuk bepergian. Pada tahun 1944, kamp Gila River bertanding dengan kamp Heart Mountain dalam 13 seri pertandingan dan menang. Menurut National Museum of American History, olahraga bisbol merupakan cara para tahanan untuk berpartisipasi dalam hobi Amerika.

Salah satu yang dipenjara di kamp adalah George Omachi. Dia mengatakan bahwa tanpa bisbol, kehidupan di kamp akan sangat sengsara, dia kemudian menjadi pencari bakat MLB. Bintang-bintang lain dari kamp seperti Kenichi Zenimura, yang dikenal sebagai Dekan Berlian, dilantik ke dalam Baseball Hall of Fame, seperti yang dilaporkan KVPR

7. Mereka yang meninggal di kamp

11 Fakta Kamp Interniran di Amerika Selama Perang Dunia IIsebuah monumen marmer di pemakaman di Pusat Relokasi Perang Manzanar di California, pada tahun 1943 (ibtimes.co.uk)

WRA didirikan di setiap kamp sebagai ruang rawat inap dan rumah sakit rawat jalan, meskipun begitu, perawatannya kurang baik dan lebih mirip seperti pos pertolongan pertama: bahkan persediaan paling dasar pun terbatas, tidak ada peralatan medis, dan butuh berbulan-bulan untuk pengiriman persediaan baru.

Antara Mei 1942 dan Maret 1946, kapasitas rumah sakit selalu penuh. Tercatat ada 5.981 kelahiran, banyak juga yang meninggal, yakni 1.862 orang. Penyebabnya beragam, 407 orang meninggal karena kanker. 206 orang meninggal karena TBC, penyakit seperti ini menyebar dengan cepat karena kondisi kamp yang padat. 70 lainnya meninggal karena influenza dan pneumonia, dan penyebab lainnya termasuk penyakit jantung, pembuluh darah, dan ginjal.

8. Kerja paksa di kamp interniran

11 Fakta Kamp Interniran di Amerika Selama Perang Dunia IIBanyak orang Jepang-Amerika yang ditahan di kamp Danau Tule dipekerjakan sebagai pekerja lapangan, salah satunya di ladang wortel. (npr.org/The National Archives)

Seperti yang dikutip laman NPR, 120.000 orang yang ditahan di kamp-kamp interniran melakukan kerja paksa. Mayoritas dari mereka pernah bekerja di industri pertanian. Banyak administrator dari Otoritas Relokasi Perang dipindahkan ke sana dari Departemen Pertanian. Selain itu, mereka mempekerjakan para tahanan di lokasi ekstrem seperti gurun dan semak belukar, untuk pekerjaan irigasi besar-besaran dan proyek pertanian. 

Salah satu kamp, dipekerjakan di Danau Tule yang terletak di tanah yang subur di bekas dasar danau. Mereka yang menolak bekerja bercocok tanam di sana, akan didenda 20 US dolar per bulan. Lebih dari 2 juta pon tanaman - termasuk kentang dan lobak daikon ditanam oleh pekerja kamp. Para administrator menjual hasil tanaman mereka di pasar.

9. Pengalaman George Takei di kamp interniran

https://www.youtube.com/embed/LeBKBFAPwNc

George Takei baru berusia 4 tahun ketika dia ditahan di kamp interniran. Dia mengungkapkan kepada History, "Saya ingat air mata ibu saya ketika kami dipaksa keluar dari rumah kami di bawah todongan senjata. Semua yang mereka perjuangkan telah hilang, dalam sekejap."

Dalam novel grafisnya They Called Us Enemy, ia menulis pengalamannya di kamp, seperti tidur di kandang kuda, mandi bersama anak-anak lain, diberi makan semangkuk nasi yang sudah basi, dan bermain di bawah pengawasan penjaga bersenjata. 

Setelah keluarganya dibebaskan, ia dan keluargannya tinggal di Los Angeles pada tahun 1945, dan dia kembali ke sekolah umum. Takei menyadari diskriminasi dan kebencian yang dirasakan orang tuanya. Namun, orangtuanya selalu menanamkan semangat "gaman", yang berarti bertahan dengan ketabahan dan martabat.

10. Efek jangka panjang akibat penahanan di kamp interniran

11 Fakta Kamp Interniran di Amerika Selama Perang Dunia IIPara tahanan yang masuk ke sebuah bangunan di Pusat Relokasi Perang Manzanar di California. (ibtimes.co.uk/Ansel Adams)

PBS melakukan beberapa studi tentang efek jangka panjang dari pemenjaraan di kamp. Tanda-tanda trauma seperti rendah diri dan hilangnya bahasa serta budaya Jepang – terlihat menyerang mereka tanpa batasan usia, termasuk pada anak-anak.

Mereka yang mengaku trauma melaporkan gejala gangguan stres pascatrauma ketika mengingat kembali penderitaan mereka saat di kamp, banyak juga yang tidak ingin membahasnya lagi. Studi harapan hidup menunjukkan bahwa mereka yang ditahan, rata-rata harapan hidupnya sekitar 1,6 tahun lebih rendah, dan dua kali lebih mungkin menderita penyakit kardiovaskular dan kematian dini.

Menurut The Washington Post, tingkat bunuh diri di antara para tahanan juga lebih tinggi. Mayoritas dari mereka yang ditempatkan di interniran kehilangan harta benda, sulit mendapatkan pekerjaan ketika mereka dibebaskan, dan menghabiskan sisa hidup mereka di bawah stigma pengalaman yang mereka derita.

11. Permintaan maaf terkait kamp interniran

https://www.youtube.com/embed/2XpPbBoxBME

Pada tahun 1988, 46 tahun setelah Perintah Eksekutif 9066, Kongres secara resmi meminta maaf kepada mereka yang telah ditahan. Para penyintas mendapat 20.000 US dolar, dan dana tersebut mulai didistribusikan pada tahun 1990, seperti yang dilaporkan AAPF

Pat Morita merupakan aktor Amerika yang terkenal dengan Karate Kid-nya, ia pernah ditahan di kamp Gila River pada usia 11 tahun, dia mengatakan, "Saya menangis selama empat hari, saya sangat rindu rumah." Dilansir laman Bioghrapy, orang Amerika menyebut kamp interniran sebagai 'pusat relokasi', tapi menurut Morita, kamp itu lebih mirip kamp konsentrasi versi Amerika.

Faktanya, bukan hanya orang Jepang-Amerika yang ditangkap dan dikirim ke kamp selama tahun-tahun perang. Pada tahun 1943, Eberhard Fuhr dikeluarkan dari sekolahnya di Cincinnati oleh FBI, ditangkap, dan menjadi salah satu dari sejumlah orang Jerman-Amerika yang menghabiskan sisa perang di kamp interniran Texas. Menurut CBS News, ribuan orang Jerman-Amerika dan Italia-Amerika menerima perlakuan yang sama dan bahkan tidak mendapatkan permintaan maaf. 

Baca Juga: 6 Helm Perang Terkenal dalam Sejarah, Terasa Wibawanya!

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ane Hukrisna

Berita Terkini Lainnya