Hanya Mitos, 10 Kesalahpahaman tentang Era Victoria 

Benarkah perempuan di era Victoria operasi pengangkatan tulang rusuk?

Selama era Victoria, terjadi transformasi besar-besaran di Inggris Raya dan kerajaan seberang lautnya. Mencakup 63 tahun, pemerintahan Ratu Victoria menduduki peringkat terlama dalam sejarah Inggris hingga saat itu dan hanya dilampaui pada abad ke-21 oleh Ratu Elizabeth II. Victoria pertama kali naik takhta pada tahun 1837 dan menjadi tokoh bangsa Inggris sampai kematiannya di usia 81 tahun pada tahun 1901.

Selama masa pemerintahannya, dia memimpin transformasi Kerajaan Inggris dari sekumpulan pulau pedesaan menjadi negara adidaya industri pertama dengan pengaruh finansial dan politik yang mencakup empat penjuru bumi. Kerajaannya memproduksi sebagian besar tekstil dunia, baja, besi, dan batu bara.

Tapi, tentu saja, era ini juga sering kali memiliki kesalahpahaman umum. Beberapa di antaranya sangat kontradiktif sehingga sulit untuk memahaminya. Jadi, mari kita jelajahi kesalahpahaman tentang era Victoria.

1. Di era Victoria, anak-anak tidak dicintai sebagaimana mestinya

Hanya Mitos, 10 Kesalahpahaman tentang Era Victoria ilustrasi anak di era Victoria (commons.wikimedia.org/THOR)

Banyak orang berasumsi bahwa anak-anak di era Victoria hidup dalam kemiskinan. Mereka dipekerjakan sebagai pembersih cerobong asap atau penambang yang kotor. Asumsi ini dipengaruhi oleh penulis era Victoria, seperti Charles Kingsley dan Charles Dickens.

Dalam novelnya, mereka menggambarkan kehidupan anak yatim piatu, mudlark (anak yang mengais lumpur di sungai untuk mendapatkan barang-barang berharga), dan guttersnipes (anak-anak gelandangan), dan mencerminkan realitas yang tidak menyenangkan tentang kehidupan paling kumuh di kota London hingga pabrik tekstil di pedesaan Utara.

Mengutip laman Cambridge Scholars, representasi yang suram dan lumrah ini berasal dari kecemasan yang dirasakan Victoria ketika mengatasi anak-anak yatim piatu dan anak jalanan. Dengan kata lain, justru dengan kehadiran tokoh-tokoh ini dalam sastra membuktikan bahwa adanya kepedulian terhadap anak-anak dari semua kelas dan latar belakang.

2. Tidak ada keragaman etnis di era Victoria 

Hanya Mitos, 10 Kesalahpahaman tentang Era Victoria potret Sara Forbes Bonetta, anak angkat Ratu Victoria (commons.wikimedia.org/Camille Silvy)

Buku Annals of Ireland dari tahun 862 Masehi membahas tentang kedatangan bangsa Viking ke daratan Irlandia dengan membawa budak orang kulit hitam yang mereka ambil dari Afrika Utara dan Spanyol. Di Norfolk, Inggris, pemakaman abad ke-10 mengungkapkan tengkorak seorang perempuan muda kulit hitam, dan pada tahun 1500, komunitas orang kulit hitam sudah ada di Pengadilan Kerajaan Skotlandia di Holyrood.

Pada 1764, 20.000 pegawai kulit hitam tinggal dan bekerja di London. Dan pada tahun 1838, Inggris Raya menghapus perbudakan di seluruh Kekaisaran, seperti yang tertulis di National Archives. Sementara itu, era Victoria Inggris sebenarnya lebih beragam daripada yang sering digambarkan dalam budaya populer.

The Guardian mengungkapkan perilisan potret baru seorang putri baptis dari Afrika yang diadopsi Ratu Victoria. Dia dinamai Sarah Forbes Bonetta setelah diadopsi oleh Pengadilan Kerajaan Inggris. Bonetta berasal dari bangsawan Afrika Barat tetapi mengalami perbudakan di Benin oleh musuh ayahnya. Seorang kapten angkatan laut Inggris, Frederick Forbes, menyelamatkan gadis kecil itu, lalu menyerahkannya kepada Ratu Victoria. Dia berlayar ke Inggris dengan kapal bernama HMS Bonetta, yang akhirnya dipilih sebagai nama baptisnya.

3. Di Era Victoria, Ratu Victoria dan masyarakatnya menerapkan sikap prudish

Hanya Mitos, 10 Kesalahpahaman tentang Era Victoria lukisan Ratu Victoria, Pangeran Albert, dan anak-anak mereka (commons.wikimedia.org/Franz Xaver Winterhalter)

Ratu Victoria dan rakyatnya terkenal karena seksual dinginnya, tetapi Ratu Victoria sebenarnya memiliki hubungan romantis dengan suaminya, Pangeran Albert. Selama 20 tahun pernikahan mereka, mereka bertukar hadiah erotis. Bahkan, hadiah-hadiah itu dikumpulkan di Osborne House, tempat peristirahatan di pesisir di Isle of Wight.

Pasalnya, beberapa di antara kelas menengah memiliki sifat prudish (terlalu menjunjung kesopanan seksual), dan hal ini kebanyakan diterapkan pada perempuan. Akan tetapi, feminis dan penulis seperti Thomas Hardy mencoba melawan kemunafikan itu, ia memberikan perempuan hak bersuara terkait sensualitas, menurut artikel tahun 2020 yang diterbitkan dalam Jurnal Internasional Linguistik Terapan & Sastra Inggris.

Di era Victoria, ada semacam acara musik di sebuah aula yang memutar lagu-lagu genit dan komedi cabul. Victoria dan Albert bukanlah satu-satunya kolektor karya seni berbau telanjang, karena pelacur pun sudah masuk ke masyarakat kelas atas, dan rumah bordil berkembang pesat di luar pengawasan publik.

4. Tindik kelamin di era Victoria 

Hanya Mitos, 10 Kesalahpahaman tentang Era Victoria potret Ratu Victoria dan Pangeran Albert (commons.wikimedia.org/Roger Fenton)

Sejak pertengahan abad ke-20, beredar desas-desus bahwa Albert ditindik kelamin. Dalam tulisan Body and Genital Piercing in Brief, Doug Malloy mengklaim bahwa orang-orang Victoria menyebut tindik ini sebagai dressing ring. Malloy juga berpendapat bahwa dressing ring dimaksudkan untuk menjaga kebersihan alat vital Pangeran Albert yang tidak disunat.

Namun seperti yang dijelaskan dalam buku Different Loving: The World of Sexual Dominance and Submission, tidak ada bukti sejarah yang mendukung dressing ring ini. Terlebih lagi, banyak sejarawan yang meragukan kredibilitas Malloy karena dia hanya penulis pseudo-historis. Meskipun kurangnya bukti, rumor tersebut terus berlanjut hingga saat ini. 

5. Orang Victoria tidak memiliki selera humor

Hanya Mitos, 10 Kesalahpahaman tentang Era Victoria potret orang tua era Victoria berpose dengan putri mereka yang telah meninggal (commons.wikimedia.org/private collection)

Orang Inggris yang tinggal di zaman Victoria terkenal karena tidak memiliki selera humor, sangat serius, dan jarang sekali senyum. Melansir kabar Illustration Chronicles, majalah satir seperti Punch Magazine memiliki dampak yang cukup kuat bagi orang-orang di era Victoria. Majalah ini hadir dari tahun 1841 hingga 2002, menerbitkan artikel yang ditulis oleh penulis terkenal dari William Thackeray hingga P.G. Wodehouse.

Majalah ini menarik pembaca kelas menengah dengan menampilkan debat politik yang dicampur dengan humor yang kuat. Cerita kartun politik satir mengisi halamannya, seperti Le Charivari.

Orang Victoria juga terkenal karena foto-foto mereka yang menyedihkan karena tidak pernah senyum. Akan tetapi, hal ini sebenarnya tidak mencerminkan kepribadian atau selera humor mereka. Hal ini berkaitan dengan kesehatan gigi mereka yang buruk dan juga sesi foto yang kurang menyenangkan. The Christian Science Monitor menyebutkan bahwa orang Victoria harus diam selama seperempat jam hanya untuk dipotret dengan menggunakan metode daguerreotype.

Baca Juga: 12 Kisah Hidup Charles Dickens, Penulis Terkenal Era Victoria

6. Korset di era Victoria membuat perempuan sangat tersiksa

Hanya Mitos, 10 Kesalahpahaman tentang Era Victoria korset era Victoria (commons.wikimedia.org/MONNIN Jacques)

Banyak orang saat ini menganggap bahwa korset Victoria sangat menyiksa saat dikenakan. Akan tetapi, korset bukan berasal dari Inggris, lho. Meskipun beberapa orang memang menggunakan korset secara ekstrem dan melukai diri mereka sendiri.

Astrida Schaeffer berpendapat bahwa korset yang dipasang dengan benar tidak mungkin membuat wanita menjadi tidak nyaman. Korset dibuat bukan sebagai alat penyiksaan.

Selain itu, desainer garmen era Victoria juga memiliki banyak desain inovatif untuk membuat korset, salah satunya blousy, yang membuat pinggang tampak lebih kecil. Beberapa anak-anak dan laki-laki di era Victoria bahkan memakai korset, lho.

Isu yang beredar bahwa perempuan dibantu mengenakan korset adalah omong kosong. Perempuan tidak mengalami kesulitan untuk memakai atau melepas korset, mereka bisa melakukannya sendiri, seperti yang dilaporkan oleh Lancaster History.

7. Perempuan era Victoria melakukan operasi pengangkatan tulang rusuk demi kecantikan 

Hanya Mitos, 10 Kesalahpahaman tentang Era Victoria potret wanita era Victoria (commons.wikimedia.org/Unidentified)

Mitos lama lainnya mengatakan bahwa beberapa perempuan Victoria menjalani operasi pengangkatan tulang rusuk untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal seperti jam pasir. Namun, hal itu sebenarnya hanya mitos. Legenda urban ini lebih berkaitan dengan persepsi kita yang salah tentang korset dan mode era Victoria.

Korset Victoria memang bisa mengecilkan pinggang dalam kisaran 24 hingga 30 inci. Beberapa sejarawan percaya bahwa mitologi seputar pakaian Victoria berasal dari kesalahpahaman tentang pakaiannya.

Selain itu, operasi pengangkatan tulang rusuk memiliki risiko yang fatal, dan tentunya sangat menyakitkan. Di era Victoria belum ada anestesi dan antibiotik, seperti dilansir The Atlantic. Ahli bedah era Victoria tidak sebersih dokter-dokter modern saat ini, bahkan mereka belum mengerti caranya mencuci tangan dengan baik dan benar.

Celemek mereka bertatahkan darah, melambangkan "lencana kehormatan" yang tidak pernah dicuci oleh dokter, dan mereka melakukan prosedur mengerikan di ruangan yang dipenuhi penonton. Jadi, operasi semacam ini bukanlah hal yang penting di Inggris Raya abad ke-19.

8. Ratu Victoria adalah pengantin perempuan pertama yang mengenakan warna putih

Hanya Mitos, 10 Kesalahpahaman tentang Era Victoria potret Ratu Victoria dan Pangeran Albert, Istana Buckingham, 11 Mei 1854 (commons.wikimedia.org/Roger Fenton)

Banyak orang mengira bahwa Ratu Victoria adalah pengantin pertama yang mengenakan baju pengantin putih. Ratu Victoria dianggap memiliki andil yang signifikan dalam menjadikan warna putih sebagai warna pengantin paling populer di dunia Barat, tren tersebut sebenarnya sudah ada dalam keluarga kerajaan Inggris.

Misalnya, Putri Charlotte memakai warna itu lebih dari 20 tahun sebelumnya, pada 2 Mei 1816, tulis Royal Central. Saat ini, gaun itu tetap dilestarikan dalam Koleksi Gaun Upacara Kerajaan Istana Kensington. Akan tetapi, mengutip laporan CNN, Charlotte tidak memiliki aura dan kecocokan jika mengenakan gaun warna putih. Justru, tren warna putih ini terkenal di abad ke-16 oleh Mary Stuart, Ratu Skotlandia.

Menurut catatan sejarah, Stuart yang baru berusia 15 tahun, mengenakan pakaian putih saat pernikahannya dengan Dauphin dari Prancis pada tahun 1558. Dia tampak begitu cantik mengenakan warna tersebut dengan kalung berlian dan mahkota emas bertatahkan permata, bahkan Pierre de Brantôme menyatakan bahwa Stuart seratus kali lebih cantik dari dewi surga, tulis laman History Today.

Namun, terlepas dari sanjungan itu, warna putih tidak populer sampai hadirnya era Victoria. Ironisnya, banyak orang menganggap bahwa Ratu Victoria memilih warna tersebut untuk menonjolkan kesucian seksualnya.

9. Vibrator digunakan untuk pengobatan histeria di era Victoria 

Hanya Mitos, 10 Kesalahpahaman tentang Era Victoria ilustrasi iklan vibrator untuk pijat (commons.wikimedia.org/Artist not credited)

Ada mitos yang beredar bahwa dokter era Victoria mengobati masalah gangguan "histeria" dengan memanipulasi orgasme perempuan secara manual (hysterical paroxysms). Mereka pun akhirnya menemukan vibrator untuk pengobatan ini.

Akan tetapi, seperti yang dikatakan BBC, vibrator elektrik pertama diiklankan pada tahun 1800-an kepada dokter melalui majalah, literatur medis, dan surat kabar. Iklan itu menunjukkan vibrator sebagai alat untuk memijat leher, punggung, dan lengan, dan tidak ada implikasi seksualnya.

10. Charles Darwin orang pertama yang mengungkapkan teori evolusi 

Hanya Mitos, 10 Kesalahpahaman tentang Era Victoria patung Charles Darwin di Museum Sejarah Alam, London, Inggris (unsplash.com/Hulki Okan Tabak)

Saat kita mendengar kata evolusi pikiran kita pasti tertuju kepada peneliti era Victoria bernama Charles Darwin. Darwin memang mengartikulasikan "seleksi alam" sebagai proses terjadinya evolusi, tetapi teori evolusi sudah ada beberapa generasi sebelum Charles Darwin, seperti yang ditunjukkan oleh National Park Service.

Konsep evolusi pertama kali mendapat pengakuan dari para pendahulu Darwin seperti Jean-Baptis Lamarck, Robert Chambers, dan Erasmus Darwin (kakek Charles Darwin). Lamarck mengemukakan gagasan bahwa karakter dapat diwariskan. Robert Chambers secara anonim menulis buku Vestiges, yang mengeksplorasi konsep teori penyelarasan evolusi dari bidang geologi, anatomi komparatif, psikologi, dan astronomi.

Adapun Erasmus Darwin, ia menulis karya berjudul Zoonomia, or, The Laws of Organic Life, yang dianggap sebagai salah satu buku paling awal yang menyempurnakan teori tersebut, menurut University of California Museum of Paleontology. Konon, Charles Darwin lebih dikenal secara luas karena ia menambahkan sentuhan uniknya sendiri seperti seleksi alamnya.

Selain perannya sebagai raksasa ekonomi, kerajaan di era Victoria juga membuat kemajuan signifikan dalam ilmu pengetahuan dan seni. Tidak heran masih ada begitu banyak daya tarik dengan periode dinamis ini, yang akhirnya justru menimbulkan bias dan kesalahpahaman kita hari ini.

Baca Juga: 5 Fakta Tradisi Perayaan Halloween di Era Victoria, Super Seru!

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya