11 Misteri dalam Dunia Medis yang Mengubah Sejarah

Bagaimana mengetahui dan mengatasi penyakit tersebut, ya? 

Dunia medis atau ilmu kedokteran selalu berkembang setiap zamannya. Ketika suatu peristiwa medis seperti penyakit menyerang manusia untuk pertama kalinya, dokter hanya bisa mengira-ngira tanpa adanya kepastian. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka pun mengetahui penyebab dan bahkan cara mengatasinya. 

Hari ini kita lebih banyak tahu karena rekam medis di masa lalu. Misteri medis masa lalu berikut meliputi vaksinasi, sanitasi, dan juga makanan. Berikut daftar singkat dari beberapa misteri medis yang mengubah segalanya.

1. Penyebaran kolera

https://www.youtube.com/embed/Pq32LB8j2K8

Kolera pertama kali muncul di Inggris pada tahun 1831, terjadi ketika masyarakat tidak memiliki sanitasi yang baik sehingga membuang kotoran atau tinja ke Sungai Thames. Sayangnya, oknum pengusaha mengambil air dari Sungai Thames untuk dijadikan air kemasan, dan menjualnya ke masyarakat di London. 

Namun, entah bagaimana penyakit kolera yang mulai menyerang masyarakat justru menjadi misteri besar. Pada tahun 1854, puluhan ribu orang dilanda penyakit misterius ini, yang diyakini kebanyakan orang disebabkan oleh "racun" atau "atmosfer bumi yang sudah buruk". Menurut Departemen Epidemiologi UCLA, hanya ada satu dokter - seorang pria bernama John Snow - yang mengira bahwa penyebabnya adalah air yang terkontaminasi. 

Snow menggunakan metode grafik geografis yang sangat canggih pada masa itu untuk memetakan penyebaran penyakit di pinggiran kota London, Soho, dan melakukan wawancara ekstensif dengan keluarga orang yang meninggal karena penyakit tersebut untuk membuktikan bahwa sumbernya adalah pompa Broad Street, sumur komunal, dimana ratusan orang mengkonsumsi air dari sana. Snow meyakinkan pejabat kota untuk menonaktifkan pompa, dan kasus baru kolera menurun hanya dalam waktu semalam. 

2. Pellagra 

https://www.youtube.com/embed/reYKBgdrZsM

Setelah Columbus kembali dari penjelajahannya dengan menemukan benua baru, dia kembali membawa tanaman jagung. Jagung murah dan memiliki hasil panen yang lebih tinggi daripada tanaman sereal lain seperti barley dan gandum, sehingga jagung menjadi tanaman pokok di seluruh Eropa, Afrika, dan Asia. Namun, banyak orang mulai jatuh sakit karena penyakit misterius yang disebut "pellagra" atau "penyakit kulit asam".

Menurut Dewan Informasi Makanan Eropa, penderita pellagra mengalami peradangan kulit yang sensitif terhadap sinar matahari, yang menurut beberapa sejarawan berkontribusi pada mitologi vampir. Penderita juga mengalami demensia parah dan biasanya akan meninggal dalam waktu empat atau lima tahun. 

Baru pada tahun 1735 seseorang mengaitkan bahwa penyakit ini ada hubungannya dengan jagung dan pellagra, dan kebanyakan ilmuwan juga percaya bahwa jagung mengandung semacam racun yang menyebabkan penyakit. Anehnya, masyarakat di Meksiko tidak menderita pellagra sama sekali, meskipun faktanya mereka makan jagung lebih banyak daripada orang-orang lain di dunia.

Namun, 175 tahun kemudian, para peneliti menemukan jawabannya: orang Meksiko biasanya akan melunakkan jagung dalam larutan alkali, untuk menghasilkan niasin secara hayati. Dengan kata lain, masyarakat di Meksiko mendapatkan niasin yang merupakan nutrisi penting, sementara kebanyakan orang di belahan dunia lainnya tidak mengetahui cara seperti tersebut. Itu mengapa Pellagra sebenarnya adalah penyakit karena kekurangan nutrisi.

3. Chimera 

https://www.youtube.com/embed/gYY5bLWriZw

Pada 2002, Lydia Fairchild mengajukan permohonan bantuan publik. Namun, persyaratannya menyebutkan bahwa ia dan suaminya harus mengikuti tes paternitas untuk membuktikan bahwa dia adalah orangtua kandung dari dua anaknya. Business Insider melaporkan bahwa tes rutin suami Fairchild membuktikan bahwa ia adalah ayah bilogis dari kedua anaknya, tetapi anehnya, Fairchild bukanlah ibu dari dua anaknya itu.

Pemerintah berspekulasi bahwa Fairchild berupaya melakukan penipuan. Fairchild pun menyangkal bahwa dia telah menculik anak orang lain atau menggunakan anak orang lain sebagai upaya untuk mendapatkan dana bantuan. Pemerintah akhirnya memantau kelahiran anak ketiganya untuk membuktikan kasus mereka. Tetapi, Fairchild melahirkan bayi ketiganya dengan bukti bahwa bayi itu juga bukan keturunan genetiknya. 

Apa sebenarnya yang sedang terjadi? Jaksa menyelidiki riwayat medis untuk menemukan jawabannya, dan menemukan kasus serupa di mana seorang wanita yang mencari transplantasi ginjal ternyata bukan ibu genetik dari dua anak yang dia lahirkan.

Setelah serangkaian tes medis, dokter menemukan bahwa dia menderita chimera, atau orang yang memiliki dua DNA yang berbeda dalam satu tubuh. Hebatnya, seseorang yang mengidap chimera terjadi ketika dua sel telur yang telah dibuahi bergabung menjadi satu telur yang mengandung dua set materi genetik. Jadi secara biologis, itu artinya Fairchild adalah orang yang memiliki dua DNA.

Baca Juga: 5 Jenis Penyakit dengan Biaya Pengobatan Termahal, Apa Saja?

4. Rumah sakit umum di Wina mencetuskan cuci tangan dengan disinfektan 

https://www.youtube.com/embed/XnN6Z-nS6OU

Menurut New York Magazine, pada tahun 1846, Rumah Sakit Umum Wina memiliki dua ruangan untuk menangani pasien. Namun, datang seorang wanita yang ingin segera melahirkan. Para dokter bingung karena saat itu sedang melakukan otopsi seorang mayat. Dokter bernama Ignaz Semmelweis pun berpikir, mana mungkin dokter yang sedang melakukan otopsi langsung menangani seorang ibu yang ingin melahirkan, apalagi tangan dokter itu penuh dengan darah dan cairan mayat.

Dokter Semmelweis pun memerintahkan para dokter untuk mulai mencuci tangan mereka dengan larutan disinfektan, yang efektif menghilangkan "bau busuk dari jaringan mati". Pasalnya, standar kebersihan ini belum ada pada saat itu. Maka dari itu, aturan baru yang dibuat Semmelweis terbukti mengurangi tingkat kematian hingga 90 persen, tetapi dokter di tempat lain di Eropa belum menerapkan protokol yang sama, sehingga dianggap bisa membahayakan pasien mereka.

5. Mengakronisasi ayam

11 Misteri dalam Dunia Medis yang Mengubah Sejarahcnn.com

Segala macam kecanggihan teknologi tersebar di toko-toko pada tahun 1950-an, dari minuman ringan diet pertama hingga boneka Barbie pertama. Menurut NPR, saat itu muncul istilah "akronisasi", yakni mencelupkan ayam yang sudah disembelih ke dalam larutan antibiotik untuk menjaga agar ayam tetap awet atau tidak mengalami pembusukan. Praktik ini digunakan agar pedagang bisa menjual ayam tersebut beberapa minggu setelah mereka disembelih.

Namun, tak lama setelah pabrik memperkenalkan praktik teknologi ini, banyak pria pekerja, berobat ke dokter karena kulitnya mengalami ruam merah dan bisul di seluruh lengannya. Mereka menderita semacam infeksi staph. Pria ini memang bekerja di tempat kerja yang sama: benar, pabrik pemrosesan unggas yang baru-baru ini memperkenalkan praktik teknologi akronisasi.

Antibotik yang dicelupkan kepada ayam ternyata mengandung bakteri Staph yang resistensi, dan bakteri yang resisten tersebut mampu bertahan dari antibiotik. Jadi para pekerja yang mencelupkan tangan dan lengan mereka ke dalam air antibiotik itu pada dasarnya dipenuhi dengan bakteri staph. 

6. Vaksinasi cacar

https://www.youtube.com/embed/yqUFy-t4MlQ

Cacar adalah salah satu penyakit paling mengerikan di era pra-modern. Penyakit itu membunuh tanpa henti. Menurut Telegraph, salah satu bentuk inokulasi paling awal, yang disebut "variolation," diperkenalkan untuk memerangi penyebaran cacar pada tahun 1717.

Variolation (Variolasi) merupakan praktik dengan mengeluarkan nanah dari cacar seseorang dan menyuntikkannya di kulit orang yang sehat. Prosedur ini biasanya menyebabkan kasus cacar ringan dan sama menularnya dengan kasus sebenarnya, bahkan orang yang diinokulasi mungkin akan meninggal.

Seorang dokter pedesaan Inggris bernama Edward Jenner berpikir mengapa pemerah susu sapi tidak terkena cacar. Jenner berhipotesis bahwa keseharian mereka di peternakan justru melindungi mereka - sapi memiliki jenis cacar yang berbeda, yang disebut "cacar sapi", yang tidak mematikan bagi manusia.

Jadi, Jenner melakukan percobaan di abad ke-18 - dia menyuntikkan beberapa cacar sapi ke anak berusia 8 tahun, dan kemudian melanjutkannya dengan suntikan cacar. Bocah itu mengembangkan kasus cacar sapi yang khas dan justru terhindar dari cacar yang diidap manusia. Prosedur Jenner dijuluki "vaksinasi", diambil dari nama virus cacar sapi itu sendiri, Variolae Vaccinae. Berkat inovasi Jenner, cacar dan penyakit mematikan lainnya berhasil diberantas di dunia. 

7. Scurvy, penyakit akibat kekurangan vitamin C

https://www.youtube.com/embed/fstgOxlHxN4

Dalam jangka waktu yang lama, tidak ada yang tahu apa itu penyakit Scurvy (Skorbut) - hanya saja penyakit itu memengaruhi para pelaut ketika berlayar. Beberapa orang memperkirakan bahwa lebih dari 300 tahun sejarah maritim, sebanyak dua juta pelaut meninggal karena penyakit scurvy.

Menurut Slate, baru pada tahun 1747 seorang dokter Inggris bernama James Lind menemukan bahwa buah jeruk memberi penderita nutrisi dan vitamin untuk memerangi penyakit, dan percobaan sederhananya itu terbukti benar - tetapi dia meninggal sebelum pelaut mengetahui gagasannya, jadi penyakit scurvy terus mengganggu para pelaut selama 50 tahun ke depan. Karena para pelaut sangat jarang bahkan tidak pernah mengonsumsi buah-buahan dan sayuran. 

8. Rabies

https://www.youtube.com/embed/0PHoioJ2ViY

Rabies adalah penyakit yang memiliki tingkat kefatalan hingga 100 persen, yang berarti bisa menyebabkan kematian. Pada tahun 2004, seorang dokter Milwaukee bernama Rodney Willoughby mengembangkan protokol pengobatan yang menyelamatkan nyawa Jeanna Giese yang berusia 15 tahun.

Tetapi protokol tersebut tidak memberi keberhasilan dengan pasien lain: Wired melaporkan bahwa dari 41 kali diujikan antara tahun 2004 dan 2012, hanya lima pasien yang selamat. Beberapa dokter menyarankan untuk meninggalkan protokol tersebut.

Beberapa dokter bahkan tidak yakin bahwa protokol tersebut berhasil menyembuhkan siapa pun - para penentang ini beranggapan bahwa orang yang selamat mungkin hanya terinfeksi jenis virus yang tidak ganas hingga berhasil tetap hidup.

Baca Juga: Harus Tahu! Ini 10 Penyakit Paling Mematikan di Dunia Versi WHO

9. Influenza 1918 

https://www.youtube.com/embed/U6Ccdk5wPvk

Dilansir dari History, pandemi influenza pada tahun 1918 menewaskan 50 juta orang dalam satu tahun. Menurut perspektif, itu kira-kira sama dengan jumlah orang yang meninggal selama Black Death, hanya saja Black Death membutuhkan waktu tujuh tahun untuk menghentikan penyebarannya.

Virus flu 1918 secara tidak proporsional menewaskan orang berusia antara 20 dan 40 tahun, namun anak-anak dan orang tua berhasil selamat. Sampai saat ini, fenomena tersebut masih menjadi misteri - di tahun flu biasa, anak muda justru tidak terlalu khawatir dengan flu tahunan. Jadi, apa yang membuat flu 1918 berbeda? 

Menurut time.com, ada tahun 2014, para ilmuwan di Universitas Arizona melihat asal mula virus flu 1918, dan berteori bahwa itu hanya virus H1 biasa sampai virus flu burung muncul dan kemudian memusnahkan 50 juta orang. Gen flu burung membuat virus itu sangat mematikan, tetapi mengapa virus itu menargetkan orang-orang pada usia puncak kehidupan?

Dengan melihat sampel darah lama, para peneliti mengetahui bahwa orang yang lahir selama dua dekade terakhir abad ke-19 memiliki antibodi untuk jenis flu yang berbeda, sementara orang tua dan anak-anak memiliki antibodi untuk virus yang mirip dengan virus tahun 1918, yang akhirnya membantu mereka melawan virus yang mematikan.

10. Anestesi 

11 Misteri dalam Dunia Medis yang Mengubah Sejarahsmartbeautyguide.com

Perkembangan pengobatan modern harus kita syukuri, karena adanya vaksinasi, antibiotik, dan termometer. Namun, salah satu kecanggihan medis modern terbesar adalah anestesi - tanpanya, operasi akan menjadi mimpi buruk. Tetapi, anestesi juga merupakan salah satu misteri terbesar kedokteran.

Menurut Rumah Sakit Umum Massachusetts, anestesi pertama kali didemonstrasikan pada tahun 1846 oleh seorang dokter gigi di Boston bernama William T.G. Morton. Morton mempersentasikan bagaimana ia menggunakan eter untuk membuat pasien tidak sadarkan diri, dan ia pun membedah pasien tersebut untuk mengangkat tumor dari rahang pasiennya. Ketika pasien pria itu terbangun, dia mengatakan bahwa dia tidak merasakan sakit - dan mengakhiri era dimana operasi sangat menakutkan. 

Terlepas dari semua itu, para ilmuwan tidak tahu pasti bagaimana atau mengapa anestesi bekerja. Dikutip dari Live Science, banyak teori yang menyatakan bahwa konsistensi seperti minyak zaitun dari anestesi menghentikan neuron untuk bekerja, sehingga tidak mungkin bagian penting di otak untuk berkomunikasi satu sama lain.

11. Phineas Gage

https://www.youtube.com/embed/oOkISlxST38

Menurut Smithsonian, pada tahun 1848, pekerja kereta api berusia 25 tahun bernama Phineas Gage, memasukkan bahan peledak ke dalam lubang yang menyebabkan sebuah ledakan. Ledakan itu menancapkan batang besi ke pipi kirinya yang menembus hingga bagian atas kepalanya. Kita berpikir kalau pria itu pasti sudah tewas, namun nyatanya tidak. 

Keajaiban ini cukup membingungkan, tetapi justru bermanfaat bagi ilmu kedokteran. Itu juga kasus pertama yang menghubungkan cedera otak dengan perubahan kepribadian. Setelah insiden tersebut, Gage berubah. Dia menjadi vulgar, tidak sensitif, dan tidak jelas. Teman-temannya mengatakan dia "bukan lagi Gage." Dokter beranggapan bahwa ada bagian otaknya yang terputus dari bagian lain. Namun luar biasa, Gage hidup selama lebih dari 10 tahun setelah kecelakaan itu, akhirnya tewas pada tahun 1860 karena serangkaian kejang.

Sejarah memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Tanpa sejarah, manusia tidak bisa belajar dan mengembangkan sesuatu yang lebih modern. Untuk itu, kita patut mengapresiasinya. Seperti 11 poin di atas terkait permasalahan dalam dunia medis, yang akhirnya mengubah sejarah.

Baca Juga: 7 Tragedi Peluncuran Pesawat Luar Angkasa Terparah dalam Sejarah

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya