12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa Perang

Pembunuh berantai ini memanfaatkan situasi perang untuk membunuh

Banyak yang mengatakan bahwa perang adalah 'neraka', dan ternyata itu dijadikan kedok yang sempurna untuk melakukan sesuatu yang mengerikan, seperti melakukan pembunuhan berantai.

Bagi segelintir pembunuh berantai, kekacauan perang bisa memberikan perlindungan yang sempurna untuk membunuh, tapi bukan atas nama negara, melainkan sensasi.

Di kota-kota besar di seluruh dunia, pemadaman listrik diberlakukan saat lampu malam hari menjadi ancaman karena memudahkan pembom musuh untuk menyerang kota. Tidak hanya listrik dan lampu yang padam, tetapi dalam kegelapan itu, baik di pihak Sekutu maupun Poros, para pembunuh berantai memanfaatkan pemadaman itu untuk berkeliaran di jalanan dan mencari korban. Mari kita soroti para pembunuh yang berburu di balik kedok perang.

1. Paul Ogorzow 

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa Perangstasiun kereta api S-Bahn di selatan Südkreuz, Jerman (commons.wikimedia.org/Leonhard Lenz)

S-Bahn adalah sistem rel kereta api yang melintasi Berlin, dan selama masa-masa tergelap Perang Dunia II, itu menjadi tempat pembuangan mayat oleh seorang pembunuh berantai yang mengintai kota selama pemadaman listrik.

Mayat pertama ditemukan pada akhir 1940, setelah itu pembunuhan terus terjadi. Banyak korban yang dilempar dari kereta yang bergerak, sebagian besar korban tewas karena tengkoraknya retak, dan menunjukkan tanda-tanda penyerangan. BBC Collections mengatakan bahwa kekejaman ini dilakukan oleh satu pembunuh.

Polisi mencurigai seorang pekerja kereta api, tetapi sulit untuk menemukannya karena lebih dari 5.000 karyawan kerja di sana. Pada saat korban terakhir ditemukan pada bulan Juli 1941, ada satu nama yang mulai dicurigai, yaitu Paul Ogorzow. Beberapa dari delapan korban ditemukan tak jauh dari rumahnya. Ogorzow akhirnya ditangkap, dan mengaku melakukan pembunuhan, lalu dia dieksekusi melalui guillotine.

2. Marcel Petiot

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa Perangpotret Marcel Petiot di pengadilan (commons.wikimedia.org/Anonymous/Keystone-France)

Sejarawan dan penulis David King, yang menulis Death in the City of Light berdasarkan cerita dari pembunuh berantai bernama Marcel Petiot, menggambarkan dia sebagai orang yang sangat cerdas, karismatik, dihormati, suka mengoleksi barang antik, tertarik pada seni, dan tentunya terlihat seperti orang yang baik.

King bahkan melakukan riset selama bertahun-tahun untuk menyatukan cerita Petiot dalam bukunya. Peristiwa itu dimulai ketika Paris diduduki Jerman. Marcel Petiot sendiri merupakan seorang dokter di Paris yang mapan, ia mencari orang-orang yang ingin melarikan diri dari Nazi dan mengaku bahwa dia adalah anggota perlawanan bawah tanah Prancis.

Dia membujuk korbannya untuk datang ke rumahnya dengan berjanji akan membantu membebaskan mereka, dia meminta mereka untuk menulis surat kepada orang yang dicintai dengan mengatakan bahwa mereka melarikan diri dan baik-baik saja. Kemudian, dia memberi mereka suntikan yang dia klaim sebagai vaksin, tetapi tentu saja bukan. Saat mereka tak berdaya, tubuh mereka kemudian dimutilasi, dibakar, dan disebar di halaman salah satu rumahnya.

Tidak diketahui berapa banyak orang yang dia bunuh, jumlah resminya mengatakan 27 orang, tapi banyak yang meyakini bahwa korbannya berjumlah 150 orang. Petiot akhirnya ditangkap setelah rumahnya terbakar dan polisi menemukan sisa-sisa tulang dari beberapa korbannya. Dia dinyatakan bersalah dan dieksekusi mati.

3. Eddie Leonski

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa Perangpotret Eddie Leonski (commons.wikimedia.org/The U.S. Army)

Seorang perempuan ditemukan tewas di pagi hari setelah pemadaman listrik selama perang di Melbourne, Australia. Tidak lama kemudian, saksi menjelaskan bahwa ia sempat melihat perempuan itu dengan seorang tentara Amerika. Para saksi itu benar.

Setelah Inggris menolak memperkuat dan melindungi Australia dari pertempuran di Pasifik, Presiden Franklin D. Roosevelt mengirim sekitar 250.000 tentara ke Australia, salah satunya Eddie Leonski, penduduk asli New Jersey yang memiliki latar belakang penyalahgunaan zat terlarang dan menderita penyakit mental, tulis laman The Guardian.

Setelah mayat ketiga ditemukan tercekik dan dalam keadaan telanjang, tidak butuh waktu lama untuk mengungkap siapa pelakunya. Leonski akhirnya mengakui pembunuhan itu. Leonski akhirnya menjalani sistem pengadilan militer Amerika Serikat, ia dinyatakan bersalah, dan dihukum gantung setelah permintaan bandingnya ditolak.

4. Rudolf Pleil

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa PerangIlustrasi Garis Polisi (IDN Times/Mardya Shakti)

The Center for European Studies mengatakan bahwa pada tahun 1946, warga negara Jerman dipisahkan oleh garis demarkasi yang dijaga oleh pasukan Amerika, Soviet, Prancis, atau Inggris. Membuat mereka terpisah dari keluarganya.

Rudolf Pleil berjanji akan membawa mereka melintasi perbatasan agar bisa bertemu kembali dengan orang yang mereka cintai. Gertrud Glode, janda berusia 44 tahun yang ingin pergi ke timur untuk membereskan dokumennya dan memulai hidup baru dengan keluarganya, ikut bersama Pleil, tetapi ia tidak pernah terlihat lagi.

Pleil menyamar sebagai pemandu perbatasan, tetapi alih-alih melintasi perbatasan, dia membawa mereka ke daerah terpencil, menyerang, dan membunuh mereka. Meskipun dia dihentikan oleh patroli perbatasan berkali-kali, dia selalu saja dilepaskan, sampai pada tahun 1947. Saat itulah sebuah kapak yang ditemukan di samping tubuh seorang pedagang Jerman yang termutilasi diidentifikasi bahwa kapak itu milik Pleil, dan tidak lama kemudian dia ditangkap dan akhirnya mengaku melakukan 26 pembunuhan.

Ia dihukum penjara seumur hidup, tetapi Pleil bunuh diri pada tahun 1958 di balik jeruji besi. Lalu bagaimana dengan nasib Glode? Tubuh Glode sendiri ditemukan di dasar sumur, tidak sampai satu setengah mil dari rumahnya, di mana putrinya terus menunggu kedatangannya.

5. Arthur Shawcross

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa PerangArthur Shawcross (tengah) bersama putri serta cucunya di Fasilitas Pemasyarakatan Sullivan (commons.wikimedia.org/Private)

Arthur Shawcross memiliki banyak julukan, ia dikenal sebagai Pembunuh Sungai Genesee, Pencekik Rochester, dan Monster Sungai. Seperti yang ditunjukkan ThoughtCo., Shawcross dikaitkan dengan 14 pembunuhan di wilayah Rochester, New York. Shawcross membunuh dua anak pada tahun 1972, dan pada tahun 1987 dia dibebaskan bersyarat karena berperilaku baik, dan membunuh setidaknya 11 lainnya.

Peter Vronsky, seorang penulis dan peneliti ahli tentang pembunuh berantai, mengatakan melalui Oxygen bahwa dia dibebaskan bersyarat, karena dia mengaku menderita PTSD. Dia bertugas di Perang Vietnam dan bersikeras bahwa trauma yang dia alami di sana adalah salah satu pencetus dirinya melakukan pembunuhan.

Shawcross, yang juga mengkanibal beberapa korbannya, mengaku bahwa dia mulai membunuh di Vietnam, dan juga di sanalah dia mulai memakan daging manusia. Apa yang terjadi pada Shawcross di Vietnam belum terbukti (catatannya menunjukkan bahwa posisi dia non-tempur), tetapi itu cukup meyakinkan untuk membuatnya dibebaskan. Dia dihukum lagi pada tahun 1990 dan meninggal di penjara pada tahun 2008.

6. Gordon Frederick Cummins

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa PerangPrajurit Angkatan Udara Kerajaan Gordon Frederick Cummins (commons.wikimedia.org/Royal Air Force recruitment photograph)

Pada tahun 1942, tinggal di London menjadi hal yang menakutkan. Ada pemboman dan pemadaman listrik, dan pada awal Februari, pemadaman itu menyebabkan kematian yang mengerikan dari empat perempuan, mereka terbunuh dalam satu minggu dan dimutilasi dengan cara yang sama seperti Jack the Ripper.

Pembunuhan dimulai pada 9 Februari, dengan tewasnya Evelyn Hamilton. Lalu, keesokan harinya ditemukan tubuh Evelyn Oatley. Margaret Florence Lowe dibunuh sehari setelah itu, kemudian Doris Jouannet.

Dia menyerang dua perempuan lagi yang berhasil melawannya, perempuan itu mengambil masker gas dengan nomor seri dan ikat pinggang dari seragam si pelaku. Hal itu mengarahkan penyelidik ke Gordon Frederick Cummins, seorang anggota awak darat RAF yang baru saja dipindahkan ke London untuk pelatihan sebagai penerbang. Dia ditangkap pada 16 Februari, dan hakim menjatuhkan hukuman gantung pada bulan Juni di tahun yang sama.

Baca Juga: Dijuluki Kanibal Milwaukee, 10 Fakta Pembunuh Berantai Jeffrey Dahmer

7. Bruno Ludke dan kejahatan Nazi Jerman

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa Perangbatu nisan Bruno Ludke (commons.wikimedia.org/OTFW, Berlin)

Kejadian ini dimulai pada tahun 1943, ketika mayat seorang perempuan berusia 51 tahun ditemukan telanjang, setelah diserang dan dicekik. Kecurigaan jatuh pada seorang laki-laki dari desa terdekat di Kopenick, dan selama interogasi, Bruno Ludke mengakui bahwa ia tidak saja membunuh Frieda Rosner tetapi masih banyak lagi.

Ludke dinyatakan bersalah atas 53 pembunuhan tersebut (dan tiga percobaan pembunuhan lainnya). Dia tidak dikirim ke penjara, dibawah arahan Heinrich Himmler, dia justru dikirim ke Institut Medis Pusat Polisi Keamanan dan menjadi sasaran berbagai eksperimen yang dijalankan Nazi. Dia meninggal di sana pada tahun berikutnya.

Selama beberapa dekade, Ludke disebut sebagai salah satu pembunuh berantai terburuk di Jerman, akan tetapi, itu tidak benar. Penelitian baru menyebutkan bahwa Ludke dipaksa untuk mengakui apa yang tidak dilakukannya oleh seorang detektif.

Sejarawan Axel Dossmann mengatakan bahwa hal ini dimaksudkan untuk mendukung cita-cita Nazi tentang pemusnahan sebagian penduduk. "Ini akan membuatnya legal untuk menganiaya dan membunuh semua orang Jerman yang tidak bisa menyesuaikan diri." jelasnya.

8. Leonarda Cianciulli

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa Perangpotret Leonarda Cianciulli (commons.wikimedia.org/Activism)

Melansir kabar Museo Criminologico, Leonarda Cianciulli sudah kehilangan 13 anaknya karena keguguran atau meninggal dunia. Empat selamat, dan putranya yang bernama Giuseppe direkrut menjadi tentara Italia pada tahun 1939.

Cianciulli datang ke seorang paranormal yang memberinya saran bahwa dia harus mempersembahkan tumbal jika putranya ingin selamat dari kematian. Jadi, itulah yang dia lakukan. Selama dua tahun, dia membius dan membunuh tiga perempuan paruh baya di desanya.

Cianciulli menulis bagaimana dia membuang mayat-mayat itu. Faustina Setti, Francesca Soavi, dan Virginia Cacioppo dimutilasi dan disembelih, darahnya dikumpulkan, dikeringkan, diubah menjadi kue, kemudian disajikan kepada teman dan keluarganya. Dia juga menyimpan lemaknya untuk dijadikan bahan sabun yang dia berikan kepada tetangga dan kenalannya.

Dia ditangkap ketika ipar dari korban terakhirnya melaporkannya ke pihak berwenang, dan Cianciulli langsung mengaku. Dia dijatuhi hukuman 30 tahun penjara, dan meninggal di rumah sakit jiwa pada tahun 1970.

9. Miyuki Ishikawa

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa PerangInsiden Jusanin, potret Miyuki Ishikawa yang menutup wajahnya (commons.wikimedia.org/US military Photograph)

Tahun-tahun pascaperang Jepang bukanlah tahun yang mudah, dan setelah penyerahan mereka pada tahun 1945, Cultura Colectiva menjelaskan bahwa negara tersebut mengalami krisis sosial dan ekonomi. Di tengah-tengah itu, tingkat kelahiran meningkat dan disinilah seorang bidan bernama Miyuki Ishikawa hadir.

Pada akhir perang, Ishikawa adalah direktur bangsal bersalin di Kotobuki. Di sana, dia dikenal sebagai bidan yang merawat bayi-bayi baru lahir ketika kedua orangtuanya terkendala merawat bayi mereka.

Dengan bantuan suaminya, Dr. Shiro Nakayama, dia membunuh 169 bayi baru lahir yang ditinggalkan dalam perawatannya. Rahasia ini sebenarnya sudah diketahui oleh staf-staf yang lain, hingga mereka akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja. Akan tetapi, baru pada tahun 1948 penemuan sisa-sisa dari lima bayi yang meninggal dalam kematian tidak wajar, membuat penegak hukum turun tangan.

Sayangnya, setelah penangkapan bidan dan dokter tersebut. Mereka akhirnya dijatuhi hukuman penjara delapan tahun tetapi mengajukan banding dan hanya menjalani hukuman empat tahun.

10. Henri Desire Landru

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa PerangHenri Desire Landru (duduk) di ruang bawah tanah Istana Kehakiman Versailles (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Menawan dan berkarisma, itulah yang membuat Henri Desire Landru memikat para korbannya di Prancis, tulis L'est Republicain. Saat itu, dia mengalami masalah ekonomi. Jadi, dia mulai memangsa para perempuan yang kesepian dan mengalami patah hati di Perang Dunia I.

Dia mengiklankan dirinya di sebuah koran, di mana dia mengaku sedang mencari seorang istri. Dia mencari tipe perempuan yang kesepian dan kaya raya. Setelah meyakinkan mereka, ia membujuk perempuan itu untuk menemuinya di rumahnya (dan meminta mereka untuk menandatangani semua aset yang mereka miliki), setelah itu, dia membunuh mereka. Lalu, dia meminta putranya untuk menyamar sebagai pedagang barang bekas, putranya akan mengunjungi rumah almarhum dan mengambil barang apapun yang sekiranya berharga.

Landru tidak ditangkap sampai tahun 1919, dan ketika dia akhirnya ditangkap, polisi juga menemukan semua bukti yang mereka butuhkan, berkat kegemaran Landru membuat jurnal. Sidang Landru tidak dimulai sampai tahun 1921, dan dia dinyatakan bersalah dan dihukum menggunakan guillotine tiga minggu kemudian. Tidak jelas berapa banyak yang dia bunuh, tetapi dia melakukan kontak dengan 283 perempuan selama pembunuhan bermotif penipuan itu.

11. Seisaku Nakamura

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa PerangIlustrasi Pelaku Pidana (IDN Times/Mardya Shakti)

Sekilas, Seisaku Nakamura terlihat seperti anak remaja yang polos. Dia sangat pintar, berprestasi di sekolah, dan sangat sopan. Sayangnya, dia seorang pembunuh berantai. Mengutip laporan Executed Today, diyakini bahwa Nakamura pertama kali membunuh pada tahun 1938, dia membunuh dua perempuan yang melawannya saat dia mencoba menyerang mereka. Lalu, pada tahun 1941, dia menikam seorang perempuan, lalu membunuh tiga orang lainnya.

Bulan berikutnya, dia membunuh saudara laki-lakinya dan menikam beberapa anggota keluarga lainnya. Setelah mengikuti seorang perempuan ke rumahnya, dia membunuh perempuan itu, suaminya, dan dua dari tiga anak mereka. Satu anak yang masih hidup masih ingat peristiwa penyerangan tersebut. Diusianya yang ke-19 tahun, Nakamura ditangkap, diadili, dan dihukum gantung pada tahun 1944.

12. John Christie

12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa Perangpembunuh berantai Inggris John Reginald Halliday Christie (commons.wikimedia.org/Uncredited police photographer)

Dilansir laman The Radio Times, John Christie mulai tertarik dengan kematian saat dia berusia 8 tahun, waktu itu dia terpesona melihat kakeknya yang telah meninggal di dalam peti mati. Selama perjalanan hidupnya, Christie berulang kali terjerat dengan hukum.

Setelah dikeluarkan dari RAF, Christie diterima di kepolisian, meskipun telah menjalani hukuman di penjara karena kejahatan kecil. Itu terjadi pada tahun 1936. Pada tahun 1943, dia membunuh korban pertama yang dikonfirmasi. Tetapi, dia lolos dari hukuman atas tindakan pembunuhan yang dilakukannya.

Masih di departemen kepolisian, dia menggunakan kekuatannya agar tidak dicurigai, dan bahkan ketika dia mengundurkan diri, dia masih terus membunuh. Korbannya adalah Beryl Evans dan putrinya yang berusia 13 bulan, Geraldine, di sinilah keadaan menjadi sangat menyedihkan.

Suami Beryl, Timothy Evan, didakwa atas kematian istri dan anaknya sendiri, ia dinyatakan bersalah, dan mendapatkan hukuman gantung. Di persidangan, dia menuding bahwa Christie yang melakukan pembunuhan terhadap istri dan anaknya, tapi dia diabaikan.

Pada titik ini, Christie masih terus membunuh hingga tahun 1953, namun dia akhirnya ditangkap, dinyatakan bersalah karena membunuh sedikitnya 8 perempuan, dan dihukum gantung. Timothy Evans sendiri akhirnya diampuni secara anumerta pada tahun 1966.

Tidak diketahui secara pasti apa motif di balik pembunuh berantai ini, akan tetapi, sudah dapat dipastikan bahwa mereka memiliki sensasi tersendiri saat membunuh orang lain.

Baca Juga: The Good Nurse, Film Serial Killer Tanpa Adegan Pembunuhan

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya