Kekereb, Karya Seni Sastra dengan Kekuatan Spiritual
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kekereb merupakan suatu karya sastra yang dituliskan dalam selembar kain. Kekereb berisikan gabungan aksara rajahan dan gambar yang disesuaikan dengan penggunaan kekereb tersebut.
"Kekereb biasanya digunakan untuk Ida Sesuhunan, sedangkan untuk manusia disebut dengan nama rurub atau rangkeb. Keduanya sama-sama memiliki kekuatan spiritual sehingga disakralkan," ungkap I Nengah Arimbawa saat ditemui di Pura Melanting Jambe Pole.
1. Kekereb digunakan untuk Ida Sesuhunan
Kekereb digunakan untuk pelawatan-pelawatan atau pralingga Ida Sesuhunan di suatu pura seperti pratima, barong, atau rangda yang merupakan Sesuhunan di suatu pura.
Fungsi kekereb di sini bukan saja untuk menutupi bagian topeng atau tapel Ida Sesuhunan, tetapi juga berfungsi untuk menguatkan taksu dari pralingga tersebut agar Roh Suci tetap meneng atau jenek, dapat dikatakan tidak keluar atau lepas dari pralingga-nya.
2. Bahan yang digunakan untuk pembuatan kekereb
Tidak ada persyaratan khusus untuk bahan kekereb. Biasanya menggunakan kain yang banyak terdapat di pasaran.
Pembuatnya perlu memperhatikan pemilihan bahan yang bisa bertahan dalam jangka waktu lama. Sebagian besar menggunakan kain berwarna putih atau terang.
Baca Juga: Edgar Allan Poe: Mengangkat Karya Sastra Jadi Tidak Murahan
3. Kekereb menggunakan aksara yang bernama modre yang cukup kompleks
Menurut I Nengah Arimbawa atau sering disebut dengan nama Jro Rudra Agni, penyusunan aksara dalam rajahan kekereb sangat kompleks. Aksara ini disusun berdasarkan suatu cerita atau purana yang disesuaikan dengan pralingga Ida Sesuhunan.
Aksara yang digunakan disebut dengan nama aksara Modre. Aksara Modre ini merupakan penggabungan beberapa aksara seperti Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang dan sebagainya.
Editor’s picks
Aksara yang sudah digabung ini diberikan pepayasan seperti suku kembung, nania, pepet, dan lainnya sehingga hidup atau memiliki suatu arti. Kompleksnya penyusunan aksara ini membuat penyusunannya memerlukan orang yang memang ahli dan kompeten.
4. Pembuat tidak hanya mahir menulis aksara, tetapi juga memiliki kemampuan menggambar
Selain harus ahli dalam aksara, baik untuk pemahaman maupun penulisan, pembuat harus memiliki kemampuan melukis atau menggambar. Kekereb merupakan karya seni yang menggabungkan aksara dan gambar.
Gambar disesuaikan dengan cerita dan aksara yang digunakan. Gambar ini merupakan kearifan lokal seni dan budaya sesuai dengan imajinasi pembuatan. "Tidak ada pakem-pakem tertentu dalam pembuatan gambar ini, semuanya murni dari imajinasi masing-masing pembuat," ujar pria yang juga sebagai penasihat Paguyuban Taksu Rudra Bhairawa ini.
5. Proses pembuatan kekereb
Untuk memulai proses pembuatan, harus memilih hari baik atau duwasa seperti purnama, tilem, atau kajeng kliwon. Sarana yang digunakan pejati atau sesantun gede, di mana dalam satu wadah terdapat empat daksina dan taksu.
Pembuat kemudian akan memohon izin dan petunjuk kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam wujud Ida Sang Hyang Saraswati dan Ida Bhatara Ghana. Ida Hyang Saraswati sebagai pemilik aksara-aksara dan Ida Bhatara Ghana sebagai pemilik alat tulis dalam pembuatan kekereb.
Proses awal ini sangatlah penting, karena dalam proses ini pembuat memohon agar tidak terjadi kesalahan dalam menulis aksara. Jika salah, maka kekereb tersebut tidak akan memiliki taksu atau energi. Pembuatan kekereb ini memerlukan waktu 2—6 bulan, disesuaikan dengan kondisi pembuatan.
6. Proses pasupati kekereb untuk memberikan kekuatan spiritual
Saat proses pembuatan kekereb telah selesai, maka akan dilakukan proses pasupati. Proses pasupati ini berguna untuk "menghidupkan" kekereb agar memiliki energi taksu. Seperti halnya dalam proses memulai pembuatan, proses pasupati juga perlu memilih hari baik.
Sarana yang digunakan adalah banten pengrampet pasupati dan sarana pelengkap lainnya. "Proses pasupati biasanya dilakukan di Pura Mrajapati karena diyakini di pura ini sebagai tempat penciptaan dan peleburan (pemusnahan)," ujar Jro Rudra Agni.
Sebagai karya seni yang disakralkan, kekereb ini tidak bisa ditaruh dan digunakan secara sembarang. Jika suatu saat kekereb ini rusak dimakan usia, maka akan dilakukan upacara peleburan atau pralina dan mengganti dengan kekereb yang baru.
Baca Juga: 7 Karya Seni Tertua yang Ada di Dunia, Ada dari Indonesia
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.