Polusi Plastik Laut Sudah di Tahap Mengerikan & Kitalah Penyebabnya

Dan cuma kita yang bisa menyelesaikannya

Mungkin kita sempat mendengarkan beberapa orang berkoar-koar soal mengurangi penggunaan plastik, menghimbau untuk membiasakan gunakan tas kain dalam berbelanja, menghentikan penggunaan sedotan dan masih banyak semacamnya. Ternyata yang perlu kamu tahu, mereka tidak main-main ketika menyampaikan bahwa kondisi dunia sudah sangat parah terkait sampah plastik.

Polusi Plastik Laut Sudah di Tahap Mengerikan & Kitalah Penyebabnyaorcaweb.org.uk

Banyak hewan laut dan udara ditemukan tewas dalam keadaan lambungnya dipenuhi produk-produk dan sampah plastik. Air laut yang terlihat jernih sekalipun, ketika disaring banyak sekali terdapat serpihan plastik mulai dari ukuran sedang sampai butiran. Di suatu area bahkan ditemukan timbunan plastik yang mencapai jutaan ton. Plastik ini membunuh banyak penghuni laut dan membunuh kita sendiri juga yang mengonsumsi ikan dengan perlahan. Seberapa parah sebenarnya itu semua? Dilansir dari berbagai sumber, baca selengkapnya di sini!

https://www.youtube.com/embed/ju_2NuK5O-E

1. Kita yang membuang segalanya ke laut, kita juga yang akan merasakan dampak mengerikannya bila tidak segera diselesaikan bersama

Polusi Plastik Laut Sudah di Tahap Mengerikan & Kitalah Penyebabnyavoanews.com

Jika satu organisme laut sudah memakan mikroplastik yang mengandung toksin, maka predator yang memakannya juga akan terdampak oleh racun plastik tersebut dan menyebar ke seluruh jaringan tubuhnya. Hewan tidak bisa lagi membedakan plastik dengan makanan mereka biasanya, karena sudah saking banyaknya. Daging hewan yang memakan plastik itu kemudian sangat berisiko untuk kita makan, karena racun itu juga mudah masuk ke tubuh kita. Kebayang jika itu sampai ke perut kita, mulai dari makan ikan di warteg sampai restoran sushi di mall? Ini sudah bukan hal yang bisa dianggap remeh.

Beberapa penduduk di area terpencil yang ketergantungan pada konsumsi ikan menjadi berhenti memancing, karena banyak penyakit muncul dari mengonsumsi ikan, seperti: kanker, tidak mampu hamil dan melahirkan anak dengan autisme. Akhirnya mereka menggantungkan asupan sehari-harinya pada daging hewan peternakan, seperti sapi dan babi.

2. Penggunaan plastik (terutama yang sekali pakai) memiliki banyak sekali risiko kesehatan, selain jelas-jelas mencemarkan lingkungan

Polusi Plastik Laut Sudah di Tahap Mengerikan & Kitalah Penyebabnyaeatwildgreens.com

BPA bukan hanya satu-satunya faktor yang perlu dikhawatirkan dari plastik. Ketika terpapar suhu tertentu atau kondisi tertentu, plastik yang dianggap bebas BPA pun dapat melepaskan kandungan-kandungan kimia tertentu yang karsinogenik serta menstimulus hormon-hormon estrogenik. Stainless steel dan kaca cukup aman dan aluminium foil pun aman karena tidak melepaskan reaksi kimia.

Plastik pun diketahui sangat berbahaya ketika dibakar. Asapnya berkali lipat lebih kotor dan beracun daripada asap hasil bakaran kayu. Ketika plastik dibakar, ia akan melepaskan sejumlah senyawa kimia yang karsinogenik dan mampu menimbulkan berbagai macam penyakit untuk orang yang terpapar. Plastik dibentuk dari bahan baku yang tidak terbaharukan, yaitu minyak bumi. Karakteristiknya susah terurai sampai ratusan tahun lamanya. Kalaupun terurai oleh korosi air laut, ia tetap menjadi serpihan membahayakan yang beracun sekaligus menarik (menjadi magnet) racun-racun di sekitarnya.

3. Banyak cara untuk mengurangi polusi plastik di laut seluruh dunia, mulai dari yang paling sederhana yang bisa kamu terapkan sehari-hari

Polusi Plastik Laut Sudah di Tahap Mengerikan & Kitalah Penyebabnyafashionfixdaily.com

Kalau kamu beli bahan makanan segar yang dibungkus plastik, buka plastiknya dan letakkan dengan layak. Begitu pihak penjual menyadari bahwa ada masalah dengan pengemasan mereka, mereka akan mencari cara untuk mengatasinya. Kamu juga bisa mulai membiasakan diri tidak menggunakan perlengkapan plastik sama sekali, seperti: sedotan, sendok, garpu, pisau ataupun meminta kemasan yang bukan plastik pada gerai cepat saji. Biasakan juga untuk membawa tas belanjamu sendiri ketika ke pasar, minimarket atau swalayan.

Rwanda menjadi salah satu negara yang telah melarang penggunaan plastik sama sekali. Rwanda mendeklarasikan diri sebagai negara yang agrikultural, karena tidak memiliki banyak industri, sehingga lebih bisa menjaga kelestarian lingkungannya. Harapannya lebih banyak lagi negara di seluruh dunia bersedia menjalankan hal tersebut. Semakin banyak negara yang sadar akan pentingnya penyelesaian masalah polusi plastik, semakin dunia akan lebih aman ditinggali bertahun-tahun ke depan.

4. Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) telah membuat banyak kemajuan untuk lingkungan Indonesia, semoga masyarakat dan pemerintah terus mendukungnya

Polusi Plastik Laut Sudah di Tahap Mengerikan & Kitalah Penyebabnyaflickr.com/atamerica

Tiza Mafira (34) Executive Director dari Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. Tiza dan timnya merupakan mastermind dibalik “kantong plastik tidak gratis” yang pada tahun 2016 mulai diberlakukan penambahan biaya Rp 200,- untuk setiap penggunaan kantong plastik di tempat perjualbelian. Ternyata di tahun 2016 saja, penggunaan kantong plastik di Indonesia berkurang sampai 55 persen.

Polusi Plastik Laut Sudah di Tahap Mengerikan & Kitalah Penyebabnyaflickr.com/atamerica

Setelah 6 bulan uji coba, Kota Banjarmasin melarang kantong plastik sampai sekarang. Sementara itu terhitung Bulan Juli 2018, Balikpapan akan melarang penggunaan kantong plastik. Kota Padang dan beberapa daerah lainnya telah memiliki peraturan ketat soal kantong plastik, kapan daerahmu menyusul?

Polusi Plastik Laut Sudah di Tahap Mengerikan & Kitalah PenyebabnyaIDN Times/Bayu D. Wicaksono

Kamu juga bisa mulai berkontribusi dengan mengakses situs plasticoceans.org dan mencari tahu lebih banyak mengenai polusi plastik sekaligus solusi-solusi yang sudah ditawarkan. Sudah siap menjadi agen perubahan dan pahlawan lingkungan? Yuk, mulai dari diri sendiri dan hal-hal paling sederhana. Lama-lama jika sudah menjadi kebiasaan, kondisi bumi akan lebih baik.

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Tania

Berita Terkini Lainnya