Ilmuwan: Polusi Udara Dapat Sebabkan Gangguan Mental

Dampak polusi lebih gawat dari yang kita kira sebelumnya

Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan  bahwa polusi udara ternyata memiliki keterkaitan dengan peningkatan signifikan seseorang dalam mengalami depresi dan kecemasan. Melansir dari The Guardian,  para ilmuwan mengatakan bahwa polusi yang mencakup peningkatan bertahap nitrogen dioksida oleh kendaraan diesel, dapat meningkatkan risiko gangguan mental secara umum sebesar 39 persen.

Sementara polusi partikel kecil yang berasal dari pembakaran bahan bakar, rem dan debu ban, dapat meningkatkan risiko hingga 18 persen. Tentu ada faktor-faktor lain seperti genetika atau masa tumbuh dewasa yang ikut berperan penting terhadap masalah kesehatan mental seseorang.

Tetapi faktor polusi udara tidak boleh dikesampingkan begitu saja. Studi tersebut juga menuturkan bahwa kesehatan mental memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menyerang seseorang yang tinggal di tempat dengan tingkat polusi tinggi seperti kota, daripada mereka yang tinggal di daerah yang paling tidak tercemar, seperti wilayah pinggiran atau desa. 

1. Dampak dari polusi udara

Ilmuwan: Polusi Udara Dapat Sebabkan  Gangguan MentalIlustrasi polusi udara di kota. Sumber: Unsplash.com/David Lee

Para peneliti di King's College London, Imperial College London dan University of Leicester telah menemukan bukti pertama di Inggris bahwa orang dewasa yang terpapar polusi udara terkait dengan padatnya lalu lintas, dapat lebih cenderung mengalami gangguan mental.

Studi ini diikuti lebih dari 1.000 orang dewasa di London selama lima tahun, tetapi hasilnya terbilang cukup relevan untuk disamakan dengan situasi di kota besar dan kecil lainnya di seluruh dunia. Hampir setiap wilayah perkotaan menyumbangkan tingkat polusi tinggi melebihi pedoman organisasi kesehatan dunia (WHO), sementara Bank dunia memperkirakan bahwa polusi udara telah merugikan ekonomi global dalam setahun.

Dampak dari polusi yang umum diketahui orang hanyalah mencakup rusaknya jantung dan paru-paru. Tetapi sekarang semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa polusi juga sangat berdampak terhadap kerusakan otak. 

 “Polusi udara bukan satu-satunya faktor yang mungkin berdampak pada munculnya gangguan mental, tetapi itu salah satu yang dapat dicegah,” kata Dr Ioannis Bakolis, dosen di King's College London yang memimpin penelitian tersebut. “Memperkenalkan langkah-langkah untuk mengurangi polusi udara mungkin merupakan tindakan kesehatan primer yang langka dan berpotensi berdampak untuk pencegahan gangguan kejiwaan." terangnya. 

2. Efek buruk polusi udara

Ilmuwan: Polusi Udara Dapat Sebabkan  Gangguan MentalIlustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Mardya Shakti)

Selain menjadi salah satu faktor penyebab masalah depresi dan kecemasan, sebelumnya sebuah penelitian yang dilakukan juga pernah menunjukkan udara yang kotor ternyata dapat meningkatkan resiko seseorang untuk melakukan bunuh diri, serta membawa penurunan besar dalam kecerdasaan seseorang dan merusak setiap organ di tubuh.

Penelitian menunjukkan kerusakan dari kepala hingga ujung kaki ; mulai jantung, paru-paru, diabetes, hati, janin, kanker kandung kemih, hingga tulang rapuh dan kulit yang rusak, semua dapat menempatkan polusi udara sebagai salah satu faktor penyebab. 

Polusi udara telah menjadi momok darurat bagi kesehatan dunia dan menyebabkan 8,8 juta kematian dini setiap tahun, berdasarkan analis WHO. Organisasi kesehatan tersebut bahkan tak segan menyebut polusi udara sebagai "silent killer" karena dampak efek luasnya seringkali tidak dianggap dan dihiraukan. 

 

3. Partikel pada polusi udara fan keterkaitannya dengan Alzheimer

Ilmuwan: Polusi Udara Dapat Sebabkan  Gangguan MentalIlustrasi gambar otak. Sumber: Pixabay.com/Tumisu

Meski Studi epidemiologi tidak dapat membuktikan hubungan sebab-akibat antara polusi udara dan masalah kesehatan mental karena larangan percobaan terhadap manusia, Tetapi penelitian baru-baru ini juga telah menunjukkan bahwa partikel polusi udara kecil yang bersarang di otak rupanya memiliki keterkaitan dengan kerusakan molekuler.

Pada awal Oktober (6/10), The Guardian sempat memberitakan tentang penelitian terbaru yang menemukan bahwa nanopartikel dari polusi udara yang melimpah, ternyata ditemukan pada salah satu bagian otak dari 186 orang di Mexico City yang meninggal muda antara usia 11 bulan hingga 27 tahun. Nanopartikel itu terkait erat dengan protein abnormal yang merupakan ciri khas penyakit Alzheimer, Parkinson dan neuron motorik.  

Penelitian itu menunjukkan bahwa nanopartikel kaya logam, cocok dengan bentuk dan komposisi kimiawi yang dihasilkan oleh lalu lintas melalui pembakaran dan gesekan pengereman oleh kendaraan. Peneliti pun mengatakan bahwa nanopartikel adalah penyebab yang masuk akal dari kerusakan otak, meskipun belum ada bukti yang cukup untuk menjadikannya fakta.

Dr. Susan Kohlhaas, direktur penelitian di Alzheimer's Research UK, mengatakan, “Polusi udara terkait dengan banyak kondisi kesehatan yang merugikan dan semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa hal ini dapat dimasukkan dalam risiko kita terkena demensia." 

4. Belum dapat sepenuhnya dibuktikan, tapi jelas mengkhawatirkan

Ilmuwan: Polusi Udara Dapat Sebabkan  Gangguan MentalIlustrasi Gejala Penyakit (Sakit Kepala) (IDN Times/Mardya Shakti)

Penemuan inovatif itu belum dapat sepenuhnya dikonfirmasi, tetapi bila penelitian lebih lanjut di masa depan mengungkapkan hal yang serupa, hal itu akan berdampak sangat serius pada seluruh dunia karena 90 persen populasi global hidup dengan udara yang tidak aman.  Pakar medis berhati-hati tentang temuan ini dan mengatakan bahwa meskipun partikel nano kemungkinan menjadi penyebab kerusakan, apakah hal ini mengarah pada penyakit di kemudian hari masih harus dipelajari lebih dalam.

“Sejauh ini kami tidak dapat membuktikan kausalitas, tetapi bagaimana Anda bisa mengharapkan nanopartikel yang mengandung spesies logam tersebut duduk diam dan tidak berbahaya di dalam sel kritis otak?" kata Prof. Barbara Maher dari Lancaster University, bagian tim peneliti. Menurutnya, hal lain yang sangat mengerikan adalah temuan bahwa nanopartikel itu telah dapat bersarang bahkan di batang otak bayi sekalipun. 

5. Penelitian mendalam masih harus dilakukan

Ilmuwan: Polusi Udara Dapat Sebabkan  Gangguan MentalSuasana jalanan yang padat kendaraan. Sumber: Pexels.com/Vlad Fonsark

Menurut Prof. Antonio Gasparini, dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, penelitian terbaru (terkait mental), sangatlah penting karena dapat digunakan untuk memperhitungkan daftar panjang dari faktor lain yang ikut memengaruhi kesehatan mental. Namun dia mengatakan definisi luas dari kesehatan mental yang digunakan sangat sulit untuk menilai hubungan sebab-akibat yang potensial. “Diperlukan lebih banyak penelitian sebelum menawarkan rekomendasi [kesehatan],” tambahnya.

Sudah cukup banyak bukti yang menjadi alasan mendesak mengapa polusi udara harus segera dikurangi. Kita sering meremehkannya, meski efek bahayanya lebih besar dari apa yang selama ini diduga. "Orang harus bertindak, jangan hanya khawatir saja." ujar Dr. Ioannis Bakolis.
Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya