6 Fakta Sejarah Perang Kuning, Perang Besar Tionghoa-Jawa Melawan VOC

Potongan sejarah penting yang banyak diketahui

Perang Kuning atau Geger Pacinan merupakan suatu peperangan yang terjadi pada kurun waktu 1740-1743. Perang ini pun disebut-sebut sebagai perang terbesar yang pernah dihadapi oleh VOC atau maskapai dagang Hindia Timur.

Meskipun demikian, 'goresan' sejarah yang amat bernilai ini ternyata tak banyak disebut dalam tinta sejarah Indonesia lho. Tak heran, banyak pihak yang tak tahu dengan peristiwa besar Geger Pacinan.

Menurut ulasan sejarah yang terangkum dalam buku Geger Pacinan (2013) karya Daradjadi, berikut fakta sejarah Perang Kuning atau Geger Pacinan. Simak baik-baik, Yuk!

1. Adanya pembantaian penduduk Tionghoa di Batavia ditengarai sebagai sebab peristiwa Geger Pacinan

6 Fakta Sejarah Perang Kuning, Perang Besar Tionghoa-Jawa Melawan VOCPembantaian penduduk Tionghoa di Batavia pada tahun 1740. (Dok.wikipedia.org)

Pada tahun awal tahun 1740-an, Batavia dilanda krisis ekonomi akibat penurunan permintaan terhadap industri gula yang saat itu menjadi tumpuan bisnis utama. Keadaan ini juga diperparah dengan masifnya imigran dari Tiongkok yang datang ke Batavia. Hal ini membuat pengangguran merajalela dan angka kriminalitas meningkat.

Kebijakan VOC menjadikan imigran Tionghoa sebagai objek pemerasan dengan pajak yang tinggi membuat situasi Batavia menjadi tidak kondusif. Serangkaian penangkapan kepada orang-orang Tionghoa yang dicurigai tak punya izin tetap, membuat situasi bertambah memburuk. Kerusuhan pun pecah, orang Tionghoa pimpinan Kapitan Sepanjang mulai menyerang penjara untuk membebaskan kawan-kawannya yang ditawan.

Untuk mengatasi ini, Gubernur Jenderal Valckenier memerintahkan untuk membantai seluruh orang Tionghoa yang ada tanpa pandang bulu. Dalam buku Geger Pacinan (2013), Daradjadi memperkirakan 7.000-10.000 orang Tionghoa tewas dalam pembantaian tersebut. Hal ini menyulut perang besar kelak terkenal dengan sebutan Geger Pacinan.

2. Orang-orang Tionghoa yang selamat kemudian menuju wilayah Mataram, di sini perang besar melawan VOC pun dimulai

6 Fakta Sejarah Perang Kuning, Perang Besar Tionghoa-Jawa Melawan VOCPeta ilustrasi peperangan karya Daradjadi. (Dok. IDN Times/Candrika Ilham W)

Kompeni yang menganggap huru-hara di Batavia tak akan meluas ke Jawa Tengah ternyata salah besar. Lambat laun, pemberontakan orang-orang Tionghoa di Jawa Tengah akhirnya terjadi, bahkan juga melibatkan orang-orang Jawa. Selain didasari rasa empati, penderitaan akibat ulah VOC juga menjadi biang pemberontakan.

Perlahan tapi pasti, kekuatan pemberontak semakin besar. Pada tahun 1741 muncul tokoh pemberontak yang lihai dalam strategi perang, seperti Singseh (Tan Sin Ko) di Welahan (dekat Demak) dan Bupati Lasem, Widyaningrat (Oey Ing Kiat). Ditambah dengan hadirnya Kapitan Sepanjang (Khe Panjang) yang telah memasuki wilayah Mataram membuat kekuatan pemberontak meningkat drastis.

Baca Juga: 6 Fakta Tentang Batavia dan VOC yang Belum Banyak Diketahui Orang

3. Dukungan Pakubuwono II dan terbentuknya aliansi Tionghoa-Jawa

6 Fakta Sejarah Perang Kuning, Perang Besar Tionghoa-Jawa Melawan VOCIlustrasi laskar Tionghoa-Jawa dalam buku karya Daradjadi yang berasal dari Kelenteng Cu Hwie Kiong, Rembang. (Dok. IDN Times/Candrika Ilham W)

Setelah bergulat pikiran antara mendukung pemberontak atau membasmi pemberontak, akhirnya Pakubowono II memilih untuk mendukung pemberontak untuk melawan VOC. Pada tanggal 13 Mei 1741, Raja Mataram itu meminta kepada pejabat keraton dan para bupati untuk sumpah setia serta bersiap untuk mengusir VOC dari tanah Jawa.

Pengepungan-pengepungan oleh laskar Tionghoa-Jawa terhadap Garnisun Kompeni di beberapa kota pun terjadi. Tanggal 27 Juli 1741, Rembang jatuh ke tangan pemberontak disertai dengan pembunuhan terhadap Residen VOC. Kemudian 10 Agustus 1741, benteng Kompeni di Kertasura juga jatuh.

Perang berkecamuk di tanah Jawa, VOC meminta bantuan Bupati Madura, Cakraningrat IV untuk melawan Mataram. Sunan pun memerintahkan Pangeran Mangkubumi (kelak dikenal sebagai Sultan Hamengkubuwono I) bersama laskar Tionghoa untuk membendung serangan Cakraningrat IV di Jawa Timur. Bisa dibayangkan besarnya benturan kekuatan yang terjadi kan?

4. Pengepungan Semarang yang melelahkan dan kegagalan membendung serangan Cakraningrat IV

6 Fakta Sejarah Perang Kuning, Perang Besar Tionghoa-Jawa Melawan VOCPeta Kota Semarang tahun 1700-an. (sumber: atlasofmutualheritage.nl)

Berbagai daerah di Jawa Tengah telah dikuasai oleh laskar Tionghoa-Jawa, kecuali Semarang yang dipertahankan mati-matian oleh VOC. Singseh, Kapitan Sepanjang, serta para bupati di bawah komando Notokusumo, sang Patih Mataram pun melakukan konsolidasi untuk menyerang Semarang.

Akan tetapi, mata-mata Kompeni ternyata telah mengendus rencana tersebut sehingga pasukan Tionghoa-Jawa malah terlebih dahulu diserang. Ditambah dengan hujan yang lebih sering turun karena telah memasuki bulan November, maka pergerakan pasukan sedikit terhambat. Disisi lain, Cakraningrat IV ternyata berhasil menguasai Tuban, Lamongan, dan Jipang (Blora). Hal ini tentu membuat suasana menjadi tegang di kalangan laskar Tionghoa-Jawa.

5. Penghianatan Pakubowono II yang menyakitkan hati

6 Fakta Sejarah Perang Kuning, Perang Besar Tionghoa-Jawa Melawan VOCMonumen Geger Pacinan di Kelenteng Cu An Kiong Lasem. (Dok. IDN Times/Candrika Ilham W)

Kekalahan di Semarang dan front Jawa Timur membuat hati Pakubowono II gundah gulana. Pada akhirnya, tawaran dari VOC untuk berpisah dengan pasukan Tionghoa dipilih oleh sang Sunan. Hal ini membuat kekuatan laskar Tionghoa-Jawa sedikit melemah. Meskipun demikian, patih Notokusomo masih menaruh empati kepada laskar ini. Bahkan, Martapuro (Bupati Grobogan) bersumpah setia kepada laskar Tionghoa-Jawa.

Pertempuran masih berlanjut, pasukan laskar Tionghoa-Jawa tetap menguasai Demak, Jepara, Grobogan, Kudus, Pati, dan Lasem. Selain itu, cucu Untung Suropati juga masih kokoh mempertahankan Pasuruan, Malang, Mojokerto, Wirasaba, dan Kediri dari serangan Kompeni. Ditambah dengan bergabungnya Raden Suryokusumo atau Mas Said (kelak bergelar Mangkunegara I) membuat kekuatan laskar Tionghoa-Jawa kembali bergairah. Sungguh pertempuran yang penuh intrik politik.

6. Sunan Kuning naik takhta dan runtuhnya Keraton Kertasura

6 Fakta Sejarah Perang Kuning, Perang Besar Tionghoa-Jawa Melawan VOCBekas Keraton Kartasura. (Merbabu.com)

Pengkhianatan Pakubowono II membuat Jawa bagian tengah dan timur diselimuti ketegangan sehingga VOC dan Kartasura sama-sama tak mampu menegakkan kedaulatan politik. Ditambah dengan diangkatnya Raden Mas Gerendi (Sunan Kuning) oleh beberapa bupati dan laskar Tionghoa-Jawa sebagai Raja Mataram bergelar Amangkurat V membuat suasana semakin tegang.

Pada 30 Juni 1742, Sunan Kuning atau cucu Raja Mataram Amangkurat III ini bergerak menuju Kartasura dan pertempuran pun tak terhindarkan. Dalam keadaan terjepit, Pakubowono II berhasil menyelamatkan diri bersama Kapten Von Hohendorff. Orang Jawa menandai peristiwa ini dengan candrasengkala Pandito Enem Angoyod Jagad atau raja yang kehilangan keratonnya.

Dengan rumitnya konflik yang terjadi, tak heran Geger Pacinan dikenal sebagai perang terbesar yang dihadapi oleh VOC. Peristiwa besar ini membuat Kompeni mengambil kebijakan baru, yaitu memisahkan etnis Tionghoa dan Jawa dengan membuat kawasan pecinan tersendiri sehingga kedua etnis ini bisa terpecah-belah.

Nah, demikian fakta sejarah Perang Kuning yang hampir menghempaskan VOC dari Nusantara. Banyak nilai yang tentunya bisa menjadi pelajaran untuk kehidupan mendatang kan. Bagaimana menurutmu?

Baca Juga: Pernah Berjaya, 5 Fakta Sejarah Kereta Api di Kabupaten Rembang

Candrika Ilham Wijaya Photo Verified Writer Candrika Ilham Wijaya

Menghargai kata @cndrikailhm_

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya