Antonio Vivaldi: Pencipta Mahakarya 'Four Seasons' yang Mengidap Asma

"There are no words, it's only music there."

Bicara tentang musik klasik, opera, piano atau biola, kita semua pasti langsung terbayang oleh para musisi dan komposer dari Eropa. Kalau di Indonesia, kita sudah akrab dengan seorang pemain biola legendaris bernama Idris Sardi. Namun, tahukah kamu siapa komposer sekaligus violis yang dikenal sepanjang masa?

Nama lengkapnya Antonio Lucio Vivaldi. Ia lahir di Italia, dan tumbuh menjadi salah satu komponis musik terhebat di Era Baroque. Pengaruh Vivaldi semasa hidupnya sangat besar dalam gaya musik instrumental Baroque dan ditemukan hampir di seluruh Eropa. Vivaldi lahir tanggal 4 Maret 1678 di Venesia, Italia, dan meninggal 28 Juli 1741 di Vienna, Austria. 

Tokoh dunia kali ini adalah seorang violis dunia yang sangat berpengaruh. Nah, mari kita simak biografinya di bawah ini!

https://www.youtube.com/embed/e3nSvIiBNFo

1. Vivaldi mengikuti jejak sang ayah sebagai violis, tetapi dengan kondisi kesehatan yang buruk

Antonio Vivaldi: Pencipta Mahakarya 'Four Seasons' yang Mengidap Asmaclassical-music.com

Antonio Vivaldi lahir dalam keluarga sederhana. Vivaldi merupakan anak tertua dari pasangan Giovanni Battista Vivaldi dan Camilla Calicchio. Ayahnya adalah seorang tukang cukur sebelum menjadi pemain biola profesional untuk orkestra Basilika San Marco di Venesia. Vivaldi memiliki tiga saudara perempuan dan dua saudara lelaki. Namun, sangat sedikit informasi yang bisa diketahui tentang masa kecil Vivaldi.

Kemampuan istimewa Vivaldi dalam memainkan biola juga tidak lepas dari ajaran sang ayah. Sebagai murid yang mahir dalam bilang musik, ia mampu memainkan berbagai bermain alat musik, memahami semuanya dengan cepat, dan sangat menyukai gaya musik Baroque.

Melalui ayahnya pula, Vivaldi bertemu dan belajar dari para musisi dan komponis terbaik di Venesia pada saat itu. Penampilan pertama Vivaldi sebagai musisi digelar pada tahun 1696 ketika ia bermain biola bersama ayahnya di basilika.

Tetapi, kesehatannya yang buruk mempersulit Vivaldi dalam banyak hal –termasuk bermain musik. Sejak lahir, Vivaldi termasuk lemah dan sakit-sakitan. Ia menderita penyakit yang disebut 'strettezza di petto' (sesak napas) sepanjang hidupnya.

Selain karena tidak ditangani dengan baik, penyakit ini timbul karena Vivaldi tinggal di kawasan rumah-rumah yang lembab di Venesia sewaktu kecil. Asma parah ini menghambat Vivaldi untuk berbicara, bahkan membuatnya lemah dan pusing ketika berbicara. Hal ini juga membuatnya tidak bisa mempelajari alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup.

Baca Juga: 6 Fakta Kehidupan Christopher Columbus, Sang Penemu Dunia Baru

2. Di balik julukan 'il Prete Rosso' dan awal dari perjalanan karier Vivaldi

Antonio Vivaldi: Pencipta Mahakarya 'Four Seasons' yang Mengidap Asmamusictales.club

Pada usia 15 tahun, Vivaldi mulai belajar untuk menjadi seorang imam. Ia ditahbiskan pada tahun 1703. Karena rambut merah yang diwarisi dari sang ayah, teman-temannya memanggil Vivaldi dengan julukan 'il Prete Rosso' atau Imam Merah. Ayahnya juga dijuluki 'Rossi' yang artinya berambut merah. Jangan tertipu dengan gambar yang menampilkan rambut putih para komposer dunia pada zaman itu –termasuk Vivaldi– karena mereka semua memakai rambut palsu!

Sayang sekali, pilihan hidup Vivaldi sebagai seorang imam hanya berlangsung singkat. Masalah kesehatan yang terus-terusan muncul sangat mempersulit Vivaldi untuk memimpin misa, sehingga mengharuskan dirinya untuk meninggalkan biara –belum lama setelah penahbisannya. Namun, jalan inilah yang akan mengubah hidup Vivaldi di kemudian hari. 

Kecintaannya terhadap bermain biola sekaligus menciptakan musik membuat namanya semakin dikenal. Beberapa tahun kemudian, Antonio Vivaldi dinobatkan sebagai master biola di Ospedale della Pietà di Venesia. Ia menciptakan sebagian besar karyanya di sana selama tiga dekade. Ospedale adalah sebuah institusi di mana anak-anak yatim piatu mendapat pendidikan, di antaranya ilmu ekonomi untuk anak laki-laki dan musik untuk anak perempuan.

Musisi-musisi dan para penyanyi yang berbakat bergabung dengan orkestra yang memainkan komposisi Vivaldi. Di bawah kepemimpinannya, orkestra tersebut mendapat perhatian dari dunia internasional. Hal itu membuat Vivaldi diangkat menjadi direktur musik pada tahun 1716.

3. Kesuksesan Antonio Vivaldi yang membawa pengaruh besar bagi dunia musik Eropa

Antonio Vivaldi: Pencipta Mahakarya 'Four Seasons' yang Mengidap Asmawikimedia.org

Tahun 1720-an adalah puncak karier Vivaldi. Ia tidak hanya berdiam di Venesia, tetapi juga sering bepergian ke tempat-tempat lain. Vivaldi menciptakan musik instrumental bagi para pendengarnya di seluruh Eropa. Para anggota keluarga kerajaan Eropa juga turut menjadi penggemar dan pendukung Vivaldi.

Salah satu karyanya, 'Gloria e Imeneo', ditulis khusus untuk pernikahan Raja Louis XV. Ia juga menjadi musisi favorit dari Kaisar Roma, Charles VI. Bahkan sang kaisar memuji Vivaldi di depan umum dengan menyebutnya seorang ksatria, memberikan medali emas, dan mengundangnya ke Vienna.

Vivaldi sukses dengan pertunjukan opera mahal di Venesia, Mantua, dan Vienna. Selama periode ini pula, Vivaldi menciptakan 'Four Seasons', empat violin concerto yang memberikan ekspresi musikal untuk setiap musim.

Setelah tahun 1729, Vivaldi berhenti menerbitkan karya-karyanya. Ia berpikir bahwa lebih menguntungkan baginya untuk menjualnya dalam bentuk naskah kepada pembeli individu. Selama dekade ini, ia juga menerima banyak komisi dari opera dan memulai kembali kegiatannya sebagai impresario di Venesia dan kota-kota lainnya.

Selama berada di Mantua, Vivaldi berkenalan dengan seorang penyanyi muda, Anna Tessieri Girò, yang menjadi muridnya. Berbagai spekulasi muncul tentang hubungan Vivaldi dan Anna, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan apa pun di luar persahabatan dan kolaborasi profesional. Bahkan, Vivaldi dengan tegas membantah adanya hubungan romantis dengan Anna dalam sepucuk surat kepada temannya, Bentivoglio, pada tanggal 16 November 1737.

4. Ketika hidup Vivaldi berakhir secara ironis, namun bukan di negeri sendiri

Antonio Vivaldi: Pencipta Mahakarya 'Four Seasons' yang Mengidap Asmainmozartsfootsteps.com

Pada 1730-an, karier Vivaldi berangsur-angsur menurun. Salah satu kritik pedas muncul di tahun 1739 yang berasal dari seorang penulis Prancis, Charles de Brosses. Charles mengatakan bahwa ia menyesal telah mendengarkan musik Vivaldi yang ketinggalan zaman. Ya, tampaknya Vivaldi tidak mengembangkan kekhasan musiknya sesuai dengan perubahan zaman yang ada. Vivaldi mulai kehilangan masa kejayaannya.

Walaupun terkenal sebagai komposer dan musisi di awal kehidupan, bukan berarti hidup seseorang berada dalam kekayaan abadi. Antonio Vivaldi tergerus oleh komposer-komposer yang lebih muda dan bergaya lebih modern. Vivaldi berusaha bangkit. Banyak uang dikeluarkannya untuk kembali meraih reputasinya. Setelah bertemu dengan Kaisar Charles VI, Vivaldi pindah ke Vienna, berharap mendapat dukungan dari kerajaan. Namun, sang kaisar meninggal tepat setelah kedatangan Vivaldi, dan harapan tersebut pupus begitu saja.

Pada tahun 1741, Vivaldi jatuh sakit dan tidak dapat bertahan hidup untuk menghadiri produksi opera L'oracolo di Messenia. Akhirnya, pada usia 63 tahun ia wafat dalam kemiskinan dan dimakamkan di kuburan sederhana setelah upacara pemakaman yang berlangsung tanpa alunan musik.

5. Sepatah kata dari Antonio Vivaldi yang masih diingat sampai sekarang

Antonio Vivaldi: Pencipta Mahakarya 'Four Seasons' yang Mengidap AsmaPixabay/6277974

1. "Human feelings are difficult to predict."

Sulit untuk menebak perasaan manusia.

Vivaldi mempelajari berbagai aliran fisafat, khususnya ketika ia memilih hidup sebagai seorang rohaniwan. Meski, pada akhirnya ia harus melupakan keinginan tersebut. Selama menjadi seorang komposer, ia bergaul dengan banyak orang dari berbagai kalangan dan latar belakang.

Ia juga banyak mengamati perasaan manusia sehingga seringkali kita mendengar kedahsyatan lantunan musiknya yang penuh semangat dan kemudian mendayu-dayu. Bagi Vivaldi, perasaan manusia sangat unik dan sulit untuk diselami. Melalui musiknya, Vivaldi mencoba menangkap berbagai nuansa emosi manusia. Ia menuturkan pikiran dan perasaannya yang selalu berubah-ubah, sebagaimana perasaan manusia pada umumnya; sulit ditebak.

2. "There are no words, it's only music there."

Tanpa ucapan, hanya musik yang ada.

Vivaldi bukanlah orang yang pandai berkata-kata. Literatur musik dunia menyebutnya sebagai "A man of few words but with his fantastic music". Vivaldi mengungkapkan keseluruhan perasaan dan jiwanya melalui musik, bukan melalui ungkapan dan ucapannya. Namun, dunia mengakuinya hingga saat ini. Vivaldi masih bertutur melalui musiknya dan semua orang mendengarkannya. 

3. "If you don't like this, I'll stop writing music."

Kalau kamu tidak menyukainya, saya akan berhenti menulis musik

Konteks kalimat ini sesungguhnya merupakan respons dari Vivaldi terhadap kritik pedas dari Charles de Brosses, seorang penulis Prancis dan pencipta musik di tahun 1739. Brosses mengeluhkan bahwa ia kecewa setelah mendengar alunan musik Vivaldi.

Ia menganggap musik Vivaldi tidak sebesar namanya sebagai komponis. Musiknya statis dan tidak mengikuti perubahan zaman. Vivaldi bereaksi keras atas kritik tersebut. Ia kemudian menantang dan bahkan mengancam untuk berhenti mencipta. 

4. "I'm a coward. I succumbed to jealousy and now it eats my heart."

Saya seorang pengecut. Saya menyerah pada perasaan cemburu yang semakin menggerogoti hati saya.

Pada akhir hidupnya, Vivaldi mengakui kelemahan dirinya sebagai manusia biasa. Ingat, Vivaldi memiliki kesehatan fisik yang buruk semasa kecilnya. Ini semua membentuk keseluruhan pribadi Vivaldi yang perasa dan sensitif.

Vivaldi bahkan menjadi pribadi yang sombong, teguh pada sikapnya, keras kepala, dan jarang mau mendengar pendapat orang lain untuk menutupi kelemahannya. Sifat-sifat inilah yang membuat Vivaldi tidak mengembangkan relasinya dengan seorang penyanyi muda bernama Anna Tessieri di akhir masa hidupnya.

Vivaldi juga tidak pernah menikah selama masa hidupnya. Hubungannya tidak berlanjut dengan Anna. Mungkin karena usia yang relatif jauh berbeda, atau karena pilihan hidup Vivaldi sendiri untuk tidak menikah seumur hidup.

Tidak ada yang mengetahuinya. Namun, satu hal yang pasti, Vivaldi merasakan penderitaan hidupnya dan mengakuinya melalui surat pribadinya kepada Bentivoglio, sahabatnya.

Begitulah kisah hidup dari Vivaldi. Semoga, ada pelajaran yang bisa kamu ambil dari pengalaman hidupnya. Ketika kamu dianggap sebagai orang yang berbakat dan mampu, jangan pernah menganggap dirimu yang paling hebat. Ingat, kamu selalu membutuhkan orang lain untuk mendukungmu!

Baca Juga: Kisah Alfred Nobel: Penemu Dinamit, Pendiri Penghargaan Nobel 

Vondra Photo Verified Writer Vondra

She/her.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya