Mary I: Ratu Pertama Inggris yang Hanya Bertahta 5 Tahun

Selama ini, apa filosofi 'Bloody Mary' yang kamu kenal?

Kehidupan seorang wanita yang menjadi ratu pertama di Inggris menjadi lebih tragis dibandingkan kehidupan para leluhur dan penerusnya. Mary Tudor yang malang ditakdirkan seperti saudara-saudara tirinya dan para pendahulu yang pernah berkuasa atas Inggris, lalu wafat dan membawa julukan 'Bloody Mary'.

Mary I, dengan nama lengkap Mary Tudor, dan julukan 'Bloody Mary', lahir 18 Februari 1516 di Greenwich, Inggris dan meninggal 17 November 1558 di London. Mary I adalah ratu pertama yang memerintah Inggris dari tahun 1553–1558. Sayangnya, kekuasaan Mary hanya berlangsung selama lima tahun.

Selama ini, apa filosofi dari ratu pertama Inggris atau yang dikenal sebagai 'Bloody Mary'? Apakah segelas koktail, atau nama hantu dari urban legend? Agar lebih jelas, mari kita mengenali sosok Mary lewat kisah hidupnya!

1. Sejak dulu, ayah Mary hanya menginginkan seorang anak laki-laki

Mary I: Ratu Pertama Inggris yang Hanya Bertahta 5 Tahunrmg.co.uk

Mary adalah putri dari Raja Henry VIII dan seorang putri Spanyol, Catherine dari Aragon. Tiga hari setelah kelahirannya, Mary dibaptis sebagai seorang Katolik. Dia adalah satu-satunya anak dari pasangan yang bertahan hidup dari bayi.

Mary merupakan seorang gadis yang rajin belajar dan cerdas. Ibunya memberikan banyak pendidikan sejak dini. Mary fasih berbahasa Latin, Perancis, Spanyol dan Yunani, serta mahir dalam bermain musik dan tarian. Namun, ayahnya, Henry VIII, sangat menginginkan seorang putra sebagai pewaris dan meminta izin dari kepausan untuk mengakhiri pernikahannya. Ketika Paus Klemens VII menolak untuk mengabulkan permintaan itu, Henry menyatakan dirinya dibebaskan dari wewenang kepausan, dan menegaskan bahwa raja Inggris harus menjadi satu-satunya kepala Gereja.

Kehidupan Mary terganggu oleh pernikahan baru ayahnya dengan Anne Boleyn. Pada 1533, Henry VIII menikahi Anne Boleyn yang melahirkan anak perempuan untuknya, Elizabeth I. Mary dikeluarkan dari rumahnya sendiri dan dipaksa untuk tinggal bersama saudara perempuan tirinya, Elizabeth, yang masih bayi. Pada 1536, ibunya meninggal di Cambridgeshire. Lalu Anne Boleyn dituduh melakukan pengkhianatan dan dieksekusi, dan Mary dipaksa untuk menyangkal otoritas paus dan melegitimasi dirinya sendiri.

Henry menikah empat kali lagi sebelum kematiannya pada tahun 1547. Akhirnya Henry mendapatkan pewaris lelaki yang dinanti-nantikan di masa depan. Edward VI, putra dari istri ketiganya, Jane Seymour. Setelah kematian Henry, urutan resmi penerus takhtanya adalah Edward, diikuti oleh Mary, dan kemudian Elizabeth.

2. Pernikahan Mary I dengan Philip hingga kehamilan palsu terbesar dalam sejarah

Mary I: Ratu Pertama Inggris yang Hanya Bertahta 5 Tahunbritain-magazine.com

Mary naik tahta sebagai ratu Inggris pertama pada tanggal 3 Agustus 1553. Ia berusia 37 tahun. Mary berpikir untuk menikah dan memiliki ahli waris demi mencegah Elizabeth naik tahta. Melalui banyak pertimbangan, Mary menikahi Pangeran Philip dari Spanyol yang merupakan putra dari pamannya (Kaisar Charles V) pada bulan Juli 1554. Keputusan Mary untuk menikahi Philip mengundang banyak kritik dan menjadi topik perdebatan di parlemen. Setelah banyak diskusi, diberlakukan syarat yang membatasi peran Phillip dalam masalah kerajaan.

Hal paling aneh pada masa pemerintahan Mary adalah soal kehamilannya pada tahun 1555. Pada tanggal 30 April, berita bahwa Mary I telah melahirkan seorang putra yang sehat tersebar di seluruh negeri. Namun, realitasnya tidak ada anak laki-laki, dan harapan tentang penerus tahta itu kandas. Pernikahan mereka berakhir tanpa keturunan dan Philip memilih untuk meninggalkan Mary. Philip menghabiskan sebagian besar waktunya di Benua Eropa, jauh dari Inggris.

Selanjutnya, Inggris tidak memperoleh bagian dalam monopoli Spanyol dalam perdagangan Dunia Baru. Aliansi dengan Spanyol secara langsung mengakibatkan Inggris diseret ke perang militer dengan Perancis.

Pada 1558, ketidakpuasan di antara orang-orang Inggris meningkat ketika Calais, satu-satunya daerah milik Inggris yang tersisa di daratan Eropa diambil alih oleh pasukan Perancis. Konflik tersebut menjadi pukulan besar bagi reputasi Mary.

Baca Juga: Elizabeth I: Wanita Penguasa Monarki Terkuat dalam Sejarah Inggris

3. Kisah di balik julukan 'Ratu Berdarah' atau 'Bloody Mary' yang mengerikan

Mary I: Ratu Pertama Inggris yang Hanya Bertahta 5 Tahunthefamouspeople.com

Setelah penobatannya, Mary melakukan sejumlah reformasi. Ia mengesahkan pernikahan orang tuanya dan menghapuskan hukum agama dari Raja Edward VI, adik tirinya. Di bawah pemerintahan Mary pula, Inggris kembali memeluk agama Katolik. Mary menghidupkan sebuah undang-undang yang ketat, dan membuat orang-orang yang beragama Protestan dieksekusi dengan dibakar atau diasingkan. Protestan akhirnya dinobatkan sebagai bid'ah.

Hampir 300 penganut Protestan dibakar di tiang pancang. Di antara mereka, yang terbunuh adalah Thomas Cranmer, uskup agung Canterbury, penasihat raja-raja Henry VIII dan Edward VI. Cranmer telah menyatakan bahwa pernikahan orang tua Mary melanggar hukum sehingga Henry dapat menikahi Anne Boleyn. Dan selama masa pemerintahan Edward, sang uskup agung mempromosikan Protestan. Peristiwa berdarah itu membuat dirinya dijuluki 'Bloody Mary'.

Pada Januari tahun 1554, Mary menghadapi pemberontakan Protestan yang dipimpin oleh Thomas Wyatt, seorang pemilik tanah. Wyatt kemudian dieksekusi di Tower Hill. Mary juga memenjarakan adik tirinya, Elizabeth, di Tower of London. Elizabeth dicurigai atas keterlibatannya dalam pemberontakan tersebut. Tidak lama kemudian, Elizabeth dibebaskan menjadi tahanan rumah.

Tujuan Mary selama ini berakhir gagal karena penggantinya, Ratu Elizabeth I, mengembalikan Inggris ke Protestan.

4. Kematian yang tragis menjadi tanda bahwa kekuasaan Mary I sudah berakhir

Mary I: Ratu Pertama Inggris yang Hanya Bertahta 5 Tahunhistoryhit.com

Mary Tudor yang pada waktu itu usianya 42 tahun, dilanda kesedihan dan hidup tanpa keturunan, menghembuskan napas terakhirnya di Istana St. James di London pada 17 November 1558 karena kanker ovarium. Pemerintahan yang hanya bertahan selama lima tahun itu berakhir. Mary akhirnya dimakamkan di Westminster Abbey.

Saudara tirinya, Elizabeth I, menggantikan Mary pada tahun 1559. Era Elizabethan terkenal dengan berbagai macam penemuan oleh penjelajah seperti Francis Drake dan William Raleigh, kekalahan Armada Spanyol, disertai perkembangan seni yang ditandai oleh sejumlah karya Shakespeare selama periode itu. Setelah kematian Elizabeth I pada 1603, Elizabeth juga dimakamkan di samping Mary.

5. Kata-kata yang pernah diucapkan Mary I ketika menempati takhta Inggris

Mary I: Ratu Pertama Inggris yang Hanya Bertahta 5 Tahunpixabay.com

Sesungguhnya, agak sulit untuk menemukan kalimat-kalimat yang bermakna dan dapat dikutip selama kehidupan Mary I. Semua ini akibat masa pemerintahannya yang singkat dan sifatnya yang cenderung tertutup. Namun, dari berbagai literatur yang ada, ternyata dapat ditemukan 3 ucapan dari Mary I yang sampai hari ini selalu dikenang.

1. "When I am dead and opened, you shall find Calais lying in my heart."

Ketika saya mati dan tubuh saya terbuka, kamu akan menemukan Calais terbaring di hati saya.

Calais sesunggunya merupakan sebuah kota pelabuhan yang sangat bermakna bagi Inggris. Kota Calais merupakan pintu gerbang perdagangan bagi semua komoditas berharga di masa itu, misalnya wol, kain, perak, emas, dan sebagainya.

Inggris menguasai Calais sejak masa pemerintahan Raja Edward III yang merebut kota itu dari Perancis pada tahun 1347. Begitu berpengaruhnya Calais, sehingga sering diibaratkan sebagai "Satu Permata Di Atas Mahkota Inggris".

Tetapi, Prancis kembali merebut Calais dari tangan Inggris di tahun 1558, tahun di mana Mary I berkuasa sebagai Ratu Inggris. Kehilangan Calais merupakan pukulan yang sangat berat bagi Mary I sehingga ia menyampaikan kalimat tersebut.

2. "Her majesty, being now in possession of her imperial crown and estate pertaining to it, cannot forsake that faith that the whole world knows her to have followed and practiced since her birth; she desires, rather, by God's grace, to preserve it till her death; and she desires greatly that her subjects may come to embrace the same faith quietly and with charity, whereby she shall receive great happiness."

Konteks kalimat ini sesungguhnya muncul karena pertikaian antara agama Protestan dan Katolik.

Sebagai seorang Katolik yang taat, Ratu Mary I berupaya untuk mengembalikan kejayaan agama Katolik di Inggris dan ini yang kemudian mendapatkan tentangan dari para kaum agamawan dan birokrat pada masa itu. Tidak heran jika masa pemerintahan Mary I sangat singkat.

3. "And I say to you, on the word of a Prince, I cannot tell how naturally the mother loveth the child, for I was never the mother of any; but certainly, if a Prince and Governor may as naturally and earnestly love her subjects as the mother doth love the child, then assure yourselves that I, being your lady and mistress, do as earnestly and tenderly love and favour you. And I, thus loving you, cannot but think that ye as heartily and faithfully love me."

Kalimat di atas disampaikan oleh Mary I untuk merebut hati rakyatnya setelah ia menjadi penguasa Inggris.

Mary I berkuasa atas Inggris dengan cara yang penuh dengan kekerasan. Ia menguasai Inggris dengan cara membunuh orang-orang Protestan yang berpengaruh dan berkuasa pada masa itu.

Ucapan Mary bertujuan untuk menggambarkan kecintaannya terhadap Inggris. Sang ratu harus menunjukkan seluruh komitmennya untuk mencapai kejayaan Inggris, sekalipun harus mengorbankan orang-orang yang menjadi penghalang.

Nah, itu dia beberapa fakta Ratu pertama Inggris yang dijuluki Bloody Mary yang hanya bertahta selama 5 tahun.

Baca Juga: Ternyata Ini yang Dilakukan Anggota Kerajaan Inggris Setiap Harinya

Vondra Photo Verified Writer Vondra

She/her.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya