Unik dan Langka, Ini 5 Fakta Sains tentang Mamalia Bertelur
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Secara umum, mamalia atau organisme yang memiliki kelenjar susu akan berkembang biak dengan cara melahirkan. Mamalia sendiri diambil dari kata Latin mamma yang artinya menyusui. Nah, uniknya, dunia fauna ternyata memiliki begitu banyak percabangan evolusi yang mengakibatkan munculnya spesies langka, yakni mamalia bertelur atau monotremata.
Bagaimana bisa mamalia itu bertelur? Apakah proses menyusui mereka sama dengan mamalia pada umumnya? Well, kalau penasaran dengan jawaban ilmiahnya, kamu bisa baca artikel berikut ini. Yuk, disimak!
1. Penyebab mamalia dapat bertelur
Kenapa, sih, beberapa jenis mamalia bisa bertelur? Kok mereka gak melahirkan layaknya mamalia lainnya? Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, dibutuhkan studi dan kajian mendalam di bidang biologi dan evolusi. Dilansir dalam ZME Science, sebagian kecil mamalia dapat bertelur karena adanya penyimpangan genetik pada 145 juta tahun lalu.
Para ahli berpendapat bahwa cikal bakal mamalia bertelur sudah ada sejak 166 juta tahun lalu. Akibat seleksi alam dan perubahan evolusioner, percabangan antarspesies makin tak terbendung dan menyebabkan beberapa kemungkinan langka. Ya, kemungkinan tersebut rupanya mengubah sistem reproduksi sebagian marsupial (hewan berkantong) dan mamalia plasental.
Penyimpangan genetik ini juga menyebabkan nenek moyang dari monotremata (mamalia bertelur) dapat menyusui anak-anaknya meskipun mereka bertelur. Awalnya, di zaman purba, beberapa kelompok mamalia mulai menghasilkan kelenjar susu melalui pori-pori kulit mereka, dan sebagian yang lain mengembangkan puting susu. Perubahan evolusioner ini terus terjadi selama ratusan juta tahun hingga membentuk monotremata modern.
2. Tidak menyusui melalui puting susu
Berdasarkan alur evolusinya, mamalia bertelur diklasifikasikan ke dalam kelompok monotremata. Nah, dicatat dalam Australian Museum, kelompok monotremata sebetulnya tidak memiliki puting susu. Mereka dapat menyusui anak-anaknya melalui pori-pori di kulit perut yang menyerupai tonjolan puting pada mamalia lainnya.
Di saat mamalia lain mengembangkan kelenjar susu dan membentuk puting susu secara kompleks, kelompok monotremata justru tidak melakukannya. Evolusi primitif dan adaptasi mereka berkembang tidak cukup ketat untuk membentuk beberapa pasang puting susu. Itu sebabnya, organisme yang termasuk dalam golongan ini dianggap menghasilkan susu lewat pori-pori kulit mereka.
Baca Juga: 10 Potret Hewan Mamalia dengan Otak yang Unik, Menakjubkan!
3. Ragam spesies yang sangat langka
Editor’s picks
Kelompok spesies yang tergabung dalam monotremata atau mamalia bertelur memang terhitung sangat sedikit. Mereka yang masih ada di zaman modern ini adalah platipus dan ekidna, di mana ekidna dibagi lagi ke dalam beberapa kelompok subspesies lokal. Kelangkaan ragam spesies yang ada bisa disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, faktor seleksi alam yang sudah membuat sebagian besar keluarga monotremata punah di masa lalu. Kedua, sistem reproduksi mereka yang memang terbilang jarang dan sama sekali berbeda dengan hewan petelur lainnya. Lalu, ketiga, faktor alam dan persaingan antarpredator yang membuat populasi mereka makin sedikit setiap tahunnya.
4. Mereka beracun
Platipus dan ekidna adalah spesies monotremata yang memiliki kandungan racun di dalam tubuhnya. Hal ini makin menambah keunikan dari mamalia bertelur. Satu-satunya primata beracun yang dicatat dalam spesies biologi adalah kukang. Yup, gigitan dari kukang dapat menyebabkan korbannya kejang dan kesulitan bernapas akibat racun yang disuntikkan. Namun, seperti yang sudah diketahui, kukang adalah mamalia yang berkembang biak dengan cara melahirkan atau beranak.
Nah, berdasarkan jurnal yang dirilis oleh MDPI pada 2014, dinyatakan bahwa organisme yang tergabung dalam monotremata (platipus dan ekidna) sudah mengembangkan kelenjar racun di tungkai belakang sejak zaman purba. Racun yang diproduksi dalam tubuh akan melindungi diri mereka dari ancaman pemangsa potensial di zaman itu, termasuk predator dari spesies dinosaurus.
5. Mereka juga memiliki sensor listrik
Baik ekidna maupun platipus dapat menghasilkan listrik dalam jumlah tertentu di moncong mereka. Mereka melakukannya untuk berbagai macam tujuan. Namun, sebagian besarnya dilakukan untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Ekidna sangat menyukai rayap, cacing tanah, semut, dan beberapa jenis serangga kecil.
Selain itu, ekidna membutuhkan listrik untuk menentukan arah di saat mereka berada di dalam tanah atau lumpur. Pada platipus, listrik di ujung moncongnya pun bisa berguna buat keperluan navigasi dan mendeteksi mangsa yang berukuran kecil. Itu sebabnya, platipus dan ekidna tergolong jago jika harus mencari makanan di dalam lumpur.
Nah, bagaimana pembahasan kita tentang mamalia bertelur kali ini? Sudah tahu, kan, kenapa mereka bisa bertelur sekaligus menyusui? So, menurutmu, hewan unik apa lagi yang bisa dibahas di waktu yang akan datang?
Baca Juga: 5 Fakta Menarik dari Wisent, Mamalia Terbesar di Eropa
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.