5 Anggapan Salah dalam Sains yang Terlanjur Dianggap Benar, Apa Saja?

Pengaruh mitos bisa lebih kuat dibandingkan kebenarannya

Meskipun selalu berpegang pada riset dan logika (rasionalitas), bukan berarti sains bisa luput dari anggapan salah atau mitos yang terlanjur dipercaya oleh banyak orang. Fatalnya lagi, anggapan-anggapan subjektif tersebut justru menjadi hal yang dipercaya sebagai kebenaran sains itu sendiri.

Ada beberapa penyebab mengapa anggapan salah tersebut bisa muncul dalam dunia sains:

  • Kepercayaan terhadap konsep atau teori sains kuno yang sudah tidak berlaku. Biasanya, anggapan seperti ini muncul karena orang malas melakukan riset dan mengambil konsep sains kedaluwarsa tersebut.
  • Lebih percaya pada pseudosains atau ilmu semu atau saat ada banyak orang lebih menyukai hal-hal yang bersinggungan dengan takhayul atau teori konspirasi.
  • Salah dalam mengartikan dan menafsirkan jurnal sains yang ditulis oleh ilmuwan atau akademisi. Biasanya, hal ini dapat terjadi karena keterbatasan pemahaman orang awam terhadap istilah-istilah sains yang memang terdengar rumit.

Nah, kira-kira anggapan salah apa saja yang sudah terlanjur dipercaya oleh banyak orang di dalam dunia sains, ya? Yuk, disimak supaya kamu gak ikut-ikutan salah dalam memahami sains.

1. Lidah memiliki zona yang terbagi untuk mengecap rasa yang berbeda

5 Anggapan Salah dalam Sains yang Terlanjur Dianggap Benar, Apa Saja?estrella90.com

Saat masih duduk di bangku SMP, kamu pasti pernah mendengar guru biologi menjelaskan tentang bagian-bagian lidah yang dapat mengecap berbagai macam rasa yang berbeda. Namun, jika kamu melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi di bidang sains biomolekuler, kedokteran, dan lain sebagainya, kamu akan tahu bahwa anggapan guru biologi di SMP ternyata kurang tepat.

Benarkah lidah terbagi-bagi menjadi beberapa zona pengecap rasa? Tidak, cara kerja lidah kita ternyata bukan seperti itu. Sebuah studi dan penelitian yang dicatat dalam Monell Chemical Senses Center, disimpulkan bahwa lidah ternyata tidak memiliki wilayah berbeda untuk mengecap rasa yang berbeda. Studi dan jurnal sains ini diterbitkan pada 2016 oleh Brian Lewandowski Ph.D, ahli saraf dan ilmuwan dari University City Science Center, Philadephia.

Penelitian yang juga ditulis dalam laman sains Brain Facts tersebut membuktikan bahwa teori sains kuno mengenai lidah sudah tidak berlaku lagi. Lantas, mengapa ada anggapan salah mengenai zona-zona pada lidah tersebut? Hal ini berasal dari sebuah makalah dari seorang peneliti di Jerman bernama David Hanig pada 1901 lalu. Nah, makalah dengan bahasa rumit tersebut disebarluaskan oleh jurnalis yang tidak paham tentang sains.

David Hanig mengukur respons atau kekuatan lidah dalam mengecap berbagai macam rasa. Hasilnya, ia menyimpulkan bahwa respons lidah bisa sedikit berbeda tergantung di bagian lidah mana rasa tersebut diletakkan. Hanig juga menyimpulkan gagasannya tersebut melalui grafik yang pada saat orang awam membacanya, akan ada kesalahpahaman besar di sana.

Ya, grafik buatan David Hanig tersebut akan terbaca sebagai grafik yang cenderung bersifat artistik dan seolah-olah menyimpulkan bahwa area lidah tertentu bertanggung jawab untuk rasa tertentu pula. Anggapan salah ini terjadi karena banyak orang awam yang tidak paham tentang apa yang dituliskan David Hanig secara keseluruhan. Sayangnya, hal tersebut masih dipercaya hingga saat ini.

2. Minum antibiotik saat terserang flu

5 Anggapan Salah dalam Sains yang Terlanjur Dianggap Benar, Apa Saja?harvard.edu

Oke, jelas saja anggapan ini salah. Kamu harus tahu bahwa flu atau influenza disebabkan oleh virus dari famili Orthomyxoviridae. Sedangkan, obat-obatan antibiotik adalah jenis obat yang menghancurkan atau menghambat perkembangan bakteri. Biasanya, antibiotik digunakan untuk mengatasi dan mengobati infeksi akibat serangan bakteri.

Apa kamu masih bingung membedakan antara virus dan bakteri? Ada perbedaan mendasar di antara keduanya. Menurut laman sains Virology, virus bukan termasuk makhluk hidup. Virus membutuhkan inang yang sehat untuk dapat melipatgandakan dirinya dan biasanya akan bersarang dalam sel tubuh orang sehat.

Sedangkan, bakteri diklasifikasikan sebagai makhluk hidup yang bisa bersifat jahat karena menyerang sel tubuh dari luar. Nah, di sini terlihat bahwa virus hanya dapat aktif jika ia masuk dalam sel tubuh inang yang sehat. Di sisi lain, bakteri yang merupakan makhluk hidup dapat aktif dan berkembang biak di luar sel tubuh organisme.

Laman kesehatan Healthy Me Pennsylvania menjelaskan bahwa pemberian antibiotik pada penyakit yang diakibatkan oleh virus, misalnya flu, adalah cara yang tidak tepat. Malah, dengan pemberian antibiotik pada virus, dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai macam efek samping yang tidak perlu.

So, jangan sembarangan minum obat, ya. Konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan mengenai penyakit dan obat-obatan yang akan kamu konsumsi. Ingat, antibiotik bukan obat untuk mengobati penyakit akibat virus.

Baca Juga: Kebetulan atau Keajaiban? Ini 5 Peristiwa Sains yang Penuh Misteri

3. Golongan darah memengaruhi kepribadian atau karakter seseorang

5 Anggapan Salah dalam Sains yang Terlanjur Dianggap Benar, Apa Saja?nhlbi.nih.gov

Kalau dilihat dari judulnya saja sih sepertinya memang mengarah kepada pseudosains. Golongan darah manusia memang terbagi menjadi beberapa golongan utama, yakni A, B, AB, dan O. Nah, dari empat golongan utama tersebut, masih dibagi lagi menjadi beberapa klasifikasi khusus, yakni resus positif dan negatif.

Uniknya, ada anggapan ambigu yang menyatakan bahwa karakter dan kepribadian seseorang bisa diketahui melalui golongan darahnya. Apakah memang benar bisa begitu? Menurut informasi yang didapatkan dari National Health Service, Inggris, golongan darah manusia diklasifikasikan karena adanya perbedaan mendasar dalam tubuh biologis manusia itu sendiri.

Misalnya, pembagian golongan darah yang diidentifikasi oleh antibodi dan antigen dalam setiap sel darah manusia. Ini bertujuan agar seseorang yang membutuhkan transfusi darah bisa mendapatkan asupan darah baru secara benar sesuai dengan golongan darahnya. Dalam hal ini, tidak ada penelitian valid yang dapat membuktikan bahwa golongan darah dapat memengaruhi karakter seseorang.

Begitu juga dalam bidang psikologi, perilaku dan kepribadian seseorang ternyata didasarkan pada hal kompleks seperti emosi, motivasi, pola pikir, dan lingkungan. Jurnal psikologi yang diterbitkan dalam laman Lumen Learning menjelaskan bahwa karakter dan perilaku seseorang memang sangat bervariasi dan hal ini erat kaitannya dengan faktor psikologis, bukan golongan darah.

Jadi, anggapan mengenai golongan darah yang dapat memengaruhi kepribadian seseorang rupanya anggapan yang keliru. Mungkin anggapan ini bisa dipercaya karena konsepnya mirip dengan kepribadian seseorang berdasarkan tanggal lahir atau zodiak. Tentu saja hal ini sudah masuk pada ranah pseudosains alias ilmu semu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

4. Evolusi itu tidak ada. Buktinya, semua makhluk hidup gak ada yang berubah

5 Anggapan Salah dalam Sains yang Terlanjur Dianggap Benar, Apa Saja?mrsmorrittscience.weebly.com

Tidak jarang ada anggapan ngawur yang menyerang evolusi dan menyatakan bahwa evolusi itu tidak ada. Padahal, bukti-bukti di lapangan sudah begitu banyak dan terang benderang menyatakan bahwa evolusi memang terjadi di alam. Adanya banyak spesies (spesiasi) dari semua organisme yang ada di Bumi merupakan bukti evolusi.

Bahkan, terdapat bukti resistensi bakteri terhadap antibiotik. Itu juga bukti mengenai evolusi. Anggapan keliru mengenai evolusi sering terjadi karena ada banyak orang menganggap bahwa evolusi seharusnya terjadi secara langsung dan tiba-tiba. Padahal, alam tidak bekerja seperti itu. Dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk menghasilkan spesies dan subspesies baru, bisa jutaan hingga miliaran tahun.

Nature dalam lamannya menjelaskan bahwa evolusi bukan hanya terlihat oleh apa yang tampak oleh mata, namun juga pada tingkatan yang jauh lebih kecil yakni DNA dan genetik. Secara tidak langsung, alam sedang berevolusi, bahkan manusia sedang berevolusi, namun ada banyak dari kita yang tidak menyadarinya.

Oh ya, faktor geografis juga sangat berpengaruh pada perubahan genetik dan DNA (frekuensi alel) dalam rentang waktu yang sangat lama. Misalnya, perbedaan beruang kutub dengan beruang tropis. Mereka memiliki alur DNA nenek moyang yang sama, namun mereka menjadi subspesies yang berbeda karena faktor lingkungan dan adaptasi ketat.

Jadi, tidak begitu sulit kok dalam memahami evolusi. Dengan melihat banyaknya jenis spesies dan subspesies di alam, kamu sudah akan tahu bahwa evolusi memang tengah terjadi tanpa disadari.

5. Manusia baru memakai sebagian kecil kapasitas otaknya

5 Anggapan Salah dalam Sains yang Terlanjur Dianggap Benar, Apa Saja?undark.org

Ada anggapan yang menyatakan bahwa manusia baru memakai 5 hingga 10 persen kapasitas otaknya. Bahkan, pendapat yang lebih ekstrem menyatakan bahwa manusia baru menggunakan 1 persen dari kapasitas otaknya. Namun, benarkah demikian? Barry Gordon, ahli saraf dari Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat, menyatakan bahwa gagasan penggunaan 10 persen pada otak adalah mitos.

Tidak diketahui dari mana mitos dan legenda ini berasal. Bahkan, anggapan keliru mengenai penggunaan sebagian kecil kapasitas otak manusia sudah dianggap sebagai pembenaran yang subjektif. Dalam Scientific American, Barry Gordon juga mengatakan bahwa kemungkinan anggapan keliru tersebut muncul karena ada banyak orang yang menilai kurang akan kemampuan dirinya sendiri.

Mungkin orang-orang tersebut telah menilai bahwa dirinya banyak kekurangan dan itu menjadi sebuah pembenaran bahwa ia hanya memakai kapasitas otaknya sebanyak 10 persen. Jadi, bagian otak mana saja yang selama ini kita gunakan? Ternyata, selama hidup, kita menggunakan semua bagian otak kita atau setidaknya sebagian besar otak.

Bagaimana mungkin manusia hanya menggunakan 10 persen otaknya saja? Padahal, fungsi dan sistem kerja saraf pada otak adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Bahkan, studi dan penelitian yang melibatkan teknologi pencitraan canggih membuktikan bahwa manusia menggunakan otaknya 100 persen setiap harinya.

Meskipun beberapa bagian otak tidak bekerja secara bersamaan, semua organ dan sel yang ada di otak bekerja secara penuh dan manusia sudah menggunakannya secara total. Jika seseorang hanya menggunakan 10 persen kapasitas otaknya, ia hanya bisa terbaring lemah di ranjang dan tidak dapat melakukan apa-apa.

Nah, bagaimana? Sudah tahu tentang kebenaran yang selama ini "tersembunyi", kan? Semoga kamu gak ikut-ikutan salah dalam memahami sains, ya!

Baca Juga: Subjektif dalam Rasionalitas, Ini 5 Gagasan Penentang Teori Sains

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya