Game dan Psikologis ternyata Berkaitan, Ini 5 Fakta Ilmiahnya

Dari adiktif sampai perbuatan kriminal

Menurut data dari laman Statista, jumlah gamer di seluruh dunia pada 2021 mencapai 3,2 miliar orang dan mayoritasnya ada di Asia dengan jumlah pemain sebanyak 1,4 miliar. Tentu ini menjadi salah gambaran betapa masifnya industri gaming dari hulu ke hilir yang melibatkan banyak orang.

Dengan keberadaan dunia gaming yang begitu berkembang pesat, hal tersebut jelas akan membawa pengaruh bagi gamer, baik itu mengarah ke hal-hal positif atau malah sebaliknya. Nah, faktanya, game dan psikologis itu sangat berkaitan. Kita akan membahas sejauh mana sebuah game dapat memengaruhi kejiwaan seseorang.

Bukan hanya itu, kita juga akan melihat betapa sebuah game dapat memicu lonjakan gelombang di otak yang ternyata bisa memengaruhi tindakan nyata seseorang. So, simak artikel terkait fakta ilmiah game ini sampai tuntas, ya!

1. Game bagus untuk kesehatan mental

Game dan Psikologis ternyata Berkaitan, Ini 5 Fakta Ilmiahnyailustrasi memainkan game dengan stik konsol (pixabay.com/Superanton)

Kita berangkat dari sisi positifnya terlebih dahulu. Yup, game digital memang dapat membuat kesehatan mentalmu tetap terjaga dengan baik. Berdasarkan laporan dalam laman Verywell Mind, sebuah studi dari Science Foundation Ireland Research Center for Software menemukan bukti bahwa game digital dapat meringankan depresi dan kecemasan.

Bahkan, di beberapa kasus, game digital yang dimainkan pada porsi tepat dapat membantu penyembuhan gangguan mental tertentu. Tentu ini masih membutuhkan studi dan riset yang lebih mendalam. Namun, ini jelas berita bagus bagi kamu yang suka memainkan game digital karena kesehatan mentalmu akan terjaga dengan baik.

2. Namun, game juga dapat meningkatkan perilaku adiktif

Game dan Psikologis ternyata Berkaitan, Ini 5 Fakta Ilmiahnyailustrasi bermain game sampai lupa waktu (pixabay.com/Christiana T)

Meskipun game dapat mengurangi risiko depresi dan kecemasan, di sisi lain ada dampak yang tak biasa bisa dirasakan gamer. Ternyata, game sangat berkorelasi dengan perilaku adiktif yang bisa menjangkiti gamer. Mayo Clinic Health System dalam lamannya mencatat bahwa gaming berkaitan dengan rasa candu manusia pada tatapan layar monitor.

Kecanduan memainkan game bisa bersifat mirip dengan adiksi lain yang merangsang otak seseorang untuk terus melakukan hal sama setiap harinya. Menurut ahli, ini bisa terjadi karena otak kita bereaksi dengan input sensoris yang membuat seolah-olah kita mengalami hal nyata di dalam game. Itu sebabnya, gamer bisa merasa gembira, stres, gemas, sedih, dan tertekan ketika memainkan game tertentu.

Baca Juga: 10 Game Terbaik di Xbox Game Pass, Bisa Cloud Gaming!

3. Ada beberapa game yang dianggap sangat berkorelasi langsung dengan psikologis gamer

Game dan Psikologis ternyata Berkaitan, Ini 5 Fakta Ilmiahnyailustrasi bermain game PC (pixabay.com/11333328)

Apakah ada game yang dibuat khusus untuk mengaduk sisi emosional dan mental kita? Jawabnya ada. Beberapa judul game yang pernah dirilis bisa saja membuat seseorang tak kuat memainkannya. Bahkan, bagi beberapa orang, game bertema psikologis memang kurang nyaman untuk dimainkan.

Hellblade: Senua's Sacrifice, Detention, Silent Hill, Outlast, Soma, Observer, dan Alan Wake mungkin sudah menjadi sederet game keren yang ternyata memiliki kandungan cerita yang akan mengaduk mental seseorang. Namun, hal ini pun juga perlu dilakukan studi klinis yang lebih mendalam untuk membuktikan keterkaitannya secara langsung.

4. Aksi kriminal yang terinspirasi oleh game

Game dan Psikologis ternyata Berkaitan, Ini 5 Fakta IlmiahnyaGrand Theft Auto V (dok. Rockstar Games/Grand Theft Auto V)

Kamu pasti pernah mendengar berita menghebohkan tentang aksi kriminal yang ternyata terinspirasi oleh game digital. Dalam lamannya, The Gamer menyebutkan bahwa banyak judul game, macam Grand Theft Auto, Halo 3, Call of Duty, Doom, World of Warcraft, Manhunt, dan Prius Online, merupakan sederet game yang pernah menginspirasi gamer untuk berbuat kriminal di dunia nyata.

Banyaknya kasus-kasus tersebut membuktikan bahwa game digital sanggup memanipulasi psikologis seseorang dan akhirnya berdampak fatal. Satu lagi, kefanatikan buta terhadap game, karakter, dan mekanisme permainan juga menjadi penyebab yang membuat gamer makin adiktif dan berperilaku seolah-olah ia berada di dalam game tersebut.

5. Bermain game yang sehat menurut pandangan medis

Game dan Psikologis ternyata Berkaitan, Ini 5 Fakta Ilmiahnyailustrasi mouse gaming (pixabay.com/Matthias Haltenhof)

Lalu, bagaimana agar game digital menjadi sarana menyehatkan buat tubuh dan mental kita? Jawabannya ada di cara dan bagaimana kita menghabiskan waktu untuk bermain. Laman Brain & Life memberikan gambaran bagaimana sebaiknya kita bermain game secara sehat dan tidak menyebabkan perilaku adiktif.

Beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk bermain game secara sehat:

  1. Batasi waktu dalam bermain game. Bermain game maksimal 2 jam kala akhir pekan akan mereduksi stres dan meningkatkan rasa gembira secara alami.
  2. Cara tepat dalam memainkan game juga perlu dilakukan. Bagi orangtua, berikan game pada anak sebagai hadiah dan batasi permainan mereka. Menurut Wendy Ross MD, dokter anak dari Jefferson Health, game digital bagus buat anak-anak yang sulit memusatkan perhatian (ADHD).
  3. Pilih judul game secara bijak dan sesuaikan dengan batasan usia.
  4. Jangan korbankan waktu tidurmu hanya untuk memainkan game, apalagi jenis RPG yang sangat menguras waktu.
  5. Gunakan game hanya sebatas hiburan untuk meminimalkan stres, depresi, dan tekanan akibat pekerjaan.

Nah, dalam artikel kali ini, kamu sudah mengetahui kenapa game dapat berkorelasi langsung dengan kerja otak seseorang. Hal tersebut dapat memicu gelombang perasaan tertentu yang dipengaruhi oleh psikologis atau mental dari gamer. Jadi, bermainlah game dengan bijak dan jangan sampai lupa waktu, ya!

Baca Juga: Fakta Unik Game Anyar The Return of Condor Heroes, Game Lokal Seru!

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya