Tidak Selalu Kontroversial, Ini 5 Fakta Kloning dalam Dunia Sains

Apa sebenarnya kloning itu?

Salah satu perkembangan dalam dunia sains yang sulit untuk dibantah adalah berkembangnya proses kloning. Saat ini, ilmuwan di dunia sudah bisa melakukan kloning hewan untuk tujuan penelitian. Bahkan, tingkat keberhasilannya nyaris sempurna karena hewan-hewan hasil kloning tersebut dapat tumbuh sehat dan normal.

Sebetulnya, apa sih yang dimaksud dengan kloning itu? Bagaimana dampaknya terhadap ilmu pengetahuan? Yuk, kita sama-sama belajar sains hari ini.

1. Pengertian kloning

Tidak Selalu Kontroversial, Ini 5 Fakta Kloning dalam Dunia Sainslivemint.com

Secara harfiah, kloning atau cloning dapat diartikan sebagai proses duplikasi organisme. Namun, dalam proses duplikasi tersebut, ada langkah-langkah rumit yang harus dilakukan oleh para ilmuwan. Live Science mencatat bahwa kloning melibatkan pengambilan informasi genetik dari organisme tertentu dan membuat salinan identiknya.

Menurut National Human Genome Research Institute, setidaknya ada tiga jenis kloning yang dapat dilakukan oleh ilmuwan sains:

  • Kloning gen atau kloning DNA, yakni proses membuat salinan gen atau segmen DNA. Dengan kata lain, DNA dan genetik organisme tertentu bisa diduplikasi dan menghasilkan salinan yang sama persis dengan aslinya.
  • Kloning reproduksi, yakni proses duplikasi dari organisme hewan secara keseluruhan.
  • Kloning terapi, yakni sebuah proses kloning yang dapat menciptakan sel-sel induk embrio. Proses ini dilakukan untuk menciptakan jaringan yang dapat memperbaiki sel-sel yang telah rusak.

Ketiga jenis kloning tersebut merupakan tahapan minimal yang biasanya dilakukan untuk dapat menghasilkan salinan yang mendekati sempurna layaknya organisme asli. Tentu saja dibutuhkan bidang keilmuan mendalam dari para ilmuwan untuk bisa melakukan proses kloning dengan baik dan tidak cacat.

2. Sejarah awal mula kloning

Tidak Selalu Kontroversial, Ini 5 Fakta Kloning dalam Dunia Sainseuropa.eu

Seperti ditulis dalam BBC Future, proses kloning pada hewan sudah berhasil dilakukan pada era 1950-an, tepatnya pada 1952. Kala itu, organisme yang berhasil dikloning oleh para ilmuwan adalah kecebong. Proses kloning yang dilakukan ilmuwan bernama Robert Briggs dan Thomas King ini membawa pada penggabungan sel dan komponen katak secara bersamaan yang berkembang menjadi zigot.

Namun, proses penggabungan sel tersebut bukan melalui reproduksi alami layaknya penggabungan sel sperma dengan sel telur, melainkan para ilmuwan menggabungkan sel-sel tersebut melalui teknologi teknik transfer nuklir. Teknik ini dapat menghilangkan beberapa inti sel dalam katak. Dengan begitu, ilmuwan bisa melakukan transfer sel embrio ke dalam sel katak lainnya yang telah dimodifikasi.

Hasilnya adalah kecebong atau larva katak yang memiliki urutan DNA yang mirip dengan aslinya. Sayangnya, proses kloning ini hanya dapat dilakukan pada tingkat embrio. Baru pada 1958, dikembangkan sistem kloning yang melibatkan sel-sel organisme dewasa.

Hingga akhirnya, pada 1963, kloning ikan untuk pertama kali berhasil dilakukan. Perkembangan sains terus berkembang dan membuka jalan lebar bagi kloning dan studi-studinya.

Pada tahun-tahun berikutnya, tepatnya pada era 1970-an, kloning pada hewan mamalia sudah mulai diuji coba dan hasilnya sukses. Mulai dari tikus, sapi, dan domba, semuanya pernah dikloning untuk tujuan penelitian dan untuk menghasilkan salinan-salinan hewan ternak yang berkualitas (minim penyakit).

Baca Juga: 7 Pasang Istilah Sains yang Sering Dikira Sama, padahal Beda! 

3. Kloning manusia yang menjadi kontroversi dalam dunia sains

Tidak Selalu Kontroversial, Ini 5 Fakta Kloning dalam Dunia SainsUnsplash/This is Engineering

Kloning pada hewan atau tanaman mungkin tidak akan menjadi masalah besar, namun bagaimana jika kloning dilakukan pada manusia? Tentunya, hal ini akan mengundang pro dan kontra di tengah publik dunia, bahkan di kalangan ilmuwan itu sendiri. Lagi pula, ada berbagai macam risiko yang mungkin bisa ditimbulkan akibat kloning manusia, seperti ditulis dalam laman Genetics and Society.

Beberapa risiko tersebut di antaranya risiko medis, seperti penyakit dan cacat. Ada juga risiko sosial yang mengundang pro dan kontra di tengah publik dunia. Kloning manusia memang sangat kontroversial. Itu sebabnya, ada banyak negara yang melarangnya.

Ada beberapa kabar berita yang cukup mengejutkan dengan desas-desus menyatakan bahwa bayi manusia hasil kloning pernah dilahirkan beberapa tahun yang lalu. Namun, klaim akan berita tersebut masih simpang siur dan tidak ada institusi sains mana pun yang menyatakan tentang kloning bayi tersebut.

Faktanya, sekalipun kloning manusia bisa dilakukan, hal itu ilegal karena hampir semua negara melarangnya.

4. Pesanan kloning paling banyak adalah hewan peliharaan

Tidak Selalu Kontroversial, Ini 5 Fakta Kloning dalam Dunia Sainsmeowmagz.com

Jika hewan peliharaanmu mati dan kamu ingin "menghidupkannya" kembali, mungkin kamu bisa menghubungi perusahaan kloning yang memiliki fasilitas tersebut. Cukup sediakan dana Rp1 miliar hingga Rp3 miliar, sepertinya kamu sudah bisa melakukan kloning hewan peliharaan kamu.

Seperti dicatat dalam laman Money, biaya yang dibutuhkan untuk kloning anjing atau kucing adalah sekitar US$100 ribu atau setara dengan Rp1,4 miliar per ekor. Hasil kloning dijamin sama persis dengan sel induknya. Namun, apakah kloning hewan peliharaan merupakan bukti bahwa seseorang benar-benar menyayangi hewan peliharaannya?

Ternyata, jika kamu benar-benar menyayangi hewan peliharaan kamu, pada saat mereka mati, kamu harus merelakannya. Rela dan ikhlas dalam menghadapi kematian hewan peliharaan adalah cara terbaik untuk menyatakan rasa sayang kita terhadap hewan peliharaan kita.

5. Kloning di masa depan bisa menjadi sebuah kewajaran

Tidak Selalu Kontroversial, Ini 5 Fakta Kloning dalam Dunia Sainschinadaily.com.cn

Di masa yang akan datang, ilmu sains tentu akan berkembang dengan pesat, begitu juga dengan ilmu genetika dan DNA. Bidang keilmuan ini dapat digunakan sebagai dasar bagi teknologi kloning yang lebih maju di masa depan. Diperkirakan, di masa yang akan datang, kloning bukan lagi hal yang tabu dan kontroversial untuk dibahas.

Mungkin saja kloning menjadi sebuah kewajaran dan mungkin saja ada lebih banyak orang yang menggunakan jasa kloning secara komersial. Dalam kasus-kasus tertentu, kloning tidak akan dianggap kontroversial di masa depan karena dapat menjaga kestabilan pangan hewani.

Sapi dan domba akan melimpah berkat kloning. Hal tersebut bisa mendukung sumber pangan bagi manusia yang populasinya semakin banyak.

Itulah beberapa fakta ilmiah mengenai kloning dalam dunia sains. Ternyata, sejarah kloning cukup panjang dengan segala pro dan kontranya, ya!

Baca Juga: 5 Teori Sains yang Dikoreksi oleh Teori Sains Lainnya, Apa Saja?

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya