Fakta Ilmiah: Meluruskan 7 Kesalahpahaman tentang Anjing dan Kucing

Keduanya adalah hewan yang paling dekat dengan manusia

Sudah diketahui secara luas bahwa anjing dan kucing adalah dua spesies hewan yang paling sering dipilih untuk dijadikan peliharaan, bahkan menjadi anggota keluarga. Banyak orang yang menganggap bahwa anjing dan kucing memiliki karakter yang mirip. Namun, ada banyak orang juga menganggap keduanya memiliki karakter yang bertolak belakang.

Dengan adanya anggapan-anggapan yang tak sesuai kaidah ilmiah, hal tersebut menyebabkan munculnya berbagai macam kesalahpahaman mengenai kedua spesies tersebut. Nah, bagaimana sains bisa meluruskan kesalahpahaman itu? Tentu saja, sejauh mana kamu mengenal anjing atau kucing peliharaanmu? Yuk, kita simak!

1. Anjing adalah spesies yang mutlak bersosial, sedangkan kucing dianggap hewan soliter

Fakta Ilmiah: Meluruskan 7 Kesalahpahaman tentang Anjing dan Kucingpinimg.com

Tentu saja anjing adalah hewan yang memiliki tingkat sosial yang sangat tinggi. Namun, bukan berarti anjing selalu membutuhkan anjing-anjing yang lain untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka. Banyak anjing di dunia yang dipelihara dan hanya berinteraksi dengan pemiliknya saja.

Artinya, jika pun seseorang hanya memelihara seekor anjing, itu bukan masalah berarti bagi anjing tersebut. Namun, perlu diingat bahwa interaksi antara pemilik dengan anjing peliharaannya merupakan kunci keberhasilan dalam hubungan mereka. Menurut laman Veterinary Manual, anjing dapat berkomunikasi dengan manusia melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, bau atau aroma, bahkan intonasi suara.

Bagaimana dengan kucing? Apakah kucing merupakan hewan yang benar-benar soliter atau penyendiri? Rupanya anggapan ini kurang tepat. Kucing memang sering terlihat menyendiri, tapi bukan berarti mereka tidak dapat bersosialisasi. Cat Time dalam lamannya mencatat bahwa kucing peliharaan sebetulnya juga termasuk hewan yang dapat bersosialisasi, tapi tingkatannya sangat berbeda dengan anjing.

Kucing akan menggosokkan badannya di kaki pemiliknya sebagai bentuk komunikasi sosial mereka. Hal ini tentu sangat berbeda dengan anjing yang menggoyangkan ekornya dan mungkin sesekali melompat kegirangan. Fakta ini tentu membuka wawasan bagi pemilik anjing dan kucing supaya mereka dapat memberikan waktu dan energi untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan peliharaan mereka.

2. Anjing selalu lebih cerdas dibandingkan dengan kucing

Fakta Ilmiah: Meluruskan 7 Kesalahpahaman tentang Anjing dan Kucingaerospaceamerica.aiaa.org

Anjing sering dianggap memiliki kecerdasan yang jauh melampaui kecerdasan kucing. Namun, anggapan tersebut tidak mutlak benar. Anjing memang sangat cerdas, tapi kucing pun tak kalah cerdas jika dibandingkan dengan anjing. Laman Psychology Today menjelaskan bahwa otak kucing sebetulnya memiliki jumlah neuron yang sama, bahkan lebih banyak dibandingkan dengan anjing.

Kucing pun juga bisa mengingat dengan baik mengenai apa yang telah mereka alami sebelumnya. Dalam hal pengambilan keputusan, kucing juga memiliki kemampuan kompleks yang membuat mereka dapat menghubungkan kecerdasan mereka dengan cara-cara mereka dalam berinteraksi dengan alam.

Hanya saja, ada perbedaan mendasar antara karakter yang berhubungan dengan pengolahan otak antara anjing dan kucing. Anjing selalu rajin dan rutin dalam mengolah dan mengasah kecerdasannya hingga mencapai tahap tertentu. Itu sebabnya, anjing lebih mudah dilatih untuk membantu kehidupan manusia. Sementara, kucing lebih malas untuk menggunakan kecerdasan mereka sehingga terlihat lebih pasif dan tidak menonjol.

So, anjing dan kucing sama-sama cerdas. Hanya saja, karakter yang membedakan mereka dalam mengelola kecerdasan sampai tahap-tahap tertentu. Secara umum, anjing lebih aktif dalam mengolah kecerdasan mereka. Sementara, kucing terlihat lebih malas dan pasif dalam mengolah kepintarannya, padahal keduanya memiliki kecerdasan yang sama-sama luar biasa.

3. Apakah kucing juga bisa menularkan rabies?

Fakta Ilmiah: Meluruskan 7 Kesalahpahaman tentang Anjing dan Kucinglucentperfection.com

Jawaban dari pertanyaan ini cukup mudah. Ya, kucing juga dapat terserang dan menularkan rabies. Sayangnya, banyak pemilik kucing yang lalai dalam memberikan mereka vaksin. Memang, vaksin rabies bagi anjing dan kucing terbilang cukup mahal. Namun, jika kamu menyayangi anjing dan kucingmu, sebaiknya vaksin mereka secara berkala sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh dokter hewan.

VCA Animal Hospital menulis bahwa rabies merupakan penyakit yang berasal dari virus dan bisa menyerang semua hewan berdarah panas, termasuk anjing dan kucing. Hewan-hewan liar yang sering terpapar rabies adalah kera, kelelawar, musang, dan rakun. Rabies sudah ada sejak tahun 2300 Sebelum Masehi atau sekitar 4.000 tahun yang lalu.

Beberapa tanda pada kucing yang terserang rabies:

  • Pada tahap awal, kucing menjadi lebih pendiam dari biasanya. Kadang, mereka juga menampakkan perasaan gelisah dan mungkin akan bersifat agresif terhadap siapa pun.
  • Pada tahap kedua, biasanya kucing akan merasa sering gugup dan menampakkan keganasan pada pemiliknya. Pada tahap kedua inilah, kucing lebih sering terlihat mulai tak terkendali.
  • Tahap ketiga atau paralitik, kondisi saat virus sudah menyerang seluruh saraf dan otak kucing sehingga kucing akan kejang, koma, dan mati.

Jika kamu menyayangi hewan peliharaan kamu, sebaiknya vaksin mereka dengan tepat dan berkala. Lebih baik mengeluarkan dana lebih ketimbang hal buruk terlanjur terjadi di masa yang akan datang. Sekadar informasi, tak ada obat untuk menyembuhkan rabies. Jika manusia dan hewan berdarah panas terserang rabies, risiko kematian nyaris 100 persen.

Baca Juga: Kucing 101: 8 Fakta Chausie, Kucing Ramah yang Kerap Dikira Liar

4. Anjing dan kucing tidak pernah akur

Fakta Ilmiah: Meluruskan 7 Kesalahpahaman tentang Anjing dan Kucingbarkpost.com

Apa benar anjing dan kucing tak pernah akur? Faktanya, anggapan demikian adalah salah kaprah. Anjing dan kucing bisa akur, bahkan menjalin persahabatan dengan erat, ditulis dalam Better Pets and Gardens. Jika anjing dan kucing bertemu sejak kecil atau bayi, mereka juga akan tetap bersahabat hingga mereka tua.

Hanya saja, anjing dan kucing memiliki kepribadian yang berbeda. Mereka berinteraksi dan melakukan apa pun sesuai dengan sifat dan karakter asli mereka. Tak ada yang salah akan hal tersebut dan itu tidak lantas membuat mereka selalu bermusuhan. Ada banyak contoh yang menunjukkan bahwa anjing dan kucing bisa bersahabat dengan baik.

Cara mempertemukan mereka saat masih kecil juga bisa menjadi kunci keberhasilan. Biasanya, anjing dan kucing yang masih berusia 6 minggu bisa dikenalkan dengan lingkungan sekitarnya. Baik anjing maupun kucing harus sama-sama dalam kondisi yang tenang dan tidak pernah mengalami trauma.

Seiring dengan berjalannya waktu, anjing dan kucing yang bersahabat sejak mereka kecil akan tetap memiliki memori. Biasanya, mereka tidak lagi menjadi musuh bebuyutan. Dalam hal ini, tetap saja pemilik sebagai orang yang wajib bertanggung jawab terhadap peliharaan mereka, entah itu anjing atau kucing.

5. Anjing lebih panjang umur dibandingkan dengan kucing

Fakta Ilmiah: Meluruskan 7 Kesalahpahaman tentang Anjing dan Kucingcanna-pet.com

Ada beberapa jenis anjing trah (ras) yang memang memiliki rata-rata usia yang cukup panjang, yakni mencapai 20 tahun. Namun, rata-rata, harapan hidup spesies anjing berada di angka 13--16 tahun. Sama seperti makhluk hidup lainnya, panjang atau pendeknya usia anjing sangat dipengaruhi oleh berbagai macam sebab.

Bagaimana dengan kucing? Secara rata-rata, harapan hidup kucing bisa dikatakan sama dengan usia anjing, yakni berkisar 12--16 tahun. Bahkan, dalam kondisi tertentu, ada kucing yang sanggup hidup selama 20 tahun. Jadi, anggapan bahwa usia anjing lebih panjang daripada kucing tidak sepenuhnya tepat.

Jika kamu memelihara mereka dengan baik dan memperhatikan kesehatan mereka, anjing dan kucing yang kamu pelihara sanggup berumur panjang alias maksimal dari usia rata-rata. So, jika memang kamu telah mengadopsi anjing atau kucing untuk dipelihara, peliharalah mereka dengan baik supaya mereka berumur panjang.

6. Anjing dan kucing di dalam rumah tidak dapat terserang kutu

Fakta Ilmiah: Meluruskan 7 Kesalahpahaman tentang Anjing dan Kucingnewsabc.net

Anggapan ini tentu saja salah kaprah. Faktanya, kutu bisa saja menyerang tubuh anjing dan kucing meskipun mereka dipelihara di dalam rumah. Laman Petplan menyatakan bahwa kutu dapat menyerang anjing dan kucing di mana saja karena memang sifat dari kutu adalah parasit. Mereka akan menempel di tubuh anjing dan kucing untuk mendapatkan makanan.

Menjaga anjing dan kucing di dalam rumah tidak menjamin mereka akan terbebas dari kutu meskipun probabilitasnya lebih kecil dibandingkan dengan peliharaan di luar rumah. Telur-telur kutu sangat kecil dan bisa terbawa oleh berbagai macam jenis objek atau benda. Bahkan, telur kutu bisa terbawa angin dan hinggap di tubuh hewan peliharaan kita.

Memperhatikan kebersihan tubuh anjing dan kucing menjadi satu-satunya jalan untuk meminimalkan serangan kutu. Dalam keadaan tertentu, penggunaan obat antikutu juga disarankan oleh dokter hewan. Nah, coba periksa tubuh anjing dan kucingmu. Jika terdapat kutu, segera bersihkan karena parasit bersifat merugikan dan menjadi sumber penyakit.

7. Anjing dan kucing adalah hewan nokturnal

Fakta Ilmiah: Meluruskan 7 Kesalahpahaman tentang Anjing dan Kucingthelabradorsite.com

Meskipun ada benarnya, anggapan ini tidak sepenuhnya tepat. Anjing dan kucing memang terkadang suka bermain di malam hari. Namun, sebagian besar dari mereka justru akan tidur lelap di malam hari. Leader Vet dalam lamannya menulis bahwa kucing sebetulnya bukan sepenuhnya nokturnal meskipun kucing dianggap hewan yang aktif di malam hari.

Beberapa kucing rumahan tidak menunjukkan sifat nokturnal (aktif di malam hari). Bahkan, beberapa dari mereka justru aktif di senja atau sore hari. Menurut studi dan penelitian, mayoritas kucing rumah terbiasa tidur sebanyak 16--20 jam  per hari, termasuk di malam hari. Karakter ini sangat berbeda dengan kerabat evolusinya, yakni kucing hutan yang murni termasuk dalam golongan nokturnal sejati.

Bagaimana dengan anjing? Menurut studi, anjing bisa saja aktif di malam hari meskipun mereka bukan nokturnal. Kebanyakan anjing bukanlah nokturnal (aktif di malam hari) dan juga bukan diurnal (aktif di siang hari). Uniknya, perilaku anjing untuk tidur sangat mirip dengan manusia. Jika pemiliknya beristirahat, anjing peliharaan tersebut biasanya juga akan tidur.

Menurut keterangan dari laman Found Animal, rata-rata seekor anjing memiliki waktu tidur sebanyak 10--14 jam per hari. Waktu ini sangat bervariasi tergantung usia dan jenis anjing. Perilaku pemilik anjing juga menjadi faktor yang membentuk karakter anjing, apakah ia suka tidur atau justru lebih suka begadang.

Itulah beberapa jawaban sains untuk meluruskan kesalahpahaman mengenai anjing dan kucing. Jika kamu memiliki anjing atau kucing, peliharalah mereka dengan baik karena itu dapat memberikan kebahagiaan buat mereka.

Baca Juga: 5 Fakta Anjing Kintamani, si Anjing Ras Asli Indonesia

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya