5 Fakta Dinasti Habsburg, Runtuh Akibat Praktik Inses 

Ternyata ibuku adalah keponakan ayahku 

Di balik moncernya dinasti Habsburg di Spanyol yang hampir memerintah di seluruh Eropa dari abad ke-16 hingga awal abad ke-18, terdapat fakta kelam bahwa ditemukan praktik perkawinan inses guna memperluas dan mengamankan kuasa politik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap dinasti yang berkuasa akan menerapkan perkawinan minimal antar sepupu dengan sepupu lain untuk mempertahankan kekuasannya.

Namun hal ini berdampak hebat bagi dinasti Habsburg di Spanyol, Para keturunannya mengalami kelainan fisik, yang paling menonjol ialah bentuk rahang bawah di bagian dagu memanjang yang terkenal dengan sebutan “Habsburg Jaw”. Bahkan akibat perkawinan inses ini, dinasti Habsburg di Spanyol runtuh karena penguasa terakhir tidak mempunyai keturunan. Wah kok bisa yaa? Lanjut baca disini yukk

1. Asal Dinasti Habsburg

5 Fakta Dinasti Habsburg, Runtuh Akibat Praktik Inses Castle of Habsburg, Habsburg, Aargau, Switzerland di bulan Juli 2005. (Tage Olsin, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)

Awal dinasti Habsbrug menjadi dinasti yang diperhitungkan dan berpengaruh di Eropa dimulai dengan berdirinya kastil Habsburg yang dibangun pada tahun 1020 oleh Werner, uskup Strasbourg dengan saudara iparnya, Pangeran Radbot di Aargau yang menghadap ke Sungai Aare, Swiss. Britannica mencatat Kakek Pangeran Radbot ialah Pangeran Guntram yang memberontak melawan raja Jerman Otto I pada tahun 950.

Putra Radbot, Werner I untuk pertama kalinya menyematkan gelar Habsburg. Werner I merupakan kakek Albert III yang kemudian menjadi bangsawan yang mengusai Swiss. Dari Swiss hingga Spanyol berhasil dikuasai melalui okupasi hingga aneksasi. Namun, ada upaya lain untuk tetap mengamankan kekuasaannya yakni dengan perkawinan. Dinasti Habsburg di Spanyol kerap kali mempraktikan perkawinan atas dasar politik ini. Di Spanyol, Dinasti Habsburg dimulai oleh Raja Philip I yang menikahi Joan, putri yang akan mewarisi Aragon dan Kastilia. Dari pernikahan tersebut lahirlah pewaris dengan gelar Charles I yang mencapai puncak kejayaan dinasti Habsburg di Spanyol.

2. Habsburg Jaw, bentuk rahang khas keturunan dinasti Habsburg di Spanyol

5 Fakta Dinasti Habsburg, Runtuh Akibat Praktik Inses Dari kiri ke kanan: Philip IV, Charles V, dan Charles II (Wikimedia Commons)

Salah satu ciri fisik dinasti Habsburg di Spanyol ialah kondisi rahang bawah yang memanjang, dijuluki sebagai “Habsburg Jaw”. Kondisi tersebut, menurut Live Science dikenal sebagai Mandibular Prognathism dalam istilah medis. Mandibular Prognathism menyebabkan rahang bawah menonjol secara signifikan dan mempengaruhi dinasti Habsburg.

Penelitian berjudul “Is the ‘Habsburg jaw’ related to inbreeding?” yang dilakukan Roman Vilaz dan timnya yang terdiri atas 10 ahli bedah maksilofasial menganalisis 66 potret dari 15 anggota dinasti Habsburg. Hasil penelitiannya menemukan bahwa bentuk rahang yang menonjol tersebut erat kaitannya dengan perkawinan sedarah. Para ahli bedah diminta untuk menilai derajat kedua kelainan bentuk wajah untuk setiap anggota dinasti Habsburg. Mereka menemukan bahwa Maria, bangsawan dari Burgundia (salah satu wilayah di Prancis) yang menikah dengan Maximilian I, putra kaisar Habsburg Ferdinand III memiliki mandibular prognathism paling sedikit, sedangkan Philip IV, yang memerintah Spanyol dan Portugal dari tahun 1621 hingga 1640, dan Charles II keturunan dinasti Habsburg terakhir memiliki mandibular prognathism paling banyak.

Vilaz pun menghitung jumlah perkawinan sedarah yang terjadi selama berabad-abad, menggunakan informasi dari pohon keluarga besar yang terdiri atas 6.000 orang mencakup 20 generasi.  Ditemukan bahwa orang-orang dengan hubungan sedarah yang dekat memiliki kasus kelainan bentuk wajah yang paling menonjol.

3. Kelainan fisik lainnya, tidak banyak yang bisa hidup lama 

5 Fakta Dinasti Habsburg, Runtuh Akibat Praktik Inses Potret Philip IV dan Maria Anna (Wikimedia Commons)

Perkawinan sedarah yang banyak terjadi di dinasti Habsburg di Spanyol juga mempengaruhi fungsi fisik bagi individu yang memiliki hubungan darah cukup dekat. Menurut Alvarez, dkk dalam penelitian “The Role of Inbreeding in the Extinction of a European Royal Dynasty”, hal ini disebabkan oleh mutasi pada gen yang disebut PROP1. Gangguan ini mempengaruhi sekitar 1 dari 8.000 orang dikarenakan kekurangan hormon penting dari kelenjar pituitari= (sebuah organ kecil yang berada di bawah otak). Orang yang memilikinya cenderung pendek, tidak tertarik dengan lingkungan di sekitarnya, memiliki otot yang lemah, infertilitas, impotensi dan masalah pencernaan.

Analisis Alvarez juga menunjukkan bagaimana perkawinan sedarah mereka memperpendek Habsburg Spanyol. Sebagai permulaan, malapetaka datang pada kesehatan bayi mereka, sebagian diantaranya meninggal pada usia dini. Dari 34 anak, setengahnya meninggal sebelum ulang tahun kesepuluh mereka, dan 10 meninggal sebelum ulang tahun pertama mereka. Bahkan penduduk desa yang menjalani kehidupan yang jauh lebih miskin, hanya kehilangan satu dari lima bayi.

Baca Juga: 7 Praktik Inses Paling Populer dalam Mitologi Yunani Kuno

4. Keturunan terakhir, Charles II mengalami kelainan fisik dan mental serius  

5 Fakta Dinasti Habsburg, Runtuh Akibat Praktik Inses Potret kecil dan dewasa Charles II (Wikimedia Commons)

Sejarawan sering berspekulasi bahwa perkawinan sedarah berkontribusi pada banyak masalah kesehatan Charles II. Semakin dekat hubungan keluarga, semakin besar kemungkinan bahwa mereka akan mewariskan genetika yang sama. Charles II lahir pada 6 November 1661 memiliki lidah yang besar membuat ucapannya sulit dimengerti. Ia menjadi raja saat usianya masih 3-4 tahun dengan tulang yang terlihat ringkih dan lemah.

Bahkan di usia ke-35, Charles II mengalami kebotakan. Meskipun sudah menikah sebanyak dua kali, di usia 18 dan 29 tahun, ia tidak memiliki keturunan dari keduanya. Dikabarkan dari istri pertamanya yang merupakan keponakannya sendiri bahwa Charles II mengalami impoten. Serangkaian kondisi fisik tersebut barangkali berkaitan erat dengan sang ibu, yang bernama Mariana, tak lain dan tak bukan adalah keponakan ayahnya sendiri, Raja Philip IV. Sementara nenek Charles II merupakan bibinya sendiri. Tepat di tahun 1700 ia meninggal di usia 39 tahun, disebabkan kepikunan dan didera serangan epilepsi.

5. Inses sebagai penyebab berakhirnya kejayaan dinasti Habsburg Spanyol 

5 Fakta Dinasti Habsburg, Runtuh Akibat Praktik Inses Suasana penobatan Raja Charles II (Wikimedia Commons)

Berdasarkan penelitian Alvarez, menyebutkan sebuah istilah koefisien perkawinan sedarah yang dilambangkan dengan huruf F untuk mengukur kemungkinan seseorang mewasrisi dua gen identik dari keturunan yang sama. Misalnya, seorang anak yang lahir dari sepupu memiliki nilai F 0,0625, tetapi menjadi jauh lebih tinggi jika orang tuanya berasal dari garis panjang pasangan sedarah. Semakin tinggi nilainya, semakin besar tingkat perkawinan sedarah dalam garis keturunan itu. Dalam kasus Habsburg Spanyol, raja pertama, Philip I, memiliki nilai F yang relatif rendah yakni 0,025. Namun setelah melewati lima generasi, keturunannya Charles II memiliki nilai F 0,254, lebih dari sepuluh kali lipat dari kakek buyutnya. Angka ini bahkan dua kali lebih tinggi dari nilai yang diharapkan untuk anak dari pernikahan paman-keponakan, yang mencerminkan betapa meluasnya perkawinan sedarah dalam silsilah keluarga ini.

Pun disebutkan rata-rata dinasti Habsburg Spanyol memiliki koefisien perkawinan sedarah 0,093, yang berarti sekitar 9% dari gen ibu dan ayah mereka identik. Dengan melihat catatan kematian dinasti Habsburg, Alvarez menemukan bahwa seorang bayi yang lahir dari dinasti tersebut mempunya harapan kecil untuk bertahan hidup selama 10 tahun jika mereka dilahirkan dari raja dengan nilai-F tinggi. Semakin meningkatnya tingkat perkawinan sedarah dalam keluarga, semakin sedikit anak yang berhasil mencapai usia dewasa. Dikonfirmasi Alvarez, perkawinan sedarah menyebabkan kepunahan dinasti ini.

Itu lah fakta dari dinasti Habsburg di Spanyol yang runtuh akibat tidak mempunyai penerus setelah beratus-ratus tahun mempraktikan perkawinan sedarah. Kadang manusia memang akan melakukan segala cara untuk mempertahankan apa yang mereka sebut dengan 'garis keturunan murni' meskipun banyak sekali risiko dan bahaya mengintai.

Baca Juga: Dari Mesir-Thailand, 7 Peradaban Ini Pernah Melakukan Praktik Inses

Dina Stevany Photo Verified Writer Dina Stevany

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya