5 Pelukis Menderita Penyakit Mental, Menciptakan Karya Fenomenal

Hasil karyanya memilki sisi kreativitas yang unik 

Seseorang dengan penyakit mental memiliki stigma buruk yang dapat dikucilkan dalam masyarakat. Dalam beberapa titik, penyakit mental dapat berdampak luar biasa pada kreativitas dan ekspresi seseorang. Hal ini tentunya dapat diekspresikan dalam karya seni.

Masalah kesehatan mental dan kaitannya dengan karya seni telah menarik perhatian beberapa peneliti untuk mencari tahu. Secara unik, pelukis yang memiliki penyakit mental mencerminkan perjuangan dan keadaan pikirannya dalam sebuah lukisan. Masalah kesehatan mental ini memengaruhi karya lima seniman hebat yang akan kita bahas di bawah ini? Yuk, simak siapa saja.

1. Francisco de Goya 

5 Pelukis Menderita Penyakit Mental, Menciptakan Karya FenomenalFrancisco de Goya dan lukisannya (Francisco de Goya, Public domain, via Wikimedia Commons)

Pelukis asal Spanyol, Francisco de Goya lahir pada tahun 1746 dan meninggal pada tahun 1828. Ia mulai belajar melukis pada usia 13 tahun dan kemudian bekerja sebagai pelukis istana untuk keluarga kerajaan Spanyol. Merujuk laman The National Library of Medicine, secara mandiri pada 1796, Goya mulai mengerjakan Los Caprichos, serangkaian 80 ilustrasi kritik terhadap situasi politik dan sosial saat itu yang diterbitkan tiga tahun kemudian.

Sebelumnya pada tahun 1972, Francisco de Goya menjadi tuli karena penyakit serius yang tidak pernah terdiagnosis. Para peneliti menganggap kemungkinan keracunan timbal, sifilis, malaria, tifus, dan meningitis. Penyakitnya telah menyebabkan Goya mengalami masalah psikologis yang serius seperti depresi, kecemasan, perubahan suasana hati, dan halusinasi. Karya seninya adalah cara untuk menerima penderitaannya, bahkan Goya menulis dalam sebuah surat bahwa penciptaan lukisan seperti The Yard with Madhous (1793-1794) membantunya mengatasi "imajinasinya yang hancur oleh penderitaan saya".

Alih-alih warna-warna cerah dan subjek yang menyenangkan, Goya menampilkan gambar yang lebih gelap dan sering kali mengganggu. Potret seperti monster, penyihir, adegan kekerasan, serta fantasi mulai muncul, yang semuanya terkait dengan kecemasan, kekhawatiran, dan mimpi buruk yang kini menjadi bagian dari dirinya. kepribadian.

2. Vincent van Gogh

5 Pelukis Menderita Penyakit Mental, Menciptakan Karya FenomenalVincent van Gogh (Vincent van Gogh, Public domain, via Wikimedia Commons)

Vincent van Gogh lahir pada tahun 1853 dan meninggal pada tahun 1890. Melansir laman Van Gogh Museum, pelukis Belanda ini memulai kariernya sebagai seniman pada usia 27 tahun. Meskipun Van Gogh hanya melukis selama sepuluh tahun - dari tahun 1880 hingga kematiannya pada tahun 1890 - ia meninggalkan karya seni yang menakjubkan. Starry Night di tahun 1887, salah satu karya seninya yang paling terkenal, terinspirasi oleh lanskap di dekat rumah sakit jiwa.

Saat usianya 35 tahun, van Gogh memotong telinga kirinya tepat sebelum Natal. Van Gogh diduga menderita penyakit mental cukup prah dan secara sukarela masuk ke rumah sakit jiwa Saint-Paul-de-Mausole pada tahun 1889 dan menghasilkan beberapa karya seni di tempat tersebut.

Para peneliti bahwa Vincent van Gogh mungkin menderita gangguan bipolar, gangguan kepribadian ambang, gangguan penggunaan alkohol, dan dia menderita episode psikotik. Van Gogh juga memiliki pola makan yang sangat tidak seimbang dan banyak minum alkohol yang dapat memperburuk kondisinya.

Baca Juga: 9 Mural Street Art Karya Yessiow, Seniman Bali yang Go International

3. Edvard Munch 

5 Pelukis Menderita Penyakit Mental, Menciptakan Karya FenomenalEdvard Munch dan lukisannya (Edvard Munch, Public domain, via Wikimedia Commons)

Edvard Munch lahir pada tahun 1863 di Ådalsbruk, Norwegia. Dalam Jurnal BJPsych Advances yang ditulis Hina Azeem dengan judul The Art of Edvard Munch: A Window Onto A Mind, sebelum usia 15 tahun, Munch terpaksa menghadapi banyak kehilangan mulai ibu dan saudara-saudaranya yang disebabkan oleh berbagai penyakit. Pertemuan dengan penyakit dan kematian ini membuat Munch memiliki ketakutan pribadi bahwa penyakit juga tidak terhindarkan baginya.

Kematian ayahnya juga memiliki andil besar dalam kesehatan mentalnya sebab dalam suratnya yang ditulis 1889, menyebutkan “Malaikat ketakutan, kesedihan, dan kematian berdiri di sisiku sejak hari aku dilahirkan”. Munch pun lebih banyak mengonsumsi alkohol bahkan sempat didiagnosis menderita depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar, hingga skizofrenia.

Munch dikenal luas membiarkan emosi dan keadaan psikologisnya mengalir ke dalam lukisannya. Penggambaran keadaan pikiran banyak ditemukan pada karya Edvard Munch, seperti Melancholia, 1892 atau Despair, 1892. Lukisan-lukisan itu dibuat setelah kematian ayah Munch. Akhirnya, Edvard Munch berkomitmen mengobatinya beberapa kali dalam tahun 1905 hingga 1909. Setelah melakukan berbagai terapi tinggal kesehatan mentalnya meningkat secara signifikan. Karya seni Munch berubah. Lukisannya mulai terlihat lebih cerah dan tidak terlalu suram sejak dia merasa lebih baik dan mentalnya lebih stabil.

4. Frida Kahlo 

5 Pelukis Menderita Penyakit Mental, Menciptakan Karya FenomenalFrida Kahlo dan lukisannya (Guillermo Kahlo, Public domain, via Wikimedia Commons)

Pelukis asal Meksiko Frida Kahlo lahir pada tahun 1907 dan meninggal pada tahun 1954. Seninya dikenal luas menggambarkan tema-tem seperti kehilangan, rasa sakit, dan pengalaman traumatis. Saat Kahlo berusia enam tahun, ia didiagnosis menderita polio. Di usia 18 tahun, Kahlo terluka parah dalam kecelakaan bus. Dia menderita seluruh hidupnya dari rasa sakit karena luka-lukanya.

Merujuk Daily Art Magazine, para ahli percaya bahwa Kahlo menderita lebih dari satu masalah kesehatan mental, seperti gangguan stres pasca trauma, gangguan bipolar dan upaya bunuh diri. Lukisan paling diingat dari Kahlo ialah Self-Portrait with Cropped Hair pada tahun 1940. Kahlo menggambarkan dirinya mengenakan setelan maskulin, dengan gunting di tangannya, dan rambutnya dipotong. Rambut longgar tergeletak di sekelilingnya di lantai.

Lukisan itu dibuat setelah perceraiannya dengan Diego Rivera pada tahun 1939. Self-Portrait with Cropped Hair, dapat diartikan sebagai penggambaran rasa sakit dan depresi yang dirasakan Kahlo karena hubungannya dengan Rivera. Namun secara bersamaan, Kahlo menggambarkan dirinya sebagai orang yang kuat dan mandiri. Kahlo menekankan karakteristik yang biasanya dianggap maskulin dengan menggambarkan dirinya mengenakan jas dan berambut pendek.

5. Mark Rothko

5 Pelukis Menderita Penyakit Mental, Menciptakan Karya FenomenalMark Rothko (Consuelo Kanaga, via Wikimedia Commons)

Pelukis terakhir ialah Mark Rothko yang lahir pada tahun 1903 di Dvinsk, Rusia. Merujuk laman New York Times, Ayah Jacob merupakan seorang apoteker, membawa keluarganya ke Amerika Serikat pada tahun 1913, dan menetap di Port Land, Ore. Lukisan Rotkho memiliki ciri khas penggunaan warna yang datar dan ekspresif. Rotkho juga dikenal luas sebagai pelopor lukisan ekspresionisme terhebat di generasinya

Sayangnya, Rothko didiagnosis menderita Aneurisma Otak pada tahun 1968 dan dokternya merekomendasikan agar Rothko untuk hidup lebih sehat. Namun, ia terus minum alkohol dan merokok. Dia juga menderita kecemasan dan depresi. Pada tahun 1970, saat  Rothko berusia 66 tahun, ia ditemukan lewat dengan pergelangan tangannya disayat, di studionya di 157 East 69th Street. Pihak Kepolisian dan Rumah Sakit mencatat kematian tersebut sebagai bunuh diri.

Masalah kesehatan mental memang tidak bisa dianggap remeh. Para pelukis di atas berusaha keras menghadapi penyakit mental yang dideritanya. Karya-karya yang dihasilkan tidak jauh dari hasil ekspresi yang sedang mereka rasakan. Meskipun ada yang bernasib tidak beruntung karena semakin parah penyakit menggerogoti pikirannya, karya mereka tetap abadi.

Baca Juga: Legendaris, 14 Fakta Menyedihkan tentang Vincent van Gogh

Dina Stevany Photo Verified Writer Dina Stevany

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya