5 Fakta Beruang Cokelat Himalaya, Sering Dikaitkan dengan Yeti

Jumlahnya kini hanya mencapai ratusan di alam liar

Kawasan Himalaya, selain terkenal dengan bentang alam indah, pegunungannya juga menyimpan kekayaan flora dan fauna. Salah satu yang cukup terkenal adalah beruang cokelat himalaya (Himalayan brown bear) yang memiliki nama Latin Ursus arctos isabellinus.

Dilansir Mongabay, secara keseluruhan beruang cokelat merupakan salah satu spesies beruang yang paling tersebar luas di seluruh dunia, Mereka ditemukan di sebagian besar Eurasia dan Amerika Utara dalam jumlah yang cukup banyak. Namun, beruang cokelat himalaya tidak seberuntung itu.

Subspesies beruang cokelat ini berhabitat di pegunungan terpencil di Pakistan, Nepal, Tibet dan India. Populasinya yang kecil dan terisolasi menjadikannya satwa langka di area persebarannya.

Terdapat salah satu fakta menarik dari hewan yang dikenal juga dengan sebutan "Dzu-Teh" dalam bahasa Nepal ini. Di era modern ini, satwa tersebut menjadi jawaban atas legenda makhluk Himalaya yang disebut Yeti.

Ingin tahu lebih lanjut mengenai beruang cokelat himalaya? Simak lima faktanya berikut ini!

1. Salah satu mamalia terbesar di kawasan Himalaya

5 Fakta Beruang Cokelat Himalaya, Sering Dikaitkan dengan Yetikawasan pegunungan Himalaya yang menyimpan kekayaan flora dan fauna, salah satunya keberadaan beruang cokelat Himalaya (commons.wikimedia.org/Adi10rane)

Beruang cokelat himalaya merupakan salah satu mamalia terbesar di habitatnya. Dilansir Mongabay, mereka berasal dari salah satu garis keturunan beruang cokelat yang paling tua.

Diduga, beruang cokelat himalaya mampu berdiri tegak dengan dua kakinya. Itulah kenapa, dari kejauhan, mereka mirip makhluk legenda yang besar dan berbulu di area Himalaya, yaitu Yeti.

Dilansir Bear Conservation, beruang cokelat himalaya memiliki bulu yang sangat tebal dengan warna cokelat kemerahan. Kepalanya berukuran besar dengan tubuh dan kaki yang kekar. Berat beruang jantan bisa mencapai 400 kg dengan tinggi berkisar antara 150 cm hingga 230 cm. Sementara betinanya memiliki ukuran yang lebih kecil, yaitu dengan tinggi berkisar antara 137 cm hingga 183 cm.

2. Harapan hidupnya berkisar antara 20 hingga 30 tahun di alam liar

5 Fakta Beruang Cokelat Himalaya, Sering Dikaitkan dengan Yetipotret seekor beruang cokelat Himalaya (Usman Ghani/mongabay.com)

Dilansir Bear Conservation, beruang cokelat himalaya memiliki harapan hidup berkisar antara 20 hingga 30 tahun di alam liar. Pada umumnya, habitatnya ada di lembah terbuka dan padang rumput di dataran tinggi. Selama musim panas, beruang akan bergerak naik setinggi garis salju hingga ketinggian 5.500 mdpl dan turun ke lembah ketika musim gugur tiba.

Dilansir Incredible Birding, siklus hidup tahunan untuk beruang betina adalah sebagai berikut:

  • Juni—Juli: musim kawin
  • Agustus—Desember: masa kehamilan
  • Januari—Februari: masa melahirkan
  • Maret—Mei: merawat bayi 

Beruang cokelat himalaya berhibernasi selama 7 hingga 8 bulan di dalam gua atau sarang yang dibuatnya. Periode ini dimulai pada bulan Oktober dan mereka akan bangun di bulan Mei. Namun, dalam hibernasinya, beruang betina dapat bangun untuk melahirkan dan merawat anak-anaknya.

3. Merupakan hewan omnivor

5 Fakta Beruang Cokelat Himalaya, Sering Dikaitkan dengan Yetiberuang cokelat Himalaya merupakan hewan omnivora atau pemakan segala (greathimalayannationalpark.org)

Dilansir Mongabay, penduduk di sekitar menyebutnya dengan spang drenmo. Spang memiliki arti 'rumput' dan drenmo memiliki arti 'beruang'. Jadi, secara harfiah sebutan itu berarti 'beruang vegetarian'.

Meskipun begitu, sesungguhnya mereka adalah pemakan segala atau omnivor. Beruang ini menyukai marmut himalaya (Marmota himalayana) di Nepal dan marmut emas (Marmota caudata) di Pakistan.

Menariknya, beruang cokelat himalaya di dataran tinggi Tibet cenderung lebih mengarah pada karnivor. Sebab, mereka sering memangsa mamalia kecil bernama pika (Ochotona curzoniae).

4. Statusnya terancam punah 

5 Fakta Beruang Cokelat Himalaya, Sering Dikaitkan dengan Yetipotret beruang cokelat himalaya (commons.wikimedia.org/Zoo Hluboka)

Salah satu fakta menyedihkan dari beruang cokelat himalaya adalah statusnya yang terancam punah. International Union for Conservation of Nature (IUCN) memberinya klasifikasi sebagai satwa yang terancam punah atau critically endangered. Dilansir Times of India, hingga tahun 2020, populasinya ada sekitar 500 ekor yang tersebar di berbagai area di wilayah pegunungan Himalaya.

Berkurangnya wilayah habitat memaksa mereka turun ke pemukiman penduduk untuk mencari makanan. Ini sering kali memicu konflik antara masyarakat pedesaan dengan satwa eksotis ini. Selain itu, salah satu ancaman terbesar bagi beruang cokelat himalaya adalah para pemburu liar yang mengincarnya untuk bulu dan bagian tubuh lainnya. 

5. Beruang yang mungkin menjadi jawaban atas Yeti, sosok makhluk legenda Himalaya

5 Fakta Beruang Cokelat Himalaya, Sering Dikaitkan dengan Yetiilustrasi makhluk legenda Himalaya, Yeti yang kemungkinan adalah beruang coklat Himalaya (oldyalebrewing.com)

Wilayah pegunungan Himalaya terkenal dengan kisah makhluk legendanya yang disebut Yeti. Sejumlah ilustrasi menggambarkan Yeti sebagai sesosok besar berbulu yang berjalan tegak dengan kedua kakinya layaknya manusia.

Sudah lama Yeti menjadi legenda di Himalaya. Sering kali, kisah ini disebarkan oleh petualang yang melakukan ekspedisi di area tersebut. Bahkan beberapa di antara mereka mengaku mengumpulkan spesimen yang dipercaya milik Yeti. 

Dilansir CNN dalam artikelnya yang berjudul "Science solves the mystery of the elusive Yeti", analisis DNA terhadap spesimen sampel itu terbukti berasal dari beruang cokelat himalaya dan beruang hitam asia. Dari kejauhan, mereka bisa saja tampak seperti makhluk besar yang menyeramkan, apalagi jika berdiri. Secara ilmiah, para ilmuwan meyakini misteri Yeti Himalaya telah terpecahkan.

Saat ini, sudah banyak satwa endemik yang dinyatakan punah sepenuhnya dari alam. Jadi, kita hanya bisa membacanya dari teks-teks buku pengetahuan ataupun rekaman video dari masa lalu.

Upaya luar biasa yang dilakukan peneliti untuk mendokumentasikan satwa langka patut kita dukung dan apresiasi. Dengan begitu, generasi mendatang masih bisa melihat satwa-satwa eksotik tersebut, tidak hanya mendengarnya atau hanya menemukannya dalam tulisan di buku-buku pengetahuan.

Baca Juga: 5 Fakta Beruang Berwajah Pendek, Beruang Terbesar yang Pernah Hidup

Dodi Wijoseno Photo Verified Writer Dodi Wijoseno

Penyuka Sejarah, mountain hiking dan olah raga

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya