5 Fakta Harimau Jawa, Hewan Endemik yang Dinyatakan Punah

Tanah Jawa pernah jadi habitat harimau loreng

Harimau jawa telah dinyatakan punah oleh otoritas berwenang pada tahun 1980-an. International Union for Conservation of Nature (IUCN) selaku lembaga konservasi internasional juga sudah menyematkan status punah (extinct) untuk sang loreng asal tanah Jawa ini.

Tradisi Rampogan Macan di masa lalu, perburuan serta pembukaan lahan hutan untuk pertanian dan pemukiman yang menyebabkan menyempitnya habitat harimau jawa. Faktor-faktor tersebut diyakini menjadi alasan punahnya harimau jawa.

Walaupun hewan endemik Indonesia ini sudah tidak ada lagi di alam liar, tak ada salahnya untuk mengenal mereka. Yuk, simak fakta-fakta harimau jawa berikut ini!

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Ular Harimau, Masih Berkerabat dengan Kobra!

1. Harimau jawa, satwa endemik tanah Jawa yang telah dinyatakan punah

5 Fakta Harimau Jawa, Hewan Endemik yang Dinyatakan Punahpotret harimau jawa (commons.wikimedia.org/Andries Hoogerwerf)

Foto di atas adalah foto harimau jawa yang diambil pada tahun 1938 oleh  A. Hoogerwerf di Taman Nasional Ujung Kulon. Harimau loreng yang mempunyai nama latin Panthera tigris sondaica tersebut merupakan salah satu satwa endemik Jawa yang pernah hidup tersebar. Mereka juga menjadi predator puncak rantai makanan di hutan-hutan belantara Pulau Jawa.

Sebagai informasi, Indonesia memiliki tiga subspesies harimau. Mereka adalah harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), harimau jawa (Panthera tigris sondaica), dan harimau bali (Panthera tigris balica). Dari ketiga subspesies tersebut hanya harimau sumatra yang masih eksis dan menjadi satwa langka sekaligus dilindungi di Indonesia. Harimau jawa dan harimau bali telah dinyatakan punah. Artinya, populasi mereka tidak ada lagi di alam liar maupun di penangkaran.

Namun sebagai catatan, untuk harimau jawa, klaim tentang kepunahan mereka masih menjadi perdebatan di beberapa kalangan peneliti. Sebab, banyak laporan tentang jejak dan penglihatan masyarakat, tapi klaim itu juga masih belum bisa dibuktikan keabsahannya.

Baca Juga: Jika Bertarung, Gajah atau Harimau yang Akan Menang?

2. Harimau jawa tersebar di berbagai wilayah di Pulau Jawa

5 Fakta Harimau Jawa, Hewan Endemik yang Dinyatakan Punahpeta persebaran harimau jawa (commons.wikimedia.org/John Seidensticker)

Semasa hidupnya, habitat harimau jawa tersebar di seluruh Pulau Jawa. Pada saat ini, mungkin banyak yang beranggapan bahwa mereka hanya hidup di hutan-hutan Jawa Tengah hingga Jawa Timur saja. Hal ini bisa dipahami karena penelitian dan pengamatan lanjutan hanya difokuskan di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur yang dianggap sebagai habitat terakhir mereka.

Mengutip dari laman Peduli Karnivor Jawa yang dikepalai oleh seorang peneliti harimau jawa, Didik Raharyono, S. Si, Taman Nasional Meru Betiri dianggap sebagai habitat terakhir harimau jawa karena dilandasi pemikiran bahwa lokasi itu punya habitat yang ideal. Kondisi tersebut didukung dengan temuan jejak yang diduga milik harimau jawa oleh Seidensticker tahun 1974. Hasil penelitiannya saat itu menduga masih ada sekitar 3-4 ekor harimau jawa di Taman Nasional tersebut.

Dari gambar peta sebaran distribusi harimau jawa di atas, terlihat bahwa sebaran spesies tersebut ada dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa. Dalam situs Peduli Karnivor Jawa pun ada pertanyaan mengapa pada tahun 1974 yang diteliti hanya di wilayah Taman Nasional Meru Betiri saja? Sedangkan pada tahun 1974 hutan-hutan di sekitarnya seperti kawasan Gunung Argopuro, Gunung Raung, Gunung Panataran, Gunung Rante, Gunung Ijen, Alas Purwo tidak dilakukan pemantauan Harimau Jawa. Hutan di Gunung Wilis, Gunung Arjuno, Gunung Ciremai, Taman Nasional Ujung Kulon juga dinilai menjadi tempat yang ideal bagi harimau jawa pada tahun 1974.

Penelitian yang hanya sektoral dan tidak menyeluruh tersebut membuat beberapa peneliti ragu atas vonis punah harimau jawa. Mereka masih meyakini adanya individu yang masih tersisa dari loreng Jawa sampai saat ini di pedalaman hutan belantara tanah Jawa yang meski terbatas, masih dianggap cukup mampu untuk menjadi habitat dan mendukung kehidupan harimau jawa.

Baca Juga: 9 Fakta Harimau Siberia, Satu-satunya Spesies yang Bertahan di Salju

3. Tradisi Rampogan Macan di masa lalu turut menyebabkan punahnya harimau jawa

5 Fakta Harimau Jawa, Hewan Endemik yang Dinyatakan Punahilustrasi tradisi Rampogan Macan (commons.wikimedia.org/H. Salzwedel)

Catatan sejarah juga menceritakan adanya sebuah tradisi para pembesar Kerajaan Jawa di masa lalu yang bernama Rampogan Macan. Ini merupakan sebuah pertunjukan adu harimau yang turut menyebabkan berkurangnya populasi harimau jawa secara cepat.

Seperti pertunjukan spektakuler di arena Gladiator Kolosseum Roma di masa lalu, Rampogan macan menggunakan hewan buas seperti harimau, macan tutul, dan macan kumbang untuk diadu dengan binatang lain. Contohnya kerbau atau dengan manusia yang bersenjatakan tombak. Pada akhirnya, hewan-hewan itu akan dibunuh secara ramai-ramai dengan puluhan tombak yang dihujamkan ke tubuhnya.

Dalam artikel karya Danu Damarjati dengan judul Rampogan Sima, tradisi membantai macan di Tanah Jawa, Rampogan Sima merupakan pertunjukan yang melibatkan masyarakat banyak dan pertunjukan ini sudah ada sejak zaman dulu. Sebagian menyebut bahwa tradisi ini telah ada sejak zaman Kerajaan Singasari. Namun sebagian lagi menyebut pertunjukan itu baru ada sejak abad ke-17 di Jawa. Lebih lanjut, dalam buku Bakda Mawi Rampog karya R. Kartawibawa yang dikutip oleh artikel tersebut, istilah "sima" atau macan loreng digunakan untuk merujuk kucing besar ini atau menambahkan keterangan untuk jenis macan yang lain.

Istilah ngrampog sima sebagaimana dituturkan oleh R. Kartawibawa bermakna beramai-ramai rebutan membunuh harimau atau kucing besar lainnya dengan tombak. Pertunjukan ini terdapat di wilayah Kasunanan Surakarta, Kasultanan Ngayogyakarta dan kawasan Jawa Timur. Pertunjukan tersebut biasanya dilakukan bertepatan dengan hari besar.

Dari foto yang menggambarkan acara Rampogan Macan, terlihat bahwa pertunjukan dilakukan di sebuah alun-alun besar. Para pria mengelilingi alun-alun tersebut sambil memegang tombak panjang, setelah harimau dikeluarkan dari kandangnya, harimau akan dipaksa untuk menerjang barikade orang-orang yang membawa tombak tersebut.

Saat itulah tombak-tombak akan dihujamkan ke tubuh satwa legendaris tanah Jawa tersebut. Ada pula sesi yang mengadu harimau dengan kerbau, apa pun hasil pertarungan itu harimau dipastikan juga akan dibunuh beramai-ramai.

Tradisi Rampogan Macan telah menyebabkan perburuan kucing-kucing besar di Pulau Jawa menjadi korban. Khususnya harimau jawa, populasi mereka langsung menyusut secara drastis akibat perburuan untuk digunakan dalam acara Rampogan Macan tersebut.

Harimau jawa menjadi langka sampai tidak terlihat lagi saat ini. Hanya tinggal satu kucing besar Pulau Jawa yang masih bertahan hingga saat ini, yaitu macan tutul jawa (Panthera pardus melas) yang juga sudah dinyatakan sebagai satwa langka dan dilindungi saat ini.

4. Masuknya senjata api era kolonialisme menyebabkan perburuan harimau jawa semakin sering

5 Fakta Harimau Jawa, Hewan Endemik yang Dinyatakan Punahilustrasi perburuan harimau (commons.wikimedia.org/Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen)

Selain Rampogan Macan yang menyebabkan menyusutnya populasi harimau jawa dengan cepat, masuknya senjata api era kolonialisme Belanda juga memberikan andil besar terhadap kepunahan spesies tersebut. Demikian kata peneliti mamalia di Pusat Penelitian Biologi LIPI, Profesor Gono Semiadi.

Seperti diketahui dalam catatan sejarah, Belanda pernah menerapkan kebijakan tanam paksa pada abad ke-19. Pembukaan hutan untuk pertanian dan perladangan semakin mempersempit habitat harimau jawa dan karenanya tidak jarang terjadi konflik dengan manusia.

Dengan senjata api, perburuan terhadap harimau jawa yang dianggap mengganggu manusia menjadi lebih efisien sehingga menyebabkan populasinya saat itu menjadi semakin sedikit dan langka berbeda dengan beberapa dasawarsa sebelumnya yang masih banyak ditemukan di hutan-hutan Pulau Jawa.

Sebagai informasi tambahan, terdapat catatan dari arsip kuno mengenai masih banyaknya Harimau di hutan-hutan sekitar Batavia pada abad ke-17 sebagaimana dituliskan dalam buku Tempat-tempat bersejarah di Jakarta karya A. Heuken, S.j. (1997: 198-199):

  • Pada abad ke-17 binatang buas seperti macan dan badak masih banyak berkeliaran dalam hutan-hutan di sekitar Batavia.
  • Pada tahun 1659, 14 orang penebang kayu dekat Kota, dimangsa macan sama seperti beberapa budak yang bekerja di daerah Ancol.
  • Dalam laporan ke Kali Bekasi pada tahun 1662, yang dipimpin A. Herport, seorang Swiss diuraikan bahwa "Seorang Jawa yang sedang berjaga diterkam seekor harimau. Pada malam itu juga masih terlihat harimau-harimau lain karena mata mereka menyala. Pada hari ketiga kami kembali ke sungai dan sepanjang hari menuju ke hulu, di sepanjang kedua tepian kami melihat banyak harimau dan badak

Baca Juga: 7 Fakta Liger, Hybrid Singa dan Harimau yang Berukuran Besar  

5. Meski telah dinyatakan punah, banyak yang meyakini harimau jawa masih ada di alam liar

5 Fakta Harimau Jawa, Hewan Endemik yang Dinyatakan Punahpotret harimau jawa (commons.wikimedia.org/F. W. Bond)

Salah satu hal menarik dalam pembahasan harimau jawa adalah keyakinan sebagian peneliti dan sebagian orang bahwa hewan ini belum sepenuhnya punah. Mereka masih meyakini masih ada individu harimau jawa yang masih tersisa di pedalaman hutan-hutan Pulau Jawa. Pendapat mereka tentu saja didukung oleh bukti-bukti tertentu.

Jejak-jejak di pedalaman hutan Pulau Jawa dengan karakteristik yang mengarah ke sosok harimau jawa dan laporan perjumpaan para pemanen hasil hutan dengan sosok harimau loreng masih terus dilaporkan hingga hari ini, meski harus diverifikasi secara mendalam.

Kalau kita cermati hampir setiap tahun ada pemberitaan mengenai kemunculan Harimau Jawa meski beberapa di antaranya setelah diverifikasi ternyata adalah macan tutul. Sebagai contoh pada tahun 2017, kita sempat dihebohkan pemberitaan di media massa mengenai penampakan kucing besar di Taman Nasional Ujung Kulon yang berhasil diabadikan dengan kamera.

Semula diyakini bahwa sosok kucing besar yang terekam itu adalah Harimau Jawa namun setelah diteliti secara mendalam oleh tim ahli disimpulkan bahwa sosok yang terekam adalah Macan Tutul Jawa dan bukan Harimau loreng.

Belum lama ini juga ada pemberitaan di media massa, mengenai informasi bahwa warga Pacitan sempat melihat harimau loreng, tapi itu perlu diverifikasi secara mendalam. Sebab, menurut para ahli, dari kejauhan pun macan tutul bisa tampak seperti harimau loreng apalagi bila melihatnya di pagi buta dengan kondisi minim cahaya.

Ada lagi foto sosok harimau loreng dari tahun 2018. Menurut informasi, foto tersebut diambil di lokasi yang masih dirahasiakan di kawasan hutan jati seputaran Jawa Timur. Namun, tentu saja foto tersebut masih harus diverifikasi secara mendalam oleh tim ahli. Foto tersebut dapat ditemukan dalam artikel berjudul Melacak Jejak Harimau Jawa karya Titik Kartitiani.

Untuk menyatakan eksistensi harimau jawa jelas dibutuhkan bukti dari kamera trap yang merekam sosoknya, kemudian analisis DNA untuk memastikan bahwa benar itu adalah harimau jawa. Selama belum ada bukti sosok yang terekam oleh kamera trap atau dokumentasi lainnya, rasanya masih sulit untuk mematahkan klaim punah yang telah dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang. Meski secara pribadi saya salut dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh para peneliti untuk membuktikan eksistensi harimau jawa saat ini.

Hal terpenting dari semua ini adalah pembelajaran untuk kita semua mengenai pentingnya konservasi alam yang juga sangat berguna untuk kehidupan manusia di masa yang akan datang. Menjadi tanggung jawab moral bersama untuk menjaga flora dan fauna yang masih ada dari kepunahan.

Baca Juga: 5 Fakta Harimau Kaspia, Subspesies Harimau yang Telah Punah

Dodi Wijoseno Photo Verified Writer Dodi Wijoseno

Penyuka sejarah dan olah raga

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.
  • Izza Namira
  • Mohamad Aria

Berita Terkini Lainnya