5 Fakta Santa Lusia yang Relikui Matanya Jadi Plot di Film The Nun II

Film bergenre horor terkenal berjudul The Nun II yang rilis di bioskop-bioskop tanah air tanggal 6 September 2023 lalu telah cukup sukses memikat para pecinta film horor dengan banyaknya penonton dalam tiap jam tayangnya. Dalam film horor tersebut salah satu plot atau alur yang membingkai keseluruhan cerita adalah kisah kehadiran kembali teror iblis Valak yang mencari relikui suci kedua bola mata milik seorang kudus yang bernama Santa Lusia. Sebagai informasi, menurut KBBI relikui adalah barang peninggalan orang suci yang dianggap keramat atau memiliki kekuatan.
Saint Lucy of Syracuse atau yang lebih dikenal dengan Santa Lusia adalah seorang kudus dan martir Kristen yang berasal dari kota Syracuse Italia. Dikutip dari laman Britannica, Santa Lusia meninggal di tahun 304 M, ia menjadi martir dibunuh oleh penguasa Romawi pagan karena mempertahankan iman Kristennya. Santa Lusia merupakan salah satu orang kudus dari masa Kekristenan awal yang sangat dikenal oleh umat Kristen karena kesalehan hidupnya, ia telah dikenal sebelum abad ke-5 M.
Santa Lusia merupakan pribadi yang sangat dihormati di Gereja Katolik Roma, Gereja Anglikan, Gereja Lutheran dan Gereja Orthodox. Gereja Katolik Roma merayakan pesta namanya setiap tanggal 13 Desember yang merupakan hari kemartirannya.
Ingin tahu lebih lanjut tentang siapa Santa Lusia ini? Simak lima fakta menariknya berikut ini, yuk!
Baca Juga: Rekap Cerita Film The Nun Pertama, Pengingat Sebelum Nonton The Nun 2
1. Berasal dari keluarga bangsawan
Vaticannews melansir, kisah Santa Lusia diceritakan dalam kisah martir dan kumpulan kisah tradisi populer, dari sejumlah inskripsi yang ada, diketahui Santa Lusia berasal dari keluarga bangsawan kaya Italia. Ia lahir pada akhir abad ke-3 M di kota Syracuse dan dibesarkan sebagai seorang Kristen, agama yang mulai berkembang di pusat Kekaisaran Romawi dan tidak disenangi oleh penguasa Romawi karena iman Kristen yang menentang untuk menjalankan ritual kepada dewa-dewa pagan Romawi kuno. Sejarah mencatat sejumlah kaisar Romawi melakukan persekusi hebat kepada penganut agama Kristen di Roma hingga Kaisar Konstantinus Agung menaiki takhta Kekaisaran di abad ke-4 M dan menjadi Kaisar Romawi pertama yang menganut agama Kristen.
Santa Lusia masih kecil ketika ia kehilangan ayahnya dan sejak ayahnya meninggal, ibunya yang bernama Eutychia membesarkannya dengan cinta dan dedikasi. Saat usia remaja, Lusia remaja merenungkan rencana pengabdian penuhnya kepada Tuhan dan tidak menikah, namun rencana itu tidak diungkapkan kepada ibunya. Karena tidak mengetahui niatan putrinya tersebut, ibunya menjodohkannya dengan pemuda yang bukan seorang Kristen. Santa Lusia dengan berbagai dalih menunda rencana pernikahan tersebut dan ia percaya pada doa dan penyelamatan Ilahi karena ia ingin menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
2. Menjadi martir Kristen di era Kekaisaran Romawi pagan
Apa yang diniatkan oleh Santa Lusia sejak masa remajanya untuk mengabdi secara penuh kepada Tuhan menjadi kenyataan ketika pada tahun 301 M ia dan ibunya melakukan perjalanan ziarah ke makam Santa Agatha di kota Catania. Setelah ziarah itu ibunya yang sakit pendarahan mengalami mukjizat kesembuhan dan Santa Lusia meminta izin ibunya untuk menjual mahar yang telah diberikan calon suaminya untuk diberikan sebagai amal kepada orang miskin. Mengetahui hal itu calon suaminya marah besar dan melaporkan Santa Lusia kepada Pejabat pemerintah Romawi bahwa Lusia adalah seorang Kristen.
Sumber-sumber sejarah menyebutkan, pada saat itu Kaisar Romawi yang berkuasa adalah Kaisar Diocletian, seorang kaisar yang melakukan persekusi sangat kejam terhadap umat Kristen. Santa Lusia ditangkap, diinterogasi dan diadili di ruang publik sebagai peringatan untuk orang Kristen lainnya. Untuk menghina kesuciannya, hakim memerintahkannya untuk membawanya ke rumah bordir namun mukjizat terjadi tubuhnya tidak bisa dipindahkan oleh para tentara bahkan dengan bantuan seekor lembu sekalipun. Ia diperintahkan untuk dibakar namun api tidak melukainya, hingga algojo dengan kejam memenggal kepalanya dan saat itu ia menerima piala kemartirannya karena mempertahankan imannya akan Yesus Kristus.
Baca Juga: 5 Film Horor Bonnie Aarons selain The Nun, Si Valak yang Menyeramkan
Editor’s picks
3. Santa pelindung orang buta dan mereka yang memiliki masalah penglihatan
Dalam penggambaran seniman di berbagai lukisan di abad pertengahan, salah satu kekhasan lukisan figur Santa Lusia adalah penggambarannya yang membawa cawan yang berisi bola matanya. Terdapat dua versi mengenai hal ini, sumber-sumber di abad ke-15 menyebutkan matanya dicungkil secara kejam oleh algojo Romawi ketika ia dieksekusi dan sebagaimana dilansir oleh laman Santuariodilucia terdapat versi yang mengisahkan ada seorang pelamarnya yang mengagumi keindahan matanya dan Santa Lusia memberikan sendiri bola matanya kepadanya karena ia tidak ingin ada yang menghalanginya untuk mengabdikan dirinya secara penuh kepada Tuhan dan imannya.
Karena hubungan ikoniknya dengan mata, Santa Lusia menjadi santa pelindung untuk orang-orang buta dan juga orang kudus pelindung mata. Dalam tradisi Katolik Roma, banyak orang-orang dengan penyakit mata memohon kesembuhan kepada Tuhan dengan perantaraan Santa Lusia ini. Dalam berbagai tradisi, selain sebagai santa pelindung orang-orang buta, Santa Lusia juga merupakan santa pelindung para ahli kacamata, tukang listrik tukang kaca, petani dan penulis.
4. Pesta namanya menjadi tradisi di negara-negara Skandinavia
Karena terkenal dengan kesalehan hidup dan kemartirannya, pesta nama Santa Lusia setiap tanggal 13 Desember menjadi tradisi di sejumlah negara Skandinavia seperti Swedia, Norwegia dan Finlandia. Dilansir Britannica, di negara-negara Skandinavia tersebut, setiap kota memilih pemeran Santa Lusianya sendiri. Festival dimulai dengan prosesi yang dipimpin oleh orang yang ditunjuk sebagai pemeran Santa Lusia yang kemudian diikuti oleh gadis-gadis muda berpakaian putih dan mengenakan mahkota bunga yang terang di kepala mereka. Anak laki-laki mengenakan kostum seperti pajama putih serta menyanyikan lagu-lagu tradisional.
Festival tersebut menandai awal masa Natal di Skandinavia dan dimaksudkan untuk membawa harapan dan terang selama masa paling gelap dalam setahun. Saat itu sekolah-sekolah biasanya tutup setengah hari dan keluarga-keluarga yang memperingati hari Santa Lusia di rumah mereka akan meminta salah satu putri mereka (biasanya anak tertua) berpakaian putih dan menyajikan kopi serta makanan panggang seperti roti kunyit (lussekatter) dan biskuit jahe kepada anggota keluarga lainnya. Makanan tradisional ini juga diberikan kepada tamu yang berkunjung di siang hari.
5. Makamnya berada di Gereja San Geremia, Venesia, Italia
Selama periode ratusan tahun jasad Santa Lusia sempat berpindah-pindah ke berbagai tempat namun sebagaimana dikutip dari laman Venetoinside, persemayaman jasad Santa Lusia saat ini berada di dalam Gereja San Geremia, sebuah gereja di kota Venesia Italia. Jasad Santa Lusia telah ada di dalam gereja tersebut sejak tahun 1861. Ribuan peziarah dari berbagai tempat mengunjungi gereja ini untuk berdevosi dan menghormati Santa Lusia yang terkenal dengan kesalehan hidup dan imannya kepada Yesus Kristus.
Terdapat fakta menarik mengenai keberadaan jasad Santa Lusia di gereja San Geremia ini, pada tanggal 7 November 1981, dua orang pemuda bersenjatakan pistol memecahkan kotak kaca yang menyimpan jasad Santa Lusia dan mencuri relik suci tersebut namun mereka meninggalkan bagian kepala dan topeng peraknya. Relikui suci tersebut akhirnya ditemukan oleh pihak berwajib di kawasan Laguna Montiron dan beberapa orang tersangka ditangkap. Pada tanggal 13 Desember 1981, tepat pada saat pesta nama Santa Lusia, relikui suci tersebut dikembalikan ke Gereja San Geremia yang disambut dan dirayakan secara meriah oleh banyak jemaat.
Semoga informasi ini bisa menambah wawasan kamu mengenai salah satu tokoh religius terkenal dari masa lalu yang relikuinya menjadi alur cerita di film "The Nun II", ya!
Baca Juga: 7 Fakta Jonas Bloquet, Pemeran Maurice dalam Film The Nun 2
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.