5 Hal Tentang Superfood yang Tidak Seindah Namanya

Memperparah deforestasi

Sejak beberapa tahun lalu, superfood  masuk dalam salah satu isu paling santer dikampanyekan. Bahan makanan dengan kandungan nutrisi super melebihi bahan makanan lain tersebut sudah mengubah pola konsumsi banyak orang di dunia.

Namun, apakah benar superfood seperkasa itu? Nyatanya banyak hal yang perlu kamu pertimbangkan ulang. Berikut kelima fakta tentang superfood, termasuk sisi gelapnya. Baca baik-baik. 

1. Superfood  adalah mitos 

5 Hal Tentang Superfood yang Tidak Seindah Namanyainstagram.com/oh_thats_treshmartin

Dilansir dari Live Science, para ahli dan peneliti menganggap bahwa superfood hanyalah nomenklatur bisnis atau marketing. Dengan label superfood, sebuah makanan bisa dihargai lebih tinggi dan akan lebih laku di pasaran. Kenyataannya tidak ada bahan makanan yang nutrisinya melebihi bahan makanan lain hingga disebut super. Semua bahan makanan dari alam secara natural memiliki kandungan yang berbeda-beda dan tidak ada yang memiliki segalanya. 

2. Superfood bukan satu-satunya sumber nutrisi 

5 Hal Tentang Superfood yang Tidak Seindah Namanyainstagram.com/australianblueberries

Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, superfood seperti quinoa, zaitun, kakao, kale, beri, kacang almond hingga alpukat memang kaya antioksidan dan vitamin. Namun, bukan berarti kamu tidak membutuhkan wortel, buncis, mangga, susu, dan buah-buahan lain.

Mustahil bagi seseorang untuk mengonsumsi superfood sebagai bahan makanan harian tanpa asupan bahan makanan lain. Nyatanya, wortel dan tomat yang jauh lebih murah tidak berarti nutrisinya jauh lebih rendah dibandingkan makanan berlabel super. 

3. Memperparah deforestasi

5 Hal Tentang Superfood yang Tidak Seindah Namanyatheguardian.com

Kebanyakan superfood hanya bisa tumbuh di lokasi-lokasi tertentu, terutama wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Tak heran harganya pun cukup mahal.

Apalagi sudah jadi wawasan umum bahwa pertanian banyak sekali menyerap sumber air tanah dan merusak kualitas tanah. Itulah yang kemudian membuat beberapa produk pertanian membutuhkan lahan baru. Diperparah dengan permintaan yang terus meningkat sehingga mengharuskan pertanian merambah lahan yang sebenarnya merupakan jatah hutan hujan tropis alias mendorong deforestasi.

Baca Juga: Kulit Kamu Juga Perlu ‘Makan’ Tuh, Bisa Kasih 5 Superfood Ini 

4. Proses produksinya tidak selalu ethical

5 Hal Tentang Superfood yang Tidak Seindah Namanyainstagram.com/nytimes

Proses produksi superfood juga sering disorot karena kurang etis. Tidak ramah lingkungan sudah jelas terbukti. Selain itu, harga superfood yang tinggi tidak sebanding dengan kesejahteraan petani dan pekerja yang terlibat dalam proses produksinya. 

Dari jurnal yang ditulis Ainhoa Magrach dan María José Sanz, banyak petani alpukat di Amerika Selatan yang harus berurusan dengan kartel saat akan mengekspor produk mereka. The New York Times juga sempat menyorot kehidupan petani delima di Afghanistan yang keberlangsungan produksinya sering terhambat konflik antara Taliban dan pemerintah. Belum lagi eksploitasi kera di perkebunan kelapa di Asia Tenggara dan India. 

5. Solusinya, pertahankan konsumsi bahan makanan lokal 

5 Hal Tentang Superfood yang Tidak Seindah Namanyainstagram.com/curiousmekeithtea_garden

Sebenarnya Indonesia bukan negara konsumen superfood terbesar. Namun, alangkah baiknya kita mempertahankan pola konsumsi yang sudah ada, yaitu membeli bahan makanan lokal di pasar terdekat. Atau pilih jenis sayur dan buah tertentu yang dapat ditanam sendiri di kebun belakang rumah jika memungkinkan. Tidak perlu selalu membeli superfood impor hanya karena termakan nomenklatur marketing. 

Baca Juga: Gak Perlu Produk Impor, Ini 8 Superfood Lokal yang Ada Sekitarmu!

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya