6 Krisis dan Konflik Besar Dunia yang Ternyata Warisan Inggris 

Israel-Palestina sampai Rohingya  

Inggris dikenal sebagai negara yang gemar melakukan okupasi di berbagai penjuru dunia. Tak heran peninggalannya pun bertebaran di berbagai negara. Ada yang baik tentunya, tetapi tidak sedikit yang membuka luka dan meninggalkan jejak berupa konflik dan krisis. Setidaknya ada enam konflik dan krisis besar yang ternyata dipicu oleh kebijakan Inggris di masa kolonial. Apa saja? 

1. Konflik Israel dan Palestina 

6 Krisis dan Konflik Besar Dunia yang Ternyata Warisan Inggris Unsplash/Cole Keister

Konflik legendaris ini adalah salah satu konflik tertua dan paling pelik dalam konstelasi politik dunia. Dimulai dari pendudukan Kekaisaran Ottoman di wilayah Palestina sekitar tahun 1500an. Pendudukan berlangsung selama beberapa abad hingga di tahun 1912, Inggris datang dan membantu warga Arab memberontak dari Ottoman. Peristiwa tersebut disebut sebagai Arab Revolts. 

Setelah berhasil menyingkirkan Ottoman, Inggris membantu para petinggi Palestina untuk mengatur administrasi sebuah negara baru berjanji akan memberikan kemerdekaan penuh bagi penduduk Arab yang menempati wilayah Palestina. Termasuk minoritas warga Yahudi yang ada di sana.

Janji tersebut ditulis dalam Balfour Declaration yang bahkan selama bertahun-tahun dianggap sebagai salah satu hal berharga oleh warga Palestina. Hingga akhirnya orang sadar bahwa deklarasi tersebut penuh kontroversi. Di dalamnya termakhtub bahwa Inggris akan membantu pembangunan sebuah negara sebagai rumah bagi etnis Yahudi serta Federasi Zionisnya. Lewat perjanjian itu pula Inggris berusaha membagi wilayah pemukiman warga Arab dan Yahudi yang akhirnya menimbulkan masalah besar hingga sekarang. 

2. Konflik India dan Pakistan 

6 Krisis dan Konflik Besar Dunia yang Ternyata Warisan Inggris Unsplash/Supriya S

Tidak hanya Palestina dan Israel, konflik juga dibuat Inggris di wilayah India. Saat itu, India dan Pakistan bukanlah negara yang terpisah. Warga India yang multietnis dan berbeda agama hidup rukun dan tentram. Namun, semua berubah saat Inggris datang menguasai wilayah itu. Sama seperti Belanda, mereka menerapkan strategi politik adu domba dengan menerapkan segregasi antar etnis agar penduduk India sibuk berkelahi melawan bangsanya sendiri dibanding melawan penjajah.

Hal ini kemudian memuncak di masa-masa akhir pendudukan Inggris sebelum kemerdekaan India. Rencana awalnya warga Islam, Sikh, dan Hindu tetap disatukan dalam satu pemerintahan dengan sistem perwakilan di parlemen. Namun, dengan konflik antar etnis dan agama yang terus menegang, Mohammad Ali Jinnah yang merupakan pimpinan perwakilan warga muslim menyuarakan kekhawatirannya akan kepemimpinan politisi Hindu. Ia menuntut dibuatnya negara merdeka lain bernama Pakistan. 

Di tahun 1947, Inggris proses peralihan kekuasaan antara Inggris ke India dan Pakistan dimulai. Inggris akhirnya membuat garis pembatas antara Pakistan dan India yang didasari oleh mayoritas agama penduduknya. Warga muslim yang berada di wilayah India diminta untuk pindah ke wilayah Pakistan dan sebaliknya. Parahnya, proses migrasi ini sangat menyita waktu, tenaga, dan pikiran.

Tak sedikit dari warga yang meninggal dunia selama proses tersebut dan hingga kini menyisakan luka mendalam sehingga memupuk tensi antar dua agama. Ditambah dengan fakta bahwa pusat ekonomi tertumpuk di wilayah India dan menyisakan kemiskinan di Pakistan. 

3. Perang berkepanjangan di Afghanistan 

6 Krisis dan Konflik Besar Dunia yang Ternyata Warisan Inggris nationalgeographic.org

Semua ternyata berawal dari konflik perbatasan Afghanistan dan Pakistan yang dikenal dengan nama Garis Durand. Ia merupakan warisan kolonial Inggris di India (sebelum pembentukan negara Pakistan). Wilayah tersebut sebenarnya merupakan garis pegunungan yang memanjang dan dianggap kaya akan sejarah dan budaya oleh warga Afghanistan. Wilayah tersebut dihuni oleh suku Pashtun, tetapi dengan adanya garis tersebut separuh penduduk Pashtun berarti tinggal di bagian India atau sekarang Pakistan. 

Saat Inggris meninggalkan India dan Pakistan, Afghanistan sempat meminta dialog untuk melakukan revisi pada garis perbatasan tersebut tetapi ditolak mentah-mentah. Di tahun 1960an, saat perang dingin terjadi Pakistan berada di bawah perlindungan Amerika Serikat dan Inggris, sementara Afghanistan didukung oleh Uni Soviet.

Keterlibatan dua negara besar tersebutlah yang akhirnya mengubah tatanan Afghanistan selamanya. Uni Soviet dianggap terlalu banyak mencampuri urusan dalam negeri Afghanistan dan memicu terjadinya pemberontakan Taliban yang didukung oleh Amerika Serikat. Taliban sempat dipandang Pakistan dan Amerika Serikat sebagai kelompok yang nantinya akan membawa kedamaian dengan menyetujui Garis Durand dan bisa mengontrol kelompok nasionalis Pashtun yang ingin memerdekakan diri dari Pakistan. Namun, ternyata tebakan tersebut salah. 

4. Perebutan wilayah Siprus 

6 Krisis dan Konflik Besar Dunia yang Ternyata Warisan Inggris Unsplash/Free To Use Sounds

Siprus adalah negara kecil di antara Eropa, Asia, dan Afrika Utara yang sejak lama dihuni penduduk etnis Turki dan Yunani secara bersama-sama. Mereka hidup relatif damai di dua pemukiman yang terpisah selama berada di bawah Kekaisaran Ottoman. Inggris kemudian datang karena melihat potensi di wilayah tersebut. Selain cocok sebagai pangkalan militer, Siprus juga punya satu kawasan yang kaya energi. 

Ottoman yang dalam krisis di masa itu menyerahkan kepemimpinannya pada Kerajaan Inggris dengan syarat mereka akan mempertahankan Siprus dari Kekaisaran Rusia yang sedang berekspansi pula. Di masa pendudukan Inggris sekitar tahun 1950an, warga keturunan Yunani mulai menyuarakan keinginannya untuk menyatukan Siprus dengan Yunani.

Tentu warga keturunan Turki menolaknya. Inggris sendiri berada di posisi Turki karena Turki dipandang bisa mempertahankan Siprus pada status quo serta melindunginya kepentingannya di Siprus. Posisi Inggris yang tidak netral tersebut justru membuat konflik antar etnik terpupuk subur di Siprus hingga sekarang.

Baca Juga: Menarik, 7 Tempat di Morotai Ini Menyimpan Sejarah Perang Dunia II

5. Konflik perbatasan India-Tiongkok 

6 Krisis dan Konflik Besar Dunia yang Ternyata Warisan Inggris Unsplash/Nilotpal Kalita

Tidak hanya dengan Afghanistan, perbatasan India dengan Tiongkok pun tak lepas dari perdebatan sengit. Semua berawal dari Lieutenant Colonel Sir Arthur Henry McMahon yang namanya dipakai untuk membuat garis perbatasan antara India dan Tiongkok di tahun 1914. Ia menjabat sebagai salah satu petinggi di wilayah pendudukan Inggris di India saat itu.

Garis tersebut disetujui oleh Tibet dan India dan dianggap sebagai garis dalam peta resmi mereka. Namun, Tiongkok yang jelas menentangnya karena tidak mengakui Tibet sebagai negara merdeka yang bisa menyetujui perjanjian perbatasan. Saat Partai Komunis menguasai pemerintahan Tiongkok pada 1949, mereka semakin gencar menyatukan Tibet dalam bagian negaranya dan bersikeras menyangkal Garis McMahon.

Bertolakbelakang dengan India yang memegang teguh Garis McMahon dan bahkan sempat mengakui kemerdekaan Tibet secara de facto. Hingga kini India dan Tiongkok belum menemukan kesepakatan dan saling mengklaim bahwa salah satu dari mereka melanggar garis hingga tak jarang menelan korban dari warga sipil. 

6. Rohingnya yang terkatung-katung 

6 Krisis dan Konflik Besar Dunia yang Ternyata Warisan Inggris lowyinstitute.org

Sebelum dikenal dengan nama etnis Rohingya, sebenarnya mereka adalah warga muslim asal Bangladesh yang menempati Rakhine State sejak tahun 1430an. Saat itu wilayah tersebut adalah sebuah kerajaan independen sampai Kerajaan Burma atau yang kini dikenal sebagai Myanmar datang dan menguasai wilayah tersebut. Beberapa abad berikutnya, Inggris berhasil mengalahkan Kerajaan Burma dan otomatis menguasai Rakhine State. Kedatangan Inggris tentu disertai pula oleh motif ekonomi, pekerja asal Bangladesh pun turut berdatangan dan memadati Rakhine State untuk mencari nafkah. 

Inggris bahkan menjanjikan mereka status otonomi sendiri sebagai balas budi atas kontribusi mereka dalam Perang Dunia II. Namun, janji hanyalah janji. Di tahun 1984 Myanmar berhasil memerdekakan diri dari pendudukan Inggris. Ironisnya, inilah titik di mana status warga muslim yang kini dikenal sebagai Rohingya menjadi terkatung-katung. Myanmar memilih untuk tidak mengakui status kewarganegaraan mereka, mengusirnya dari wilayah Myanmar, bahkan melakukan pembataian besar-besaran. Sementara Bangladesh pun tidak bersedia menerima mereka. 

Ternyata dampak kebijakan kolonial Inggris cukup besar di dunia, bahkan memicu konflik hingga berpuluh-puluh tahun setelahnya. 

Baca Juga: Kisah 12 Gedung Jejak Kolonial di Indonesia, Bagaimana Kondisinya?

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya