Mengapa Poligami Umum Ditemukan di Afrika Sub-Sahara?

Ada kaitannya dengan sejarah perdagangan budak

Poligami merupakan salah satu pilihan hidup yang jadi perdebatan. Survei PEW Research Center yang dipublikasi pada 2020 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk dunia menganggap poligami sebagai sebuah tindakan amoral. 

Menariknya, survei tersebut juga menunjukkan bahwa poligami ternyata banyak dilakukan penduduk di region tertentu. Afrika Sub-Sahara, terutama Afrika Barat dan Tengah adalah region yang dimaksud. Dari data tersebut, Burkina Faso, Mali, Gambia, Niger, dan Nigeria menempati posisi tertinggi persentase penduduk terlibat dalam pernikahan poligami, yakni di angka 28 sampai 36 persen. 

Apa yang menyebabkan praktik poligami umum ditemukan di wilayah tersebut? Berikut beberapa faktor pendorongnya. 

1. Rasio gender penduduk yang timpang akibat perdagangan budak masa kolonial

Mengapa Poligami Umum Ditemukan di Afrika Sub-Sahara?ilustrasi pria (Pexels.com/Thomas Hauke)

John T. Dalton dan Tin Cheuk Leung dalam tulisan mereka, "Why Is Polygyny More Prevalent in Western Africa? An African Slave Trade Perspective" di jurnal Economic Development and Cultural Change menemukan adanya kaitan erat antara perdagangan budak dengan kecenderungan poligami. Lebih spesifiknya, poligini (laki-laki yang menikahi lebih dari satu perempuan) di Afrika Sub-Sahara. 

Penyebabnya bisa ditarik dari sejarah perdagangan budak trans-Atlantik di masa kolonial Eropa. Pada masa itu, budak laki-laki lebih diminati ketimbang perempuan. Akibatnya, rasio gender penduduk di Afrika pun mengalami ketimpangan. Parahnya, ini berlangsung dalam waktu yang lama. Bukan hitungan tahun seperti peperangan, pengurangan jumlah penduduk laki-laki di Afrika berlangsung selama berabad-abad. 

2. Keluarga bisa jadi media berbagi beban kerja 

Mengapa Poligami Umum Ditemukan di Afrika Sub-Sahara?ilustrasi ayah dan anak-anaknya (Pexels.com/Muhammad-taha Ibrahim)

Perdagangan budak juga menyebabkan kondisi hidup warga Afrika jadi tidak menentu. Untuk bertahan hidup, orang pun melakukan pernikahan guna menyelamatkan aset mereka dan menjamin keberlangsungan bisnis keluarga. Pada masa itu, mayoritas penduduk Afrika Sub-Sahara bertahan hidup dengan bercocok tanam. Perempuan serta anak-anak turut serta bekerja di sawah dan kebun. 

Ini pula yang memunculkan keyakinan bahwa semakin banyak anggota keluarga, semakin makmur dan ringan beban hidup ini. Hayase dan Liaw dalam publikasi berjudul "Factors On Polygamy in Sub-Saharan Africa: Finding Based on the Demographic and Health Suverys" di jurnal The Developing Economies, berargumen bahwa pernikahan poligami dianggap masyarakat Afrika Sub-Sahara sebagai cara untuk memastikan aset keluarga terkelola dengan baik. Caranya dengan menggerakkan anggota keluarga untuk menggarap lahan atau melanjutkan bisnis keluarga.  

Hal ini berlaku pula di ranah lebih sempit. Keberadaan istri kedua, ketiga, dan seterusnya bisa dimanfaatkan istri pertama untuk berbagi beban peran domestik, seperti menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak. 

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Mengenai Benua Afrika, Penuh Sejarah!

3. Tuntutan tinggi untuk memiliki banyak anak 

Mengapa Poligami Umum Ditemukan di Afrika Sub-Sahara?ilustrasi ibu dan anak (Pexels.com/Dazzle Jam)

Hayase dan Liaw juga menyoroti faktor tuntutan reproduksi yang tinggi di masyarakat Afrika Sub-Sahara. Keluarga dan kolektivitas sosial adalah hal esensial dalam hidup mereka. Itulah yang menjelaskan adanya kecenderungan mengagungkan keberadaan keturunan. Anak, terutama laki-laki, dianggap sebagai penerus garis keluarga patriarki di sana. 

Lebih jauh, Mbatha dalam tulisannya "In and Out of Polygyny: A Case of Black South African Women’s Experiences of Marriage" menyoroti kecenderungan masyarakat Afrika melihat anak sebagai aset ekonomi dan jaminan masa tua. Untuk bisa mendapatkan banyak anak, masyarakat Afrika tidak segan melakukan poligami. Tentunya, peluang poligami atau poligini akan semakin besar ketika istri pertama mereka mengalami masalah infertilitas. 

4. Kemiskinan dan ketidaksetaraan akses pendidikan

Mengapa Poligami Umum Ditemukan di Afrika Sub-Sahara?ilustrasi bocah perempuan (Pexels.com/Pixabay)

Riset Hayase dan Liaw  menemukan bahwa meningkatnya level pendidikan perempuan dan modernisasi di sebuah negara berbanding terbalik dengan jumlah pernikahan poligami. Artinya, ada kecenderungan bahwa poligami dilakukan karena alasan-alasan ekonomi dan minimnya akses pada informasi.

Hal ini diamini Diana Loubaki dalam jurnal berjudul "Marriages, Polygamous, Early Fertility and Development in Congo". Menurut temuannya, perempuan dengan latar belakang pendidikan minim memiliki risiko lebih tinggi untuk jadi bagian dari pernikahan poligami. Ini karena kebanyakan dari mereka cenderung tidak bekerja dan mengandalkan penghasilan suami. 

5. Jebakan kemiskinan akibat poligami 

Mengapa Poligami Umum Ditemukan di Afrika Sub-Sahara?ilustrasi anak-anak bermain di sungai (Pexels.com/Safari Consoler)

Mirisnya, tidak semua laki-laki atau suami dalam pernikahan poligami bertanggung jawab sebagaimana mestinya. Mereka seharusnya memiliki penghasilan yang cukup untuk menafkahi istri-istri dan anak-anaknya, tetapi tak sedikit yang justru terjebak dalam jurang kemiskinan. 

Liputan Reuters pada 2018 di Kenya menemukan banyak kasus di mana suami meninggalkan istri dan anak-anak mereka karena memiliki keluarga lain dari istri berikutnya. Akibatnya, banyak anak yang tak bisa menyelesaikan sekolah dan pada akhirnya menikah dini atau menjadi tenaga kerja dengan upah rendah. Kasus serupa juga ditemukan The Los Angeles Times di Senegal. 

Baca Juga: 12 Pemimpin Monarki Terlama dalam Sejarah, Tak Hanya Inggris

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya