La Guajira, Semenanjung di Utara Kolombia yang Ditinggali Suku Wayuu

Rumah untuk masyarakat matriarkal di Kolombia 

La Guajira adalah sebuah nama semenanjung yang terletak di ujung Utara Amerika Selatan. Tepatnya di perbatasan Kolombia dan Venezuela. Secara penampakan, ia berupa gurun yang berbatasan langsung dengan Laut Karibia. 

Kawasan ini cukup menarik karena dihuni suku Wayuu, salah satu komunitas penduduk asli benua Amerika yang menganut sistem matriarki. Sayangnya, lanskap alam yang kaya biodiversitas dan warisan budaya ini rusak karena eksploitasi berlebihan. 

1. Bentang alamnya didominasi gurun dengan iklim kering 

La Guajira, Semenanjung di Utara Kolombia yang Ditinggali Suku Wayuusalah satu spot wisata favorit di La Guajira (instagram.com/bertinaaaa)

La Guajira didominasi bentang alam berupa gurun dan pantai. Kawasan ini menjadi rumah untuk berbagai burung langka eksotis dan organisme laut. Merujuk Vasquez-Carrillo dan Sealey dalam "Biodiversity of Upwelling Coastal Systems of the Southern Caribbean Sea Adjacent to Guajira Peninsula", sejumlah spesies yang paling banyak ditemukan adalah penyu, pohon bakau, flamingo, pelikan, dan berbagai ikan komersial lainnya. 

Masih dari sumber yang sama, ada tiga faktor yang menyebabkan tingginya biodiversitas di La Guajira. Mereka adalah perairan yang kaya nutrisi, dasar laut yang memiliki tekstur kompleks, dan minimnya intervensi manusia. 

2. Rawan kekeringan dan minim akses kesehatan

La Guajira, Semenanjung di Utara Kolombia yang Ditinggali Suku Wayuurumah tradisional suku Wayuu di Guajira (twitter.com/OngWayuu)

Meski begitu, kawasan ini memiliki iklim yang kering dengan suhu yang cukup panas, yaitu rata 35-42 derajat Celcius. Tipikal gurun sebenarnya, tetapi inilah yang sering menjadi masalah bagi para penduduk. Mojica, dkk dalam tulisannya yang berjudul "The Fight of the Wayuu Ethnic Community against the Drought in La Guajira, Colombia" menyebut bahwa kekeringan sudah jadi masalah sejak lama di kawasan tersebut.

Pemerintah sempat membangun sumur untuk memompa air tanah pada tahun 1950-an, tetapi kini sudah tak berfungsi karena minimnya perawatan. Kondisi semakin parah dengan perubahan iklim yang membuat curah hujan terus berkurang dan air sungai menyusut. Mojica juga menyebut bahwa sejak tahun 2012, La Guajira tidak lagi memiliki musim penghujan seperti biasanya. 

Kekeringan menyebabkan penduduk Guajira susah mendapatkan makanan. Mojica juga menyebut angka mencengangkan terkait kematian anak-anak di kawasan tersebut. National Department of Statistics in Colombia (DANE) mencatat bahwa ada lebih dari 4000 anak di Guajira yang meninggal sepanjang 2008 sampai 2013. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan gizi. Hal serupa diungkap Mongabay dalam liputan mereka pada 2020 yang menyebut bahwa orang dewasa pun tak luput dari ancaman kekurangan gizi. 

Baca Juga: Sejarah Ngaben Tanpa Api di Desa Lemukih Buleleng, Unik!

3. Krisis air tidak mempengaruhi operasional tambang batu bara

La Guajira, Semenanjung di Utara Kolombia yang Ditinggali Suku Wayuukegiatan pertambangan batu bara di Cerrejon, Kolombia (twitter.com/paisminero)

Selain kaya biodiversitas, La Guajira juga menyimpan sumber daya alam berupa batu bara. Batu bara secara perlahan mengikis lahan pertanian dan menyisakan debu yang menyesakkan. Guajira dinobatkan sebagai lokasi tambang batu bara terbesar di Kolombia. Namun, masyarakatnya tetap hidup di bawah garis kemiskinan. 

Dilansir The Guardian, kawasan tambang yang bernama Cerrejón tersebut dikelola oleh tiga perusahaan besar, yaitu Xstrata (Inggris-Swiss), BHP Billiton (Australia), dan Anglo American (Inggris). Pengelola tambang enggan disalahkan dan mengklaim bahwa mereka selalu membayar royalti tepat waktu ke pemerintah pusat. Namun, khas masalah negara berkembang, hasilnya tak pernah benar-benar dinikmati rakyat. 

4. Menjadi tempat tinggal suku Wayuu yang menganut sistem matriarki 

La Guajira, Semenanjung di Utara Kolombia yang Ditinggali Suku Wayuupotret perempuan dari suku Wayuu di La Guajira, Kolombia (instagram.com/quietachiever2)

Menurut data yang dipakai Lennon, dkk dalam jurnal yang berjudul "Health Characteristics of the Wayuu Indigenous People", orang Wayuu memiliki total populasi 270 ribu yang menjadikannya komunitas warga pribumi dengan populasi terbesar di Kolombia. Sekitar 90 persen dari mereka tinggal di La Guajira. 

Wayuu unik karena mereka menganut sistem matriarki di mana perempuan memiliki kesempatan menjadi pemimpin dan bisa menyuarakan pendapat. Meski begitu, seorang perempuan asal Guajira bernama Fabrina Acosta-Contreras dalam esainya di Cambridge Core mengaku bahwa machoisme tetap ada dan perempuan tetap harus mematuhi beberapa batasan terutama cara berpakaian dan berperilaku. 

Suku Wayuu hidup dengan bertani dan beternak dalam skala kecil. Namun sekarang sumber pangan mereka terus menipis karena kekeringan dan alam yang rusak karena eksploitasi batu bara.

Mereka juga sangat memegang teguh peninggalan leluhur mereka dan masih mengandalkan dukun saat mengalami masalah kesehatan. Ini didorong pula oleh susahnya akses kesehatan karena letak geografis Semenanjung La Gujaira yang terpencil. 

Meski begitu, Lennon, dkk menemukan bahwa orang-orang Wayuu memiliki daya tahan tubuh yang luar biasa. Sangat jarang menemukan orang yang mengalami osteoartritis, kanker kulit, dan darah tinggi. Meski tak bisa dimungkiri, mereka memiliki berat badan yang kurang dari standar normal. Ini mengonfirmasi adanya kasus malnutrisi di Guajira.  

5. Kawasan strategis yang sarat konflik kepentingan 

La Guajira, Semenanjung di Utara Kolombia yang Ditinggali Suku Wayuupotret warga Guajira yang memasak di dapur tradisional (twitter.com/Dejusticia)

Acosta-Contreras dalam esainya juga mengkritisi bagaimana eksploitasi sumber daya alam yang sekarang terjadi di Guajira dilakukan lewat kacamata entitas kapitalis belaka. Perusahaan pertambangan dan pemerintah melihatnya sebagai bisnis yang menguntungkan dan bisa membuka lapangan kerja.

Dilansir liputan Mongabay, ternyata baru bara dari Kolombia diekspor ke sejumlah negara Eropa untuk memenuhi kebutuhan listrik di kota-kota. Tak ada yang pernah mendengar keluhan warga pribumi yang menurut laporan The Guardian hanya butuh air dan fasilitas transportasi. 

Kasus Guajira seakan memperkuat teori interdependensi kota dan desa. Sayangnya, area pinggiran sering kali dieksploitasi untuk kebutuhan perkotaan tanpa imbal balik yang setimpal. 

Baca Juga: 5 Kerajaan Tua di Semenanjung Iberia, Cikal Bakal Terbentuknya Spanyol

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya