Fakta Mika, Mineral Berkilau yang Makin Dicari Namun Problematik

Melibatkan pekerja anak dan proses penambangannya

Mika adalah salah satu jenis mineral sejak lama dikenal karena fungsinya sebagai penghantar listrik. Ia paling sering kita temukan di barang-barang elektronik dan alat pemanas. Sifat lain yang melekat pada mika adalah elastis, tidak mudah meleleh, dan keterhantaran termalnya rendah sehingga cocok jadi bahan insulator.

Selain itu, ia memiliki sifat berkilau yang membuatnya ideal jadi bahan coating untuk mobil hingga campuran asphalt tiles (genteng bitumen). Beberapa tahun belakangan, pamornya kian naik karena dipakai sebagai bahan campuran makeup agar menghasilkan efek shimmery dan glittery. Apa sih sebenarnya asal-usul mika? Berikut fakta menarik di balik mineral berkilau tersebut. 

1. Mika berbentuk lembaran yang berkilau dan transparan, mirip potongan kaca

Fakta Mika, Mineral Berkilau yang Makin Dicari Namun Problematikpotret batuan mika di bekas tambang Joseph Mica Mine, New Mexico, AS (instagram.com/wowartsci)

Melansir Encyclopedia Britannica, mika adalah mineral yang berbentuk seperti buku dengan lembaran-lembaran kristal yang saling bertumpuk satu sama lain. Ilmuwan menemukan tanda-tanda bahwa mika terbentuk dari proses vulkanik dan sebenarnya merupakan gabungan beberapa mineral yang kompleks seperti aluminium, silika, kalium oksida, besi oksida dan lain sebagainya. 

Seorang ilmuwan bernama Helen Greenwood Hansma dalam Journal of Biomolecular Structure and Dynamics bahkan pernah mempublikasikan sebuah hipotesis di tahun 2013 yang memperkirakan bahwa lembaran-lembaran mika bisa saja merupakan awal mula kehidupan. Ini karena sifat lembaran-lembaran mika yang stabil dan bisa melindungi organisme.

Ia mencoba membandingkan mika dengan enzim dan  ekosistem yang memiliki peran dalam kehidupan organisme mikroskopis. Namun, hipotesis tersebut bersifat fragile alias butuh pembuktian lebih lanjut. 

2. Terdiri dari beberapa jenis berdasarkan warna dan asalnya 

Fakta Mika, Mineral Berkilau yang Makin Dicari Namun Problematikbatuan mika dari dekat (instagram.com/pmercer_photo)

Melansir Earth Sciences Museum University of Waterloo, mika memiliki beberapa varian. Ada tiga varian yang paling sering ditemukan, yaitu muscovite, phlogopite, dan biotite. Ketiganya dibedakan dari komposisi mineral dominannya yang akan berpengaruh pula pada warna. 

Muscovite merupakan jenis mika yang didominasi aluminium dan kalium dan berwarna cukup terang. Ia sangat handal dalam menjalankan fungsinya sebagai insulator dan konduktor. Muscovite juga memiliki penampakan transparan dan berkilau sehingga kini banyak dicari untuk bahan campuran kosmetik. Bahkan dipakai dalam proses pencetakan plastik dan karet karena bisa mencegah lengket. 

Phlogopite memiliki warna merah kecokelatan yang cukup mencolok karena dominasi magnesium. Ia digunakan sebagai campuran produk berbahan plastik dan karet karena bisa menambah tingkat kekerasan dan ketahanan terhadap cuaca serta panas. 

Biotite adalah jenis mika yang ditemukan dalam bentuk serbuk, bukan lembaran. Ia didominasi besi dan magnesium dan berwarna agak kehitaman. Biotite lebih sering dipakai sebagai campuran untuk material bangunan.

Baca Juga: Penyebab Mika Lampu Mobil Kusam dan Menguning, Karena Hal Sepele

3. Banyak ditemukan di kawasan Eurasia dan Amerika Utara 

Fakta Mika, Mineral Berkilau yang Makin Dicari Namun Problematikpotret pekerja anak-anak di tambang mika di India oleh jurnalis Ravi Mishra (instagram.com/ravimishraindia)

Menurut data yang dirilis Statista, di tahun 2021 produsen terbesar mika dunia adalah Tiongkok, Finlandia, Amerika Serikat, Madagaskar, Korsel, Prancis, Kanada, India dan Turki. Data Stichting Onderzoek Multinationale Ondernemingen (SOMO) di tahun 2015 menunjukkan bahwa India berada di posisi kedua setelah Tiongkok sebagai eksportir dan produsen mika terbesar. 

India menjadi menarik karena aktivitas penambangan mika bahkan sudah eksis sejak abad ke-19. Berdasarkan Journal of the Royal Society of Arts yang dipublikasikan pada 1913, di tahun 1826 sudah melibatkan lebih dari 5000 pekerja. Laporan SOMO menemukan bahwa cadangan mika terbesar di India berada di distrik Koderma di Provinsi Jharkand. Sementara, tambangnya tersebar di beberapa provinsi lain seperti Andhra Pradesh, Bihar, dan Rajasthan. Ini belum termasuk tambang-tambang ilegal yang melibatkan pekerja anak-anak. 

Isu pekerja anak-anak di tambang mika juga ditemukan di Tiongkok dan Madagaskar. Ini berdasarkan data dari SOMO dan organisasi non profit Stop Child Labor Coalition. Tambang adalah tempat yang berbahaya untuk anak-anak karena adanya penggunaan bahan eksplosif dan risiko kecelakaan lainnya. Belum lagi, anak-anak memiliki kecenderungan untuk dibayar dengan upah yang sangat rendah bahkan dieksploitasi secara fisik dan seksual. 

Bahkan Thomson Reuters Foundation News melakukan liputan in-depth langsung tentang fenonema pekerja anak-anak di tambang mika India pada 2016. Setidaknya setiap bulannya ada 10 pekerja anak yang tewas saat bekerja berdasar kesaksian organisasi lokal bernama Bachpan Bachao Andolan (BBA) yang berusaha menumpas child labor di India. 

 

4. Permintaannya meningkat untuk kebutuhan industri kosmetik 

Fakta Mika, Mineral Berkilau yang Makin Dicari Namun Problematikkawasan Mica Mine Hike di Grand Junction, Colorado, Amerika Serikat (instagram.com/thingstodoingrandjunction)

Berdasarkan prediksi Transparency Market Research, permintaan terhadap mika akan terus bertambah dari tahun ke tahun karena budaya konsumerisme yang ikut meningkat seiring dengan urbanisasi dan dorongan untuk membuat inovasi produk. 

Ia dipakai di berbagai produk elektronik yang kita pakai dan butuhkan, dipakai pula dalam pembuatan cat dan kosmetik, bahkan masuk dalam bahan campuran bahan bangunan dan benda sehari-hari tanpa kita sadari. 

Mika sejauh ini bisa disaingi oleh poliester, polimer, nilon, fiberglass, dan selulosa asetat karena harganya yang lebih ekonomis. Namun, secara biodegradabilitas, tentu mika lebih baik karena berasal dari mineral alami. 

5. Versi sintetiknya bisa dijadikan penetral radium dan alternatif mika yang lebih ethical 

Fakta Mika, Mineral Berkilau yang Makin Dicari Namun Problematikserbuk mika di kawasan Ontario, Kanada (instagram.com/ontariominingco)

Mika menjadi problematik karena proses penambangannya yang tidak etis, banyak mempekerjakan anak-anak di bawah umur. Inilah yang kemudian mendorong beberapa produsen kosmetik menggunakan mika sintetik karena dianggap lebih ethical. Ini sejalan dengan logika bahwa mika sintetik dibuat di laboratorium, tidak ditambang oleh pekerja anak-anak yang tereksploitasi. 

Berdasarkan tulisan Valkenburg dan Pike dalam Journal of Research of the National Bureau of Standards, sintesis mika pertama kali dikembangkan pada abad ke-19 di Eropa, tepatnya di Jerman dan Swedia. Program pengembangan tersebut dilakukan untuk membuat fluor phlogophite dengan menggunakan batuan granit, silika, dan beberapa mika natural. 

Fluor phlogophite dikembangkan pula di Jepang pasca Perang Dunia II. Berdasarkan jurnal yang ditulis Tokiti Noda di tahun 1955, mika sintetik berhasil dibuat di laboratorium menggunakan mineral-mineral penyusunnya yaitu magnesium, besi, aluminium, dan silika. Mika sintetik buatan Noda memiliki kemampuan bertahan di suhu tinggi menyerupai  mika jenis phlogopite. Ini membuat mika sintetik tersebut diklaim lebih baik dipakai sebagai bahan bonding pada keramik dan gelas, serta jadi konduktor elektronik. 

Penelitian lain datang dari Lance Frazer yang mempublikasikan jurnal berjudul 'Mighty Mica' di tahun 2002. Menurut penelitiannya, mika sintetik bernama Na-4-mica ini tidak memiliki kalium sebagai perekat antar lembaran. Ia menggantinya dengan dua ion natrium. Ion natrium dalam mika sintetik inilah yang kemudian terbukti bisa mengikat radium. Frazer pun menambahkan bahwa hasil penelitian ini memungkinkan penggunaan mika untuk membersihkan air dan tanah yang terlanjur tercemar radium. 

Sejak dulu sumber daya alam seperti energi dan mineral selalu jadi problem tersendiri. Ia dibutuhkan manusia dan terus meningkat permintaannya seiring munculnya konsumerisme, tetapi di sisi lain juga bermasalah di ranah etika serta kesejahteraan pekerjanya. 

Baca Juga: 10 Mineral dengan Kilap Logam, Berkilau dan Memukau

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya