Great Depression, Krisis Ekonomi AS yang Mengubah Dunia

Salah satu krisis terparah sepanjang sejarah

Krisis ekonomi adalah momok bagi semua negara di dunia, tak terkecuali negara maju. Bagaimana tidak, saat krisis ekonomi terjadi, harga barang-barang akan mengalami fluktuasi secara signifikan, daya beli menurun, angka pengangguran meningkat, kerusuhan di mana-mana, dan masih banyak lagi.

Banyak negara yang pernah mengalami krisis ekonomi dan masing-masing memiliki dampak yang berbeda-beda. Salah satu yang cukup bersejarah adalah krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat. Krisis ekonomi ini sangatlah parah dan berlangsung dalam waktu yang lama. Yang lebih memprihatinkan, krisis ekonomi yang dialami Amerika juga berimbas pada negara-negara lainnya di dunia.

Krisis ekonomi hebat ini disebut sebagai Great Depression dan menjadi salah satu krisis ekonomi yang terparah sepanjang sejarah. Kamu pasti penasaran, apa yang terjadi selama Great Depression dan bagaimana krisis ekonomi yang dialami satu negara bisa berimbas ke seluruh dunia? Untuk menjawab rasa penasaranmu, berikut ini akan dibahas lebih rinci tentang Great Depression yang sudah dirangkum dari laman History dan The Balance.

1. Penyebab

Great Depression, Krisis Ekonomi AS yang Mengubah DuniaPotret New York Stock Exchange (foxbusiness.com)

Great Depression bermula saat ekonomi Amerika Serikat berkembang pesat sepanjang tahun 1920-an dan total kekayaan negara tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1920 dan 1929. Kemudian, pasar saham yang berpusat di New York Stock Exchange di Wall Stree, New York City mulai ramai didatangi orang-orang dari berbagai latar belakang untuk mengalihkan tabungan mereka ke dalam saham. Akibatnya, pasar saham mengalami ekspansi yang cepat, dan puncaknya terjadi pada Agustus 1929.

Ekonomi Amerika mulai memasuki resesi pada musim panas 1929. Kala itu, jumlah uang yang beredar di tengah masyarakat mengalami penurunan yang signifikan. Akibatnya, angka produksi juga menurun dan pengangguran pun bertambah.

Kondisi ini juga berdampak pada upah yang tergolong rendah, utang konsumen membengkak, dan bank memiliki kelebihan pinjaman besar yang tidak dapat dilikuidasi. Kendati begitu, harga saham terus meningkat, dan pada musim gugur tahun tersebut sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.

2. Runtuhnya pasar saham di tahun 1929

Great Depression, Krisis Ekonomi AS yang Mengubah DuniaIlustrasi grafik saham (unsplash.com/Austin Distel)

Setelah Amerika mengalami resesi ringan, pada tanggal 24 Oktober 1929, para investor mulai gelisah dengan keadaan ekonomi yang tidak stabil. Akhirnya, banyak investor yang mulai menjual saham yang kala itu harganya sudah sangat tinggi secara massal, yang memicu kehancuran pasar saham. Sebuah rekor 12,9 juta saham diperdagangkan pada hari itu, yang dikenal sebagai "Black Thursday."

Lima hari kemudian, pada 29 Oktober, gelombang kepanikan melanda Wall Street yang lagi-lagi membuat investor menjual saham secara massal. Akibatnya, jutaan saham berakhir tidak berharga, dan para investor yang membeli saham dengan margin atau uang pinjaman dimusnahkan sepenuhnya. Momen ini kemudi dikenal sebagai "Black Tuesday".

Hal ini membuat para konsumen sangat berhemat dan mengerem pengeluarannya secara masif. Akibatnya, banyak pabrik yang terpaksa menurunkan produksi dan mulai memecat para pegawai.

Banyak orang Amerika yang tidak mampu membayar utang sehingga jumlah penyitaan terus mengalami peningkatan. Ditambah, kepatuhan global terhadap standar emas semakin menyebarkan kesengsaraan ekonomi dari Amerika Serikat ke seluruh dunia.

Baca Juga: Tidak Biasa, Ini 5 Pesta Paling 'Gila' pada Zaman Kuno

3. Terjadinya perang dagang dunia dan bangkrutnya bank secara massal

Great Depression, Krisis Ekonomi AS yang Mengubah Duniailustrasi bank (pexels.com/Expect Best)

Tahun 1930, presiden yang menjabat kala itu, yaitu Herbert Hoover, menandatangani Smoot-Hawley Tariff Act, yang menaikkan pajak atas 900 impor. Undang-undang itu dimaksudkan untuk membantu para petani, tetapi akhirnya justru menambah biaya produksi ratusan produk lainnya.

Kebijakan Hoover memicu keinginan negara-negara lain untuk membalas, yang kemudian memicu perang dagang. Akibatnya, perdagangan internasional mulai runtuh. Ditambah, waktu itu kekeringan parah melanda berbagai negara bagian Amerika Serikat, yang menyebabkan gagal panen terjadi di mana-mana.

Karena kondisi ekonomi yang semakin tidak stabil, orang-orang menarik uang mereka dari bank secara massal. Akibatnya, banyak bank yang kekurangan simpanan dan satu per satu bank di Amerika Serikat akhirnya gulung tikar.

4. Saat krisis ekonomi Amerika menyebar ke seluruh dunia

Great Depression, Krisis Ekonomi AS yang Mengubah Duniailustrasi peta dunia (pexels.com/Aaditya Arora)

Meskipun bermula di Amerika Serikat, tetapi Great Depression mempengaruhi hampir setiap negara di dunia. Misalnya, Inggris Raya harus berhadapan dengan pertumbuhan yang rendah dan resesi selama paruh kedua tahun 1920-an.

Prancis juga mengalami penurunan produksi dan harga pada awal 1930-an, tetapi mulai pulih pada tahun 1932 dan 1933. Jerman mengalami penurunan ekonomi pada awal tahun 1928, lalu menjadi stabil, tetapi kembali turun pada kuartal ketiga tahun 1929. Sejumlah negara di Amerika Latin juga mengalami depresi berat. Sementara itu, Jepang juga mengalami depresi ringan, tetapi kembali pulih segera setelahnya.

Deflasi harga yang terjadi di Amerika Serikat juga terjadi di negara lain. Hampir setiap negara industri mengalami penurunan harga grosir sebesar 30 persen atau lebih antara tahun 1929 dan 1933. Harga komoditas primer, seperti kopi, kapas, sutra, dan karet yang diperdagangkan di pasar dunia turun lebih drastis selama periode tersebut. Akibatnya, nilai tukar perdagangan turun drastis bagi produsen komoditas primer.

5. Usaha Roosevelt memperbaiki keadaan

Great Depression, Krisis Ekonomi AS yang Mengubah Duniapotret Franklin Delano Roosevelt saat muda (britannica.com)

Pada tahun 1932, Franklin D. Roosevelt memenangkan pemilihan presiden dan menggantikan presiden sebelumnya, Herbert Hoover. Pada hari peresmian presiden baru, yaitu 4 Maret 1933, bank yang tersisa di setiap negara bagian Amerika Serikat diperintahkan untuk ditutup. Waktu itu, Departemen Keuangan AS tidak memiliki cukup uang untuk membayar semua pegawai pemerintah, tetapi Roosevelt memproyeksikan energi dan optimisme yang tenang.

Selama 100 hari pertama Roosevelt menjabat, ia mengeluarkan undang-undang yang dirancang untuk menstabilkan produksi industri dan pertanian, menciptakan lapangan kerja, dan merangsang pemulihan. Ia juga mereformasi sistem keuangan dengan menciptakan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk melindungi rekening deposan, dan Securities and Exchange Commission (SEC) untuk mengatur pasar saham dan mencegah penyalahgunaan yang menyebabkan krisis saham 1929.

Perlahan tapi pasti, ekonomi Amerika mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh pada tingkat rata-rata 9 persen per tahun dan angka pengangguran terus menurun.

Ngeri juga, ya, saat krisis ekonomi suatu negara bisa memengaruhi seluruh dunia? Mari berdoa supaya krisis ekonomi seperti ini tidak terjadi lagi di mana pun.

Baca Juga: Menyandang Disabilitas, 6 Tokoh Ini Sukses Menginspirasi Dunia 

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya