Great Migration: Migrasi Massal di Amerika akibat Rasisme

Dampaknya terasa hingga saat ini

Migrasi ialah berpindahnya penduduk dari suatu tempat ke tempat lain melalui batas administrasi dengan tujuan menetap. Ada banyak alasan orang melakukan migrasi, seperti untuk mencari pekerjaan, tempat tinggal, menghindari konflik, dan sebagainya. Kamu sendiri pasti memiliki tetangga, saudara, atau teman yang merupakan seorang migran.

Migrasi adalah hal yang biasa dan masih terus terjadi hingga saat ini. Namun, pernahkah kamu membayangkan bagaimana jika penduduk di suatu tempat melakukan migrasi serentak dengan tempat tujuan yang sama. Hal inilah yang pernah dialami oleh orang-orang Afrika-Amerika. Saking besarnya pengaruh peristiwa ini, migrasi ini kemudian dikenal sebagai Great Depression dan terus dikenang hingga saat ini.

Kamu, pasti bertanya-tanya, apa yang terjadi saat Great Depression dan kenapa orang-orang Afrika-Amerika ini melakukan migrasi besar-besaran? Untuk menjawab rasa ingin tahumu, di bawah ini akan dijelaskan beberapa detail dari Great Depression yang dirangkum dari laman Britannica dan History. Keep reading!

1. Apa itu Great Migration

Great Migration: Migrasi Massal di Amerika akibat Rasismeilustrasi Great Migration (npr.org)

Great Migration merupakan peristiwa perpindahan sekitar enam juta orang Afrika-Amerika pada tahun 1916 dan 1970 dari daerah pedesaan di selatan Amerika Serikat ke perkotaan di negara bagian utara. Peristiwa ini berlangsung dalam dua gelombang, yaitu sebelum dan sesudah Great Depression, peristiwa kemerosotan ekonomi terparah dalam dunia industri.

Di awal abad ke-20, sekitar 90 persen orang kulit hitam Amerika tinggal di selatan. Namun, akibat Great Migration, pada tahun 1970 sekitar setengah dari semua orang Afrika-Amerika tinggal di kota-kota utara.

2. Penyebab Great Migration

Great Migration: Migrasi Massal di Amerika akibat Rasismeilustrasi keluarga Afrika-Amerika yang akan bermigrasi (britannica.com)

Setelah berlangsung Perang Saudara atau Civil War dan era Rekonstruksi, terjadi ketidaksetaraan rasial di Amerika Selatan selama tahun 1870-an. Setelah itu, kebijakan segregasi yang dikenal sebagai Jim Crow segera menjadi hukum negara.

Banyak orang Afrika-Amerika yang tinggal di daerah selatan merasa terjebak dalam pekerjaan bagi hasil yang tidak menguntungkan mereka. Hukum Jim Crow juga membuat posisi orang Afrika-Amerika lebih rendah dibandingkan dengan orang kulit putih, dan orang kulit hitam juga tidak memiliki hak-hak politik. Sementara itu, ada lebih banyak pekerjaan di bagian utara. Meskipun rasisme masih merajalela, tetapi segregasi rasial tidak diamanatkan di sana. Akhirnya, orang-orang Afrika-Amerika yang tinggal di Selatan memulai migrasi besar-besaran untuk mendapatkan peluang ekonomi dan sosial yang lebih baik. Nah, perisitiwa ini kemudian dikenang sebagai Great Migration.

Baca Juga: Terkenal Makmur, Ini 5 Kerajaan Kuno di Afrika yang Paling Berpengaruh

3. Dimulainya Great Migration

Great Migration: Migrasi Massal di Amerika akibat Rasismeilustrasi keluarga Afrika-Amerika melakukan migrasi (ncronline.org)

Saat Perang Dunia I pecah di Eropa pada tahun 1914, kawasan perkotaan industri di utara, barat tengah, dan barat mengalami kekurangan tenaga kerja industri. Karena permintaan untuk peralatan perang meningkat pesat, produsen membujuk orang Afrika-Amerika untuk datang ke utara.

Kala itu, koran-koran yang banyak dibaca menerbitkan iklan yang menggembar-gemborkan peluang yang tersedia di kota-kota utara dan barat, bersama dengan kisah sukses orang-orang yang sudah pindah ke sana. Mencari peluang sipil dan ekonomi yang lebih baik, banyak orang kulit hitam akhirnya memutuskan untuk bermigrasi ke utara. Hal ini tentu saja membuat cemas orang kulit putih di selatan.

Meskipun begitu, migrasi ke utara tidak sepenuhnya membuat mereka bebas dari perilaku rasisme. Para migran yang baru datang bahkan menghadapi tantangan sosial dari kaum kulit hitam di utara, yang cenderung memandang rendah para pendatang.

4. Kehidupan para migran di kota

Great Migration: Migrasi Massal di Amerika akibat Rasismeilustrasi Great Migration (vox.com)

Pada akhir tahun 1919, diperkirakan sekitar 1 juta orang Afrika-Amerika telah meninggalkan daerah selatan. Biasanya, mereka pergi menggunakan kereta api, perahu, atau bus; sejumlah kecil juga memiliki mobil atau bahkan kereta kuda.

Antara tahun 1910 hingga 1920, populasi orang Afrika-Amerika di kota-kota besar di utara tumbuh dengan persentase yang besar. Banyak orang Afrika-Amerika pendatang mendapatkan pekerjaan di pabrik, rumah jagal, dan pengecoran logam. Sementara itu, pendatang perempuan mengalami kesulitan mencari pekerjaan, yang memicu persaingan sengit untuk mengisi posisi pekerja rumah tangga. Selain persaingan ketat untuk mendapatkan pekerjaan, para pendatang baru ini juga menghadapi persaingan untuk mendapatkan tempat tinggal di kota-kota yang semakin padat.

Kenaikan sewa di daerah-daerah terpisah, ditambah kebangkitan aktivitas Ku Klux Klan – kelompok pendukung supremasi kulit putih Amerika yang membenci orang Afrika-Amerika, Yahudi, imigran, homoseksual, Katolik, Muslim, dan ateis – setelah 1915, memperburuk hubungan orang Amerika kulit hitam dan putih di seluruh negeri. Musim panas 1919 menjadi periode terbesar perselisihan antar-ras, termasuk gelombang kerusuhan ras yang berlangsung selama 13 hari dan menyebabkan 38 orang tewas, 537 terluka dan 1.000 keluarga kulit hitam tanpa rumah.

5. Dampak Great Migration

Great Migration: Migrasi Massal di Amerika akibat Rasismeilustrasi orang Afrika-Amerika (pexels.com/Joshua Mcknight)

Ketegangan untuk mendapat pekerjaan dan perumahan membuat banyak penduduk kulit hitam akhirnya menciptakan kota mereka sendiri di kota-kota besar, yang kemudian mendorong pertumbuhan budaya perkotaan Afrika-Amerika yang baru. Salah satunya adalah Harlem di New York City, lingkungan yang sebelumnya hanya dihuni orang kulit putih, pada tahun 1920-an menampung sekitar 200.000 orang Afrika-Amerika.

Great Migration juga memulai era baru peningkatan aktivisme politik di antara orang Afrika-Amerika, yang ketika berada di selatan tidak dianggap hak-haknya. Gerakan hak-hak sipil mendapat manfaat langsung dari aktivisme ini.

Migrasi kulit hitam melambat secara signifikan pada 1930-an, saat Amerika mengalami Great Depression – krisis ekonomi hebat yang melanda Amerika dan memengaruhi seluruh dunia– tetapi meningkat lagi saat Perang Dunia II pecah dan kebutuhan untuk peperangan meningkat. Great Migration baru benar-benar berakhir pada tahun 1970.

Demikianlah beberapa informasi mengenai Great Depression. Ternyata, berat sekali perjuangan orang-orang kulit hitam zaman dulu untuk mendapatkan hak-haknya secara layak. Semoga, ke depannya, masalah rasial tidak terjadi lagi di negara mana pun di dunia.

Baca Juga: 5 Kota Peninggalan Bangsa Romawi Kuno di Afrika Utara yang Memukau 

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya