Keraton Yogyakarta: Istana & Objek Wisata Bersejarah

Dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Mataram

Yogyakarta menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang ditetapkan sebagai daerah istimewa. Hal ini lantaran di Yogyakarta masih terdapat kerajaan yang tetap eksis memimpin Yogyakarta hingga saat ini. Kerajaan tersebut adalah Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh seorang raja yang bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono.

Keraton Yogyakarta merupakan bangunan yang dijadikan istana resmi raja dan keluarga. Tapi selain digunakan sebagai tempat persemayaman raja dan keluarganya, Keraton Yogyakarta juga dibuka untuk umum.

Di tempat tersebut para wisatawan bisa melihat secara langsung pelaksanaan berbagai kegiatan kerajaan yang masih dilestarikan hingga saat ini. Tapi sebelum dapat dinikmati sebagai objek wisata seperti saat ini, Keraton Yogyakarta menyimpan sejarah panjang nan memilukan. Termasuk usaha dari luar untuk meruntuhkan dan mengakhiri kerajaan. Untuk lebih jelasnya, langsung aja simak penjelasan di bawah ini.

1. Bermula dari dibangunnya kerajaan Mataram di Jawa

Keraton Yogyakarta: Istana & Objek Wisata Bersejarahantoksoesanto.blogspot.com

Cikal bakal terbentuknya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak lepas dari dibangunnya kerajaan Mataram, salah satu kerajaan terkuat di Nusantara. Sekitar tahun 1588, kerajaan Mataram yang bercorak Islam didirikan di daerah Jawa bagian tengah-selatan. Intervensi Belanda perlahan-lahan membuat kedaulatan kerajaan Mataram menjadi terganggu yang kemudian memicu gerakan anti penjajah.

2. Kerajaan Mataram kemudian dipecah melalui perjanjian Giyanti dengan Kasultanan Yogyakarta sebagai salah satu bagiannya

Keraton Yogyakarta: Istana & Objek Wisata Bersejarahyuksinau.id

Akhirnya, pada tahun 1755 dicapai sebuah kesepakatan yang diberi nama Perjanjian Giyanti yang bertujuan menghentikan perselisihan yang sedang terjadi saat itu. Isi dari perjanjian tersebut adalah menyatakan bahwa Kerajaan Mataram dibagi menjadi 2, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh Susuhan Paku Buwono III, dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemimpinnya yaitu Pangeran Mangkubumi yang kemudian kita kenal sebagai Sultan Hamengku Buwono I. Hal ini sekaligus menandai runtuhnya pemerintahan kerajaan Mataram.

3. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat memutuskan untuk tetap meneruskan tradisi Mataram sebagai dasar budaya kerajaan

Keraton Yogyakarta: Istana & Objek Wisata Bersejarahbonvoyagejogja.com

Tak lama setelah perjanjian Giyanti disepakati, Sultan Yogyakarta dan Sunan Surakarta kembali mengadakan pertemuan untuk membahas dasar budaya masing-masing kerajaan. Hasilnya, Sultan Hamengku Buwono I memutuskan untuk melanjutkan tradisi kerajaan Mataram, sedangkan Sunan Pakubuwono III memutuskan untuk melakukan modifikasi dan membuat budaya baru. Kesepakatan tersebut diberi nama sebagai Perjanjian Jatisari

Baca Juga: Fakta Unik Istana Kepresidenan Yogyakarta yang Dikenal Mistis

4. Sultan Hamengku Buwono mendeklarasikan terbentuknya Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat

Keraton Yogyakarta: Istana & Objek Wisata Bersejarahidetrips.com

Satu bulan kemudian atau tepatnya 13 Maret 1755. Sultan Hamengku Buwono I memproklamasikan terbentuknya Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat dan memulai pembangunan Keraton Yogyakarta pada 9 Oktober 1955.

5. Wilayah kekuasaan Sultan Hamengku Buwono kembali disempitkan oleh Inggris

Keraton Yogyakarta: Istana & Objek Wisata Bersejarahposjateng.id

Pada 20 Juni 1812, kolonial Inggris menyerang keraton dan memaksa Sultan Hamengku Buwono II untuk turun takhta. Kemudian raja penggantinya, yaitu Sultan Hamengku Buwono III dipaksa memberikan sebagian wilayah kerajaan untuk anak dari Sultan Hamengku Buwono I, yang oleh Inggris kemudian diangkat menjadi Adipati Paku Alam I. Wilayah yang diberikan pada Adipati Paku Alam I ini bersifat otonom. Kemudian pada 17 Maret 1913, Adipati Paku Alam memproklamasikan berdirinya Kadipaten Pakualaman.

6. Setelah Indonesia merdeka, Yogyakarta ditetapkan sebagai bagian dari NKRI dan menjadi daerah istimewa

Keraton Yogyakarta: Istana & Objek Wisata Bersejarah1001indonesia.net

Pada 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tak lama kemudian, yaitu tanggal 5 September 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Alam VIII mengeluarkan keputusan yang menyatakan bahwa wilayah kekuasaan mereka masuk ke dalam Republik Indonesia. Kemudian Presiden Ir. Soekarno menetapkan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai wilayah kekuasaan Sultan Hamengku Buwono dan Adipati Paku Alam. Hingga akhirnya pada tahun 2012 dikeluarkan undang-undang yang menetapkan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

7. Hingga kini Keraton Yogyakarta menjadi singgasana kesultanan dan dibuka untuk umum

Keraton Yogyakarta: Istana & Objek Wisata Bersejarahblogkulo.com

Hingga saat ini, Daerah Istimewa Yogyakarta masih menjadi provinsi yang menganut sistem pemerintahan monarki. Di mana gubernurnya tidak dipilih secara langsung oleh rakyat, tetapi merupakan keturunan langsung dari Sultan Hamengku Buwono selaku sultan alias raja yang memimpin.

Keraton Yogyakarta kini dibuka untuk umum dan menjadi objek wisata yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan. Selain arsitektur bangunannya yang masih kental dengan budaya kerajaan Mataram, di dalam bangunan Keraton juga tersimpan berbagai peninggalan yang memiliki nilai historis tinggi. Keraton juga kerap dijadikan lokasi untuk mengadakan berbagai acara yang merupakan agenda rutin kerajaan seperti Grebeg Maulidan, karawitan, wayang golek, dan sebagainya.

Nah, itu tadi kisah menarik Keraton Kesultanan Ngayogyakarta, kerajaan yang terbentuk sejak masa kolonial Belanda dan masih eksis hingga sekarang. Menarik sekali bukan, karena walaupun dihadapkan oleh berbagai serangan dan ancaman dari luar, kerajaan ini tidak goyah dan masih bertahan sampai saat ini.

Baca Juga: Ini Sejarah 3 Tempat Tujuan Wisata Presiden Jokowi di Yogyakarta

Eka Ami Photo Verified Writer Eka Ami

https://mycollection.shop/allaboutshopee0101

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya