Geger Lintang Kemukus, Ketahui 6 Batuan Luar Angkasa Penyusup Atmosfer

Meteor, meteorit, dan meteoroid beda, loh, guys.

Warga Tuban dibuat gempar pada 12 Oktober 2020 lalu oleh kemunculan lintang kemukus, yang konon katanya sebagai penanda akan datangnya pagebluk. Terlepas mitos itu benar atau tidak, apa itu sebenarnya lintang kemukus?

Menurut LAPAN, lintang kemukus adalah nama tradisional dari benda langit berekor seperti komet atau meteor. Sama-sama seolah memiliki ekor cahaya, tapi tiap batuan luar angkasa yang berhasil menyusup atmosfer Bumi tentu ada perbedaannya. Yuk, kita cari penjelasannya biar nggak mudah termakan hoaks.

1. Meteor

Geger Lintang Kemukus, Ketahui 6 Batuan Luar Angkasa Penyusup Atmosferpixabay.com/janrye

Garis tipis cahaya yang selintas pintas kita lihat di langit, yang sering kita namai “bintang jatuh” itulah yang disebut meteor. Pecahan meteoroid yang jumlahnya tak cuma satu dua itu ketika berhasil masuk dan terbakar di atmosfer, cahaya yang kita lihat itulah yang bernama meteor.

Bagaimana hujan meteor bisa terjadi? Dalam perjalanan bumi mengelilingi matahari, tak sengaja melewati pecahan kecil komet yang tertinggal di orbitnya. Pecahan batu atau meteoroid itulah yang kemudian tertarik gravitasi bumi hingga terbakar di atmosfer dan bercahaya terang.

2. Meteorit

Geger Lintang Kemukus, Ketahui 6 Batuan Luar Angkasa Penyusup Atmosfernationalgeographic.org

Pecahan meteoroid yang masuk tapi tak habis terbakar di atmosfer hingga mendarat dengan debu di Bumi, inilah yang disebut meteorit. Batuan luar angkasa ini beragam ukuran, semakin besar ukurannya, semakin besar pula kerusakan yang diakibatkan di Bumi.

Salah satu contohnya adalah kawah meteorit bernama Verdefort Dome di Afrika Selatan yang berdiameter 300 kilometer menurut perkiraan ilmuwan. Tapi tak jarang juga ditemukan meteorit yang hanya sebesar kepalan tangan.

Baca Juga: Hujan Meteor, Guys! 10 Peristiwa Langit Sepanjang Oktober 2020

3. Meteoroid

Geger Lintang Kemukus, Ketahui 6 Batuan Luar Angkasa Penyusup Atmosfernasa.gov

Beda dengan meteor dan meteorit, meteoroid adalah batuan kecil luar angkasa yang melayang dengan orbit dan kecepatan berbeda ini biasanya berasal dari pecahan asteroid atau komet. Sejauh ini, menurut NASA, meteoroid tercepat bergerak dengan kecepatan 42 kilometer per detik.

Ukuran meteoroid ini pun bervariasi. Karena ia hanyalah remah-remah dari pecahan komet dan asteroid, tak jarang ia hanya seukuran kerikil. Bayangkan, kamu berpetualang di luar angkasa dan berpapasan dengan meteoroid kecil dengan kecepatan tinggi menuju ke kaca helmmu. Apa yang akan kamu lakukan?

4. Bolide

Geger Lintang Kemukus, Ketahui 6 Batuan Luar Angkasa Penyusup Atmosfernasa.gov

Menurut EarthSky.org, bolide adalah meteor yang berukuran sangat besar. Kecerlangannya yang bisa lebih dari magnitudo -12 ini setara dengan bulan purnama atau bisa juga lebih terang dari itu. Biasanya saat terbakar di atmosfer meninggalkan jejak asap dan berakhir dengan dentuman.

Sebagaimana yang terjadi di kota Chelyabinsk, Rusia pada suatu pagi tanggal 15 Februari 2013, benda bercahaya sangat terang melesat cepat di langit mereka, lalu meledak dan menghancurkan kaca jendela dan beberapa bangunan. Sampai-sampai warga Rusia mengira sedang ada serangan nuklir.

5. Fireball

Geger Lintang Kemukus, Ketahui 6 Batuan Luar Angkasa Penyusup Atmosferpixabaycom/DilanArezzo

Seperti bolide, fireball atau bola api adalah meteor juga. Ukurannya tak sekecil meteor, tapi juga tak sebesar bolide. Kalau melintas di langit, ia secerah planet Venus atau setara dengan kecerlangan magnitudo -4. Sama halnya dengan bolide, terkadang fireball yang melintas juga meninggalkan asap dan ledakan meski tak sebesar bolide.

Pada tanggal 7 September 2016 lalu, seperti yang diberitakan Time.com, kepanikan melanda Thailand saat benda angkasa melesat di siang bolong. Ada yang mengira cahaya itu adalah sebuah kecelakaan pesawat hingga pihak berwenang mengirim sejumlah tim penyelamat dari berbagai penjuru ibu kota.

6. Komet

Geger Lintang Kemukus, Ketahui 6 Batuan Luar Angkasa Penyusup Atmosferpixabay.com/TheOtherKev

Mengutip dari nasa.gov, komet adalah batuan luar angkasa yang diperkirakan berasal dari area dingin di luar Neptunus dan Pluto yang disebut Awan Oort. Orbit komet terpendek untuk mengelilingi matahari berlangsung sekitar 200 tahun. Perlu setidaknya 2-3 generasi di Bumi untuk menyaksikan komet yang sama.

Komet disebut juga “dirty snowball” atau “bola salju kotor” yang terdiri dari es, batu, gas, dan debu. Dirty snowball inilah pusat komet yang terpapar panas matahari akan mendidih. Angin mataharilah yang menyebabkan material komet menjauhi matahari dan menjadikannya ekor sepanjang ratusan juta kilometer.

Batuan luar angkasa penyusup atmosfer Bumi memang tak cuma satu dua. Mencari tahu itu hukumnya wajib, supaya kita tak mudah termakan hoaks. Kebetulan pertengahan Oktober tahun ini adalah puncak hujan meteor Taurid, jadi apa yang harus dihebohkan dengan kemunculan lintang kemukus di langit?

Baca Juga: Hujan Meteor Taurid Selatan 10 Oktober, Ini Fakta dan Cara Melihatnya

Erna Widi Photo Writer Erna Widi

Pejalan kaki di setapak sunyi.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya