Mengenal Planet Pengembara, Sendirian di Luasnya Angkasa 

Planet ini mengorbit langsung tanpa interaksi bintang!

Alam semesta menyimpan berbagai misteri, bahkan di tengah kegelapan. Berbeda dari planet yang umum kita ketahui, planet pengembara mengorbit secara langsung terhadap pusat galaksi di tengah gelapnya angkasa, tanpa adanya interaksi dengan bintang, atau sistem keplanetan yang menjadi rumah.

Keberadaan planet pengembara sendiri sudah diprediksi sejak tahun 1990an, sejak saat itu peneliti terus mencari tahu lebih lanjut. Planet pengembara seukuran Bumi pertama kali ditemukan di galaksi Bima Sakti pada tahun 2020, planet tersebut dinamakan OGLE-2016-BLG-1928.

Meski masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti, diperkirakan ada jutaan atau bahkan miliaran planet yang mengembara di tengah gelapnya galaksi Bima Sakti. Ingin mengenal planet pengembara lebih jauh? Yuk, simak penjelasannya pada artikel di bawah ini.

1. Terlontar keluar saat pembentukkan sistem keplanetan 

Mengenal Planet Pengembara, Sendirian di Luasnya Angkasa Great Nebula Orion (apod.nasa.gov/NASA, ESA, Hubble)

Belum ada yang mengetahui secara pasti, bagaimana planet pengembara bisa berada di tempatnya sekarang, sendirian di tengah kegelapan.

Salah satu teori yang umum diterima berhubungan dengan teori nebula, saat planet tercipta dari sisa-sisa material setelah pembentukan bintang. Material-material tersebut berputar membentuk cakram akresi hingga terakumulasi dan membentuk objek dengan massa yang besar.

Sistem keplanetan muda merupakan tempat yang dipenuhi kekacauan. Saat itu, terdapat banyak material-material yang berada dalam tahap penyatuan, migrasi gas, tabrakan antar objek yang ternyata berada pada lintasan serupa, dan berbagai ketidakberaturan lainnya. Sehingga, bukan hal yang tidak mungkin bagi sebuah planet untuk mengalami tabrakan atau terpengaruh gravitasi dari objek lain, hingga terlontar keluar.

Gambar di atas merupakan Great Nebula Orion termasuk dalam nebula yang paling aktif memproduksi bintang di galaksi kita. Dilansir APOD NASA, ledakan supernova dan interaksi antara bintang-bintang baru yang berada pada nebula tersebut menjadikan banyak bintang dan planet terlontar keluar dari tempatnya.

2. Disebut juga sebagai bintang katai coklat 

Mengenal Planet Pengembara, Sendirian di Luasnya Angkasa ilustrasi pembentukan bintang dan sistem keplanetan (nasa.gov/JPL-Caltech)

Bintang katai coklat, atau bintang gagal, merupakan sebuah objek yang memiliki massa antara planet raksasa gas dan bintang, antara 13 sampai 80 kali massa planet Jupiter.

Planet pengembara terkadang disebut sebagai bintang katai coklat atau bintang katai sub-coklat, tergantung ukurannya. Batas yang membedakan antara planet gas raksasa, planet pengembara, dan bintang katai coklat sebenarnya masih belum dapat dijelaskan secara pasti.

Dilansir NASA, seorang anggota tim Koraljka Muzic, Universitas Lisbon Portugal, menyatakan bahwa timnya menemukan banyak objek berukuran kurang dari 10 kali massa Jupiter dengan bebas berkelana pada sebuah kluster. Karena tidak mengorbit pada bintang manapun, juga minimnya pengetahuan, timnya mengklasifikasikan objek tersebut sebagai katai coklat, atau ‘objek seukuran planet’.

3. Masih memungkinkan dihuni makhluk hidup 

Mengenal Planet Pengembara, Sendirian di Luasnya Angkasa permukaan es di Europa (jpl.nasa.gov/JPL-Caltech/Seti Institute)

Melalui penemuan kehidupan di dasar laut Bumi, kita sudah mengetahui bahwa kehidupan masih bisa terjadi tanpa bantuan sinar matahari, namun dengan bantual energi geotermal, atau energi yang berasal dari inti Bumi. Saat energi geotermal tersebut keluar lewat retakan yang ada di dasar laut, atau disebut juga ventilasi hidrotermal, Bumi dapat menjadi rumah bagi keberadaan makhluk hidup.

Ventilasi hidrotermal dapat memanaskan sekaligus memproduksi mineral yang dapat menjadi sumber makanan jenis bakteria tertentu. Selama memiliki energi geotermal, bukan tidak mungkin bagi planet pengembara dapat dihuni makhluk hidup.

Teori lainnya mengenai bagaimana planet pengembara dapat dihuni makhluk hidup, yaitu dengan dipengaruhi oleh gaya tidal. Teori ini dapat terwujud jika sebuah planet pengembara memiliki satelit alami. Tarik menarik antara planet dan satelitnya, atau dikenal juga dengan nama gaya tidal, memungkinkan planet berada dalam kondisi yang lebih hangat untuk mendukung kehidupan.

Baca Juga: 9 Planet Aneh yang Pernah Ditemukan, Sudah Tahu Belum?

4. Diamati dengan metode gravitational microlensing

Mengenal Planet Pengembara, Sendirian di Luasnya Angkasa Ilustrasi Teleskop Roman (nasa.gov)

Gravitational microlensing atau perlensaan gravitasi terbentuk saat cahaya dari objek yang sangat jauh (seperti bintang) dibelokkan oleh gaya gravitasi dari objek yang sangat besar. Umumnya oleh galaksi, atau dalam hal ini, bisa juga sebuah planet. Ketika dibelokkan, cahaya dari objek yang sangat jauh itu diperbesar dan menjadi semakin terang, juga mempermudah peneliti untuk menggali informasi mengenai objek yang membelokkan cahaya tersebut, termasuk planet pengembara.

Masalahnya, microlensing yang diakibatkan oleh planet pengembara berlangsung dalam waktu singkat, sebelum akhirnya planet tersebut kembali menghilang di tengah kegelapan.

Dilansir NASA, Matthew Penny, seorang asisten professor di Universitas Louisiana, mengatakan bahwa sinyal microlensing yang didapatkan dari planet pengembara hanya berlangsung antara beberapa jam hingga beberapa hari, sebelum menghilang selamanya. Sinyal yang singkat ini membuat planet pengembara sulit diobservasi dari Bumi, meskipun menggunakan banyak teleskop. Dan, teleskop Roman diharapkan menjadi titik balik dari pencarian planet pengembara.

The Nancy Grace Roman Space Telescope merupakan sebuah teleskop luar angkasa yang memiliki jarak pandang 100 kali lebih besar dari teleskop Hubble. Direncanakan akan meluncur tahun 2025, teleskop Roman salah satunya memang diharapkan untuk mengetahui lebih jauh mengenai planet pengembara dengan memonitor terjadinya microlensing.

5. Penemuan aurora pada planet pengembara 

Mengenal Planet Pengembara, Sendirian di Luasnya Angkasa ilustrasi aurora pada planet pengembara (public.nrao.edu/Chuck Carter)

SIMP J01365663+0933473, planet pengembara berjarak 20 tahun cahaya dari Bumi ini membuat para astronom terkesima dengan kekuatan medan magnetnya. Keberadaan aurora pada planet ini ditemukan oleh teleskop radio bernama Very Large Array (VLA). Dilansir NASA, peneliti menemukan bahwa planet pengembara ini memiliki medan magnet yang 200 kali lebih besar dari planet Jupiter.

Peneliti masih mempertanyakan, bagaimana SIMP J01365663+0933473 dapat memiliki medan magnet yang kuat, termasuk menampilkan keberadaan aurora yang spektakuler. Meski begitu, kemunculan aurora tanpa adanya interaksi antara sebuah planet dengan bintang masih mungkin terjadi, di Jupiter sendiri, aurora bisa muncul karena interaksi Jupiter dengan satelit-satelit alaminya.

Penemuan ini tentu saja membuat peneliti bersemangat. Mengingat aurora dapat dideteksi dengan gelombang radio, bukan hal yang tidak mungkin jika ke depannya mereka dapat melacak keberadaan sebuah planet pengembara dengan mengamati keberadaan auroranya menggunakan teleskop radio.

Memang, hingga saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai planet pengembara, dan peneliti masih menunggu peluncuran teleskop Roman untuk mengungkap lebih banyak mengenai hal ini. Apakah kalian memiliki informasi lainnya mengenai planet pengembara? Silahkan tuliskan di kolom komentar yang ada di bawah artikel ini, ya.

Baca Juga: 5 Fakta Sabuk Kuiper yang ada di Luar Planet Neptunus 

Fira Yultiara Photo Verified Writer Fira Yultiara

📎 yultiara19@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya