Miris! 6 Dampak Buruk Fast Fashion pada Konservasi Alam

Tampil modis yang berujung kepunahan

Meningkatnya konsumsi fashion, memunculkan istilah fast fashion, yakni industri fashion yang menghasilkan koleksi tren terbaru dalam waktu singkat. Dilansir laman unece.org, industri ini menyumbang emisi gas rumah kaca secara global sebesar 2-8%. Efek gas rumah kaca mengancam kelangsungan hidup suatu organisme melalui pemanasan global dan perubahan iklim .

Akan tetapi, pernahkah terpikirkan olehmu apa yang akan terjadi bila mereka tidak dapat beradaptasi dengan perubahan? Yup, Kepunahan. Berdasarkan penelitian Wendy et al dalam jurnal PLUS ONE  beberapa fitur biologis rentan terhadap perubahan iklim. Penasaran? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini, ya.

1. Musnahnya mikrohabitat

Miris! 6 Dampak Buruk Fast Fashion pada Konservasi Alamilustrasi kecebong di perairan (pexelss.com/FOX)

Area kecil dalam habitat ini mewakili kondisi tempat tinggal yang lebih disukai oleh spesies tertentu sehingga menjadi lebih unik dari habitat sekitarnya. Adanya mikrohabitat ini menandakan bahwasanya lingkungan hidup spesies tersebut terikat oleh kondisi dengan persyaratan tertentu serta lebih sensitif.

Oleh karena itu, ketika kondisi yang diinginkan tidak terpenuhi, maka spesies menjadi lemah terhadap perubahan. Selain itu, sensitivitas di beberapa spesies akan meningkat sesuai dengan siklus hidupnya.

2. Toleransi lingkungan mendekati ambang batas

Miris! 6 Dampak Buruk Fast Fashion pada Konservasi Alamilustrasi tanaman eksotik di gurun pasir panas (pexels.com/Jonathan Borba)

Spesies dengan toleransi yang sempit memiliki fisiologis cenderung sensitif terhadap kondisi lingkungan tertentu. Seperti suhu, pH, kelembapan, dan kadar oksigen apalagi jika kondisi tersebut terpaut dengan perubahan iklim.

Akan tetapi, keadaan ini tidak menjadikan spesies dengan toleransi yang luas berada pada keadaan baik-baik saja. Bisa saja toleransinya sudah mendekati ambang batas sehingga fungsi fisiologisnya cepat rusak.

3. Pergeseran fenologi

Miris! 6 Dampak Buruk Fast Fashion pada Konservasi Alamilustrasi kawanan burung (unsplash/Barth Bailey)

Perubahan iklim dan musim akan berdampak pada pergeseran fenologi, yakni peristiwa biologis tahunan. Contohnya saja migrasi unggas, hibernasi, reproduksi fauna, dan mekarnya bunga pada banyak spesies.

Pergeseran fenologi terkait dengan waktu dan faktor lingkungan, seperti peningkatan suhu di musim semi menyebabkan periode migrasi burung menjadi lebih panjang sehingga memengaruhi musim kawin atau pendeknya periode hibernasi akibat musim dingin yang menghangat.

Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim Dinilai Akan Tingkatkan Suhu hingga 1,1 Derajat

4. Interaksi biotik terganggu

Miris! 6 Dampak Buruk Fast Fashion pada Konservasi Alamilustrasi laba-laba orb-weaver memangsa lalat (unsplash.com/Ryan Hyde)

Bentuk interaksi dalam ekosistem berupa jaring makanan, penyerbukan, dan interaksi kompleks simbiosis ataupun parasit-inang. Pada rantai makanan, curah hujan, kadar karbondioksida, dan suhu mempengaruhi struktur vegetasi.

Pada gilirannya, struktur vegetasi berdampak terhadap keberkelanjutan reproduksi dan kelangsungan hidup herbivora serta predatornya. Terutama spesies yang sangat bergantung pada sumber makanan tertentu.

5. Populasi kecil semakin terancam

Miris! 6 Dampak Buruk Fast Fashion pada Konservasi Alamilustrasi beruang madu di lubang kayu (unspalsh/Dušan veverkolog)

Populasi kecil sangat rentan terhadap tiga hal, yakni bencana alam, kapasitas yang minim untuk pulih setelah kepunahan lokal, dan kecilnya laju pertumbuhan pada populasi dengan kepadatan rendah.

Ketiganya akan berdampak pada kelangkaan spesies. Diperparah dengan perkawinan sedarah sehingga keturunannya lebih sensitif terhadap perubahan iklim.

6. Kemampuan penyebaran spesies yang buruk

Miris! 6 Dampak Buruk Fast Fashion pada Konservasi Alamilustrasi siput coklat di atas kerikil (pexels.com/Pixabay)

Adaptasi dan hambatan fisik merupakan parameter yang menentukan keberhasilan penyebaran suatu spesies. Rendahnya kapasitas adaptif sulit untuk menyesuaikan antara hadirnnya spesies dengan variabel bioklimat (suhu dan curah hujan) untuk menentukan relung iklim spesies di habitat baru.

Sedangkan hambatan fisik, terjadi saat spesies melakukan penyebaran atau kolonisasi jarak jauh maka akan menghadapi berbagai hambatan. Di antaranya hambatan alami seperti lautan, hambatan antropogenik misalnya bendungan, ketidaksesuaian faktor abiotik (arus laut dan suhu), dan iklim.

Nah, sekarang kamu sudah tau bukan bagaimana kontribusi kita baik secara sadar ataupun tidak mampu mengancam kepunahan serta penurunan keanekaragaman hayati.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi keduanya pemangku kebijakan, industri, pengecer, dan konsumen perlu mengambil langkah positif sesuai perannya. Sebagai konsumen, maka bijaklah dengan menerapkan sustainable fashion sebagai bentuk pedulimu akan konservasi serta lingkungan.

Haniyatul Huda Photo Writer Haniyatul Huda

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kalyana Dhisty

Berita Terkini Lainnya