5 Makna Kisah Pygmalion, Pentingnya Membedakan Harapan dan Kenyataan

Pernah mendengar kisah Pygmalion?

Dikatakan, pada periode sekitar 500 tahun Sebelum Masehi, peradaban Yunani telah mencapai puncaknya. Pada tahun-tahun tersebut muncul berbagai kisah pada dewa sebagaimana yang kini orang-orang ketahui, seperti Zeus (pimpinan para dewa yang bertahta di Gunung Olympus) atau dewi Venus (dewi cinta dan kecantikan).

Para dewa pun memiliki tugas masing-masing dalam menata kehidupan manusia di dunia. Di antara kisah para dewa itu, bermunculan juga sejumlah legenda. Salah satunya ialah legenda Pygmalion yang dikenal sebagai sang pematung. Siapa itu Pygmalion? Bagaimana kisah hidupnya dan pelajaran yang bisa kita petik darinya? Berikut telah dirangkum mengenai 5 makna kisah hidup Pygmalion.

1. Mengenal Pygmalion 

5 Makna Kisah Pygmalion, Pentingnya Membedakan Harapan dan Kenyataanilustrasi Pygmalion dan Galatea (alcaweb.org)

Bagi kamu yang menyukai mitologi Yunani, tentunya sudah tidak asing lagi dengan tokoh Pygmalion. Lantas, siapa Pygmalion itu? Pygmalion merupakan seorang pematung kelas atas yang dikenal masyarakat akan karya-karya indahnya.

Keputusannya untuk tidak menikah karena merasa bahwa ada banyak hal negatif yang terdapat pada diri perempuan membuatnya menyibukkan diri menciptakan karya-karya patung. Energi sensualitasnya ia salurkan ke dalam berbagai patung ciptaannya. Patungnya yang terkenal ialah Galatea.

Galatea menjadi patung terbaik karya Pygmalion yang merepresentasikan seorang perempuan yang sempurna dalam khayalan Pygmalion. Sosok perempuan sempurna yang tak pernah ia jumpai di kehidupan nyatanya.

Paras wajah Galatea tak tertandingi oleh perempuan mana pun di daratan Yunani. Begitu pula lekuk tubuh dan kehalusan kulitnya yang terbuat dari gading dikisahkah selembut sutera tatkala disentuh. Pygmalion senantiasa menatap Galatea dan bercengkerama dengannya.

2. Galatea sebagai realitas dari impian Pygmalion 

5 Makna Kisah Pygmalion, Pentingnya Membedakan Harapan dan Kenyataanilustrasi uluran tangan (unsplash.com/Hannah Busing)

Ya, begitu cintanya Pygmalion kepada Galatea tibalah saat diselenggarakannya pesta rakyat tahunan di Cyprus untuk memuja Venus, sang dewi keindahan. Pada pesta rakyat tersebut, masyarakat berkumpul memberikan persembahan untuk memperoleh berkah dalam hidup mereka. Pygmalion pun turut bergabung di dalamnya.

Di hadapan altar persembahan di dalam kesunyian, Pygmalion berkata dalam keraguan dan ketakutan, “Oh dewata, engkau yang mampu melakukan segala sesuatu, berikanlah kepadaku, melalui doa dan persembahan ini, demi istriku yang satu yang tampak seperti perawan gading,”. Alih-alih mengucapkan “patung perawan gading” dalam doanya, ia justru mengucapkan “tampak seperti perawan gading”. Pygmalion seakan menyangkal realitas yang ada dan menjadikan Galatea sebagai realitas dari impiannya.

Sebab perkataannya itu didengar oleh Venus yang dapat merasakan kesepian dalam diri Pygmalion, sang dewi pun memberikan kekuatan hidup pada Galatea tanpa sepengetahuan Pygmalion. Sampai pada akhirnya Pygmalion menyadari bahwa Galatea (istrinya) hidup. Mereka kemudian memiliki seorang anak bernama Paphos yang namanya kelak diabadikan menjadi nama kota tempat bangsa Hellenik merayakan pesta meriah untuk memuja Venus.

Baca Juga: 5 Benda Penemuan Bangsa Yunani Kuno yang Masih Digunakan Saat Ini

3. Pemaknaan kisah Pygmalion 

5 Makna Kisah Pygmalion, Pentingnya Membedakan Harapan dan Kenyataanilustrasi Pygmalion dan Galatea (alcaweb.org)

Dari kisah tersebut, kita memahami dan menyadari bahwa Pygmalion merupakan representasi dari sosok yang mendambakan kesempurnaan sehingga menjadi seorang perfeksionis. Sisi perfeksionis yang dimilikinya membuat ia kemudian mampu menciptakan patung yang sempurna. Patung gading yang digambarkan sebagai sosok perempuan yang tidak ada tandingannya di dunia nyata.

Hal itu lantas membuat kita kembali memahami bahwa Pygmalion adalah sosok yang beranggapan bahwa di dalam realitas terkandung banyak ketidaksempurnaan yang ada. Pygmalion berupaya untuk tetap berfokus pada dirinya sendiri dan memilih hidup dalam khayalan indahnya tanpa memandang kehidupan secara realistis. Meskipun memang kesendirian yang dialaminya mampu menghasilkan penemuan imajinatif.

4. Penggambaran kisah Pygmalion dalam kehidupan sehari-hari 

5 Makna Kisah Pygmalion, Pentingnya Membedakan Harapan dan Kenyataanilustrasi orang menulis (unsplash.com/Gabrielle Henderson)

Kita tentu menyadari bahwa setiap individu memiliki idealisme dan karakteristiknya sendiri yang spesifik, karena setiap jiwa itu unik. Selama kita mampu menerima realitas yang ada sekalipun tidak sama dengan idealisme yang kita punya, kita akan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan hidup di tengah masyarakat sosial. Namun, jika kita tidak mau menerima realitas yang ada dan terkesan memaksakan idealime kita, kita akan senantiasa menarik diri dari lingkungan sosial dan menyendiri.

Kisah Pygmalion memberikan pelajaran kepada kita dari dua sisi yang berbeda, positif dan negatif. Dari sisi positif, kisah Pygmalion menggambarkan tentang betapa kuatnya daya kreasi seseorang, sehingga berawal dari imajinasi dan harapan seseorang mampu merealisasikan cita-citanya. Dari sisi negatif, kisah Pygmalion melukiskan bahwa sikap perfeksionis cenderung memperbesar jarak antara ketidakserasian idealisme dengan realitas yang harus dihadapi oleh seseorang.

Satiadarma (2001) dalam Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak: Dampak Pygmalion di dalam Keluarga menyatakan, jika kisah ini ditinjau kembali dari sudut positif dan negatif. Sebab, ada hal yang membuat kita menyadari bahwa apa yang dipikirkan oleh seseorang itu adalah apa yang akan dialami olehnya. Cara seseorang mempersepsi sesuatu pun akan menentukan sikap dan tindakannya terhadap objek persepsinya.

5. Pygmalion effect (Rosenthal effect)

5 Makna Kisah Pygmalion, Pentingnya Membedakan Harapan dan Kenyataanilustrasi belajar mengajar (unsplash.com/Kenny Eliason)

Pernah mendengar istilah Pygmalion effect yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti 'dampak Pygmalion'? Pygmalion effect merupakan istilah yang dikemukakan oleh Robert Rosenthal, seorang pakar psikologi.

Pygmalion effect memberikan penafsiran, bahwa cara berpikir dan cara pandang seseorang akan menentukan sikap individu tersebut terhadap lingkungannya. Kemudian, lingkungan pun akan memberikan respons atau reaksi sesuai dengan harapan individu yang mempersepsikan. Ketika kita mengharapkan perilaku tertentu dari orang lain, kita cenderung bertindak dengan cara yang membuat perilaku yang diharapkan lebih mungkin terjadi.

Mulanya istilah tersebut dicetuskan oleh Rosenthal dari penelitiannya, Pygmalion in the Classroom bersama Lenore Jacobson pada tahun 1968. Penelitian itu menunjukkan bahwa harapan yang dimiliki oleh guru berpengaruh besar terhadap kinerja murid-muridnya.

Ekspektasi yang ditekankan oleh guru kepada muridnya diinternalisasikan oleh murid dan menjadi bagian dari konsep diri mereka. Alhasil, murid cenderung bertindak sesuai dengan keyakinan terhadap diri mereka sendiri.

Rosenthal dan Jacobson telah berhasil membuktikan, bahwa harapan guru berfungsi sebagai penggerak perilaku murid yang ditujukan untuk memenuhi harapan guru itu sendiri. Oleh karena itu, hal ini disebut pula dengan istilah falsafah pemenuhan diri (self-fulfilling prophecies). Meskipun pada kenyataannya tidak semua guru rentan terhadap dampak Pygmalion.

Secara keseluruhan kisah tersebut mengajarkan kita untuk dapat memisahkan antara harapan dengan kenyataan. Bukan berarti kita tidak memiliki impian, melainkan berupaya untuk memahami kekurangan dan kelebihan yang dimiliki di samping menghargai kehidupan ini.

Pygmalion effect juga memberikan kita kesadaran untuk tidak menaruh ekspektasi sembarangan kepada orang lain, terlebih ekspektasi tersebut bermakna negatif. Bereskpektasi positif itu penting, tetapi kita juga perlu mengetahui batas dan tujuannya.

Baca Juga: Merdeka 25 Maret, 5 Fakta Menarik Negeri Peradaban, Yunani

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya