Masih Berstatus Perang, 5 Peristiwa Ini Jadi Saksi Pecahnya Korea

Dua negara superpower yang membagi dua suatu negara

Tanggal 27 Juli ditandai sebagai gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea antara Korea Utara dan Korea Selatan pada tahun 1953. Perang Korea bukanlah satu-satunya penyebab kedua negara yang tadinya bersaudara itu terbagi dua.

Ada banyak hal yang membuat mereka akhirnya memutuskan untuk memisahkan diri dan membatasi wilayah militer masing-masing dengan zona demiliterisasi. Peran Amerika Serikat dan Uni Soviet pun tak luput dari kisah perang saudara ini.

Tentu, ada penyebab lain yang membuat dua negara ini berhasil dipisahkan, seperti lima penyebab pecahnya dua Korea di bawah ini.

1. Pembagian kekuasaan atas Semenanjung Korea oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat

Masih Berstatus Perang, 5 Peristiwa Ini Jadi Saksi Pecahnya Koreaidntimes.com

Awal mula terbaginya dua negara ini adalah saat dijajah oleh Jepang tahun 1905. Selama kurang lebih 35 tahun, Korea mengalami gejolak yang berlangsung hingga Perang Dunia II berakhir.

Di sinilah dua negara superpower saat itu, Uni Soviet dan Amerika Serikat mulai melakukan pembagian kekuasaan ata Semenanjung Korea pada tahun 1945. Parahnya, kedua negara tersebut tidak melibatkan orang-orang dari Korea.

Di bagian utara, Uni Soviet membangun rezim komunisnya, sedangkan di wilayah selatan dengan dukungan Amerika Serikat pemerintahan militer pun dibentuk. Kebijakan Soviet ditujukan untuk parah buruh, petani, dan kaum kelas bawah.

Sedangkan warga Korea yang memiliki kelas menengah dan kelas atas pindah ke bagian selatan. Jelas, orang-orang kelas menengah hingga atas itu menyukai keberpihakan Amerika Serikat yang anti-komunis.

Baca Juga: 7 Fakta Historis Perang Korea 1950-1953 yang Wajib Diketahui

2. Perang Dingin dan propaganda ideologi

Masih Berstatus Perang, 5 Peristiwa Ini Jadi Saksi Pecahnya Koreaid.wikipedia.org

Meningkatnya Perang Dingin antara dua negara, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet turut ikut campur dalam beberapa hal. Salah satu korban mereka adalah Semenanjung Korea. Tidak ada pertempuran yang berarti kala itu, hanya ada perang dingin yang lahir di antara kedua kubu. Masing-masing negara pun mulai mengeluarkan himbauan untuk segera menyerah dan meninggalkan wilayah tersebut.

Namun, alih-alih menyerah, kedua negara tersebut justru makin 'keras kepala'. Baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet, tidak ada yang mau menyerah atau angkat kaki dari wilayah Korea yang didudukinya.

Kedua negara itu menjadi 'support system' bagi kebanyakan orang dan tentara Korea yang mulai memperlihatkan adanya ciri-ciri agresi militer di Semenanjung Korea untuk memperebutkan wilayah. Amerika Serikat dan Uni Soviet seperti 'tim sorak-sorai' dan 'penonton' yang menyaksikan negara korban mereka melakukan agresi militer.

Korea Selatan dan Korea Utara menerima berbagai 'bisikan', baik dari Amerika Serikat maupun dari Uni Soviet yang bentuknya berupa propaganda yang disampaikan di berbagai penjuru negeri. Isinya kurang lebih sama, yang mana menjunjung suatu ideologi.

Ideologi di sini adalah liberal dan komunis yang terdapat pada ideologi Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pada akhirnya, ideologi itu pun dianut oleh dua Korea yang terpecah. Korea Selatan dengan ideologi liberalnya dan Korea Utara dengan ideologi komunis yang dianutnya.

3. Pembentukan "Pemerintahan Sementara Republik Korea" di wilayah selatan, dan "Komite Rakyat Sementara Korea Utara" di wilayah utara

Masih Berstatus Perang, 5 Peristiwa Ini Jadi Saksi Pecahnya Koreamyhydros.org

Di wilayah selatan, Amerika Serikat melihat banyak sekali upaya dari pemerintah Korea untuk melakukan pemberontakan terhadap komunis dan menolak untuk mengakui "Pemerintahan Sementara".

Pemerintahan Sementara Republik Korea adalah pemerintahan yang didirikan setelah meletusnya 삼일 운동 (red: Samil Undong) atau yang biasa dikenal sebagai Demonstrasi Manse atau Gerakan Samil, yang menentang pemerintahan kolonial Jepang. Pemberontakan itu juga didasari pada Amerika Serikat yang memberikan banyak posisi pemerintahan bagi orang Korea, yang telah dianggap sebagai pengkhianat negara karena mau bekerja sama dengan penguasa Jepang.

Tak mau kalah dengan saudaranya yang berada di selatan. Pada Februari 1946, dibentuklah pemerintahan sementara yang disebut "Komite Rakyat Sementara Korea Utara" di bawah pimpinan Kim Il Sung dengan ibu kotanya yang terletak di Pyongyang.

Kedua pemerintahan itu saling bersaing dari berbagai sisi. Baik dari sisi ideologi dengan propaganda yang mereka keluarkan dan sisi militer yang terus mereka perkuat. Tidak ada persetujuan yang berhasil dicapai mengenai cara untuk mendamaikan pemerintah sementara yang saling bersaing itu. Amerika Serikat membawa masalah ini ke hadapan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada musim gugur 1947. Tentu saja, Uni Soviet menentang keterlibatan PBB.

Pada tanggal 14 November 1947, PBB menyatakan bahwa pemilihan umum yang bebas harus ditunda, pasukan asing harus ditarik, dan sebuah komisi PBB untuk Korea harus dibentuk. Uni Soviet, walaupun menjadi anggota yang memiliki kekuatan hak veto pun memboikot pemungutan suara dan tidak mempertimbangkan resolusi yang nantinya bersifat mengikat.

Tanggal 10 Mei, Korea Selatan mengadakan pemilihan umum, dan sudah jelas jika Syngman Rhee berhasil mewujudkan kekuasaannya, dan tepat pada 15 Agustus, Republik Korea secara resmi mengambil alih kekuasaan dari militer Amerika Serikat.

4. Perang Korea

Masih Berstatus Perang, 5 Peristiwa Ini Jadi Saksi Pecahnya Koreagardanasional.id

Perang saudara ini bermula pada tahun 1948 hingga pada puncaknya yaitu tanggal 25 Juni 1950 hingga 27 Juli 1953, dimana terjadi sebuah konflik berdarah antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang saudara ini diberi nama Perang Korea, atau yang dalam bahasa Korea berarti 한국전쟁 (red: Hanguk Jeonjaeng).

Di Korea Selatan, perang ini biasa disebut sebagai "Perang 6-2-5" atau yuk-i-o jeonjaeng yang berarti tanggal dimulainya perang, yaitu tanggal 25 Juni. Sementara, di Korea Utara, perang ini secara resmi disebut "Choguk Haebang Chonjaeng" atau Perang Pembebasan Tanah Air. Ada juga yang menyebutkan perang ini sebagai proxy war, karena perang ini mewakili antara Amerika Serikat beserta sekutunya, yaitu PBB dan Uni Soviet yang bekerja sama dengan Tiongkok.

Jauh sebelum perang saudara itu pecah, ratusan serangan dengan skala kecil sudah sering terjadi selama paruh pertama tahun 1950. Syngman Rhee yang saat itu menjabat sebagai Presiden Korea Selatan mengajukan petisi ke Amerika Serikat untuk 'meminta izin' menyerang Korea Utara dan menyatukan negara. Namun, Amerika Serikat mengklaim bahwa Seoul harus 'melayani' dirinya sendiri.

Kim Il Sung, sebagai pemimpin Korea Utara memiliki tujuan perang yang sangat jelas. Kepada Stalin, Kim Il Sung juga 'meminta izin' untuk pengambilalihan wilayah selatan. Stalin yang melihat ada kesempatan untuk melemahkan Amerika Serikat pun memanfaatkan Kim Il Sung dan Mao Zedong untuk menjalani proxy war dengan taktik manipulasi yang dilakukan semata-mata untuk mewujudkan tujuan utama Stalin.

Pada pertengahan Maret 1950, Stalin memberitahu Mao tentang rencana Kim Il Sung untuk menyerbu wilayah selatan. Mao yang mengetahui rencana pertempuran itu pun berjanji akan memberikan dukungan total, mengingat bahwa rencana pertempuran itu telah dibuat oleh penasihat Uni Soviet. Tapi, Mao juga memperingatkan Kim Il Sung, jika mungkin saja Amerika Serikat akan terlibat. Akhirnya, invasi itu terjadi pada hari Minggu, 25 Juni 1950. 

Perang dimulai dan Korea Utara mendapat hasil yang baik pada awalnya. Namun, pasukan PBB yang terdiri dari persekutuan utama Korea Selatan, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya yang dipimpin Amerika Serikat berhasil bertahan.

Selama perang berjalan, beberapa pertempuran pun terjadi, seperti intervensi Amerika Serikat ke Korea Utara, Pertempuran Incheon atau Operation Chromite, Invasi PBB ke Korea Utara pada September-Oktober 1950, dan Penyerangan Musim Dingin di China pada awal 1951.

5. Zona Demiliterisasi Korea (DMZ)

Masih Berstatus Perang, 5 Peristiwa Ini Jadi Saksi Pecahnya Koreanrc.nl

Perang Korea menjadi awal terbentuknya zona demiliterisasi ini dan mengakhirinya dengan sebuah 'perjanjian perdamaian'. Sebenarnya, Korea Utara dan Korea Selatan tidak pernah menandatangani 'perjanjian perdamaian' secara resmi, dengan demikian, secara teknis kedua negara itu masih berada dalam status perang.

Korea Selatan dan Korea Utara hanya menandatangani gencatan senjata untuk mengakhiri permusuhan. Alhasil, kedua negara itu sepakat untuk membuat zona penyangga yang dikenal sebagai Zona Demiliterisasi Korea (DMZ) atau Garis Demarkasi Militer (MDL) yang dalam bahasa Korea berarti 한반도 비무장지대 (re: Hanbando Bimujangjidae).

Zona ini membelah hampir separuh wilayah Semenanjung Korea. DMZ juga menjadi perbatasan militer terpadat di dunia dengan luas sepanjang 248 km dan lebar yang mencapai hampir 4 km.

Berjarak 60 km dari Seoul dan 210 km dari Pyongyang. DMZ juga dipenuhi dengan ranjau darat yang ditanam selama beberapa dekade. Diperkirakan, kurang lebih ada sebanyak 970.000 ranjau berada di sisi selatan saja, yang menandakan bahwa jumlah keseluruhannya pasti lebih dari satu juta yang tertanam di seluruh bagian wilayah.

Tak hanya ranjau darat, kawat berduri, pos penjagaan, tentara beserta artilerinya dan tank-tank baja bersenjata lengkap juga disiapkan di garis pembagi antara Korea Selatan dan Korea Utara.

Sementara Korea Utara menjadi negara yang terisolasi hingga saat ini dengan perkembangan ekonomi yang rendah, Korea Selatan jutsru berhasil membangun dan mengembangkan ekonomi yang kuat bersama Amerika Serikat.

Negara komunis itu dipimpin oleh satu keluarga selama tiga generasi, sedangkan negara liberal itu sedang melebarkan sayap untuk menyebarkan demam k-pop ke seluruh dunia.

Namun, satu hal yang pasti: Semenanjung Korea masih menjadi tempat yang sangat berbahaya. Zona perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan pun memiliki sedikit pergerakan, dan benar-benar tertutup rapat. Ini cukup menjelaskan bahwa dua negara ini memiliki sistem pemerintah yang amat sangat berbeda.

Baca Juga: 12 Foto Tentang Negara Korea Utara yang Bikin Sedih

Ines Melia Photo Verified Writer Ines Melia

Dengan menulis saya 'bersuara'. Dengan menulis saya merasa bebas.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya