5 Fakta Kesultanan Zanzibar dan Perang Tersingkat di Dunia

Pulau tak kasat mata di Afrika yang pernah dikuasai Oman!

Zanzibar adalah pulau berukuran kerdil yang kini menjadi wilayah otonom dari negara Tanzania di kawasan Afrika Timur. Pulau ini sangat tidak populer meskipun nyatanya memiliki kekayaan destinasi wisata yang sangat menawan, misalnya kolam renang alami, gua, pantai, dan berbagai spot diving yang kini rupanya semakin sering dikunjungi oleh para petualang mancanegara. 

Di sisi lain, tahu tidak bahwa lokasi yang jauh lebih sempit dari Pulau Bali ini pernah membentuk negara independen yang bertahan selama satu abad lebih? Faktanya, negara Zanzibar pada masa lampau berbentuk kesultanan dan didominasi oleh bangsa Arab. Sekarang, mari ketahui beberapa fakta lain dari Kesultanan Zanzibar melalui pembahasan berikut!

1. Sebelumnya masuk ke dalam wilayah Kesultanan Oman

5 Fakta Kesultanan Zanzibar dan Perang Tersingkat di DuniaBarghash bin Said, Sultan Zanzibar keturunan Arab-Oman (commons.wikimedia.org/National Maritime Museum)

Bangsa Arab yang berasal dari Oman melakukan penjelajahan lintas benua hingga sampai ke pulau Zanzibar pada abad ke-17. Sejak saat itu, pulau Zanzibar dan beberapa kawasan lain di Afrika Utara berada di bawah kepemimpinan Kesultanan Oman yang makmur karena perdagangan laut. Kota terbesar di Zanzibar, Stone Town (sekarang Zanzibar City), bahkan pernah dipilih menjadi ibukota baru kesultanan untuk sementara waktu.

Pada tahun 1856, Said bin Sultan, penguasa Oman pada saat itu, meninggal dan meninggalkan takhta untuk para keturunannya. Di tahun yang sama, diputuskan bahwa Zanzibar dilepaskan dari Oman dan menjadi negara independen.

Putra Said yang bernama Thuwaini menjadi sultan Oman yang baru, sedangkan Zanzibar dipimpin oleh putra lainnya yang bernama Majid. Maka dari itu, seluruh sultan Zanzibar sejak periode Majid adalah keturunan Arab dari Oman.

2. Sempat menguasai setengah Pantai Swahili 

5 Fakta Kesultanan Zanzibar dan Perang Tersingkat di DuniaMombasa, salah satu kota besar Kenya di Pantai Swahili yang pernah dikuasai Zanzibar (pixabay.com/melcox)

Pada awal masa kemerdekaan, Zanzibar memperoleh sebagian wilayah di daratan Benua Afrika yang sebelumnya dikuasai oleh Said bin Sultan dari Oman. Wilayah tersebut adalah Pantai Swahili, daerah perdagangan laut yang berlokasi di pinggir pantai di setidaknya 4 negara di Afrika Timur.

Beberapa kota penting di kawasan itu, yaitu Mombasa (Kenya), Kilwa (Tanzania), dan Stone Town sendiri, sempat bersatu dengan Kesultanan Zanzibar. Namun, seluruh wilayah di daratan benua Afrika tersebut tidak lama kemudian dikuasai oleh Jerman dan Inggris Raya.

Baca Juga: 9 Fakta Sejarah Sealand, Negara di Atas Benteng Laut Lepas

3. Terlibat dalam perang tersingkat di dunia

5 Fakta Kesultanan Zanzibar dan Perang Tersingkat di Duniasuasana Perang Anglo-Zanzibar (commons.wikimedia.org/Richard Dorsey Mohun)

Kemerdekaan Zanzibar sebenarnya tidak lagi bersifat total, karena Inggris menjadikan pulau kecil ini sebagai wilayah protektorat pada tahun 1890. Keputusan tersebut menjadikan pemerintah Zanzibar dikontrol (bukan dijajah) oleh Inggris yang lebih kuat, dan jabatan Sultan Zanzibar sebagai pengurus utama dalam negeri tentu masih diizinkan. Akan tetapi, sejak saat itu para sultan menjadi pendukung setia pemerintah Inggris.

Semua itu berubah pada tahun 1896, ketika Khalid bin Barghash hendak mengambil alih takhta kesultanan setelah penguasa sebelumnya meninggal. Inggris tidak mendukung Khalid dan telah menyiapkan kandidat lain, Hamud bin Mohammed. Khalid menjadi anti-Inggris dan terjadilah Perang Anglo-Zanzibar yang terkenal akan satu hal.

Perang ini uniknya hanya berlangsung kurang dari 1 jam, menjadikan Anglo-Zanzibar sebagai peperangan tersingkat sepanjang sejarah manusia. Namun, di samping pendeknya durasi, perang tersebut merusak banyak gedung penting di Stone Town dan akhirnya membawa hasil berupa kekalahan pasukan Khalid dan peresmian Hamud sebagai sultan penerus.

4. Berupaya menghapus perbudakan manusia

5 Fakta Kesultanan Zanzibar dan Perang Tersingkat di Duniailustrasi perbudakan atau perdagangan orang (pixabay.com/sammisreachers)

Suatu perubahan yang sangat besar bagi Zanzibar adalah dihapuskannya sistem perbudakan. Zanzibar sebelumnya sangat bergantung pada budak untuk menjalankan pertanian negara.

Pada era kekuasaan Barghash bin Said di tahun 1873, karena tekanan dari Inggris, kesultanan pada akhirnya menghapus perdagangan/perbudakan manusia dan lebih mengutamakan kegiatan perekonomian yang lebih pantas, yaitu perdagangan bahan baku atau barang keperluan sehari-hari. Akan tetapi, perubahan ini belum sepenuhnya direalisasikan pada awal pemberlakuan.

5. Bubar karena revolusi partai komunis setempat

5 Fakta Kesultanan Zanzibar dan Perang Tersingkat di DuniaJamshid bin Abdullah, sultan terakhir Zanzibar yang dikudeta partai komunis (commons.wikimedia.org)

Kesultanan Zanzibar mendapat ancaman dari partai lokal berhaluan komunis, yaitu Partai Afro-Shirazi, yang memulai Revolusi Zanzibar pada awal tahun 1964 untuk menjatuhkan kesultanan. Sultan terakhir Zanzibar berhasil dikudeta dan kabur ke luar negeri, sedangkan negaranya diubah menjadi Republik Rakyat Zanzibar yang berumur pendek. Beberapa bulan setelah revolusi, Zanzibar dan daratan Tangayika (bekas koloni Inggris) memutuskan untuk bersatu dan kini menjadi negara yang bernama Tanzania.

Wah, Kesultanan Zanzibar ternyata memiliki beberapa fakta yang menarik, ya! Kini, Zanzibar menjadi wilayah di Afrika yang masih memiliki cukup banyak penduduk keturunan Arab di samping etnis Swahili sebagai mayoritas. Beberapa bangunan yang menjadi saksi sejarah kejayaan kesultanan pada masa lalu juga masih bertahan sampai sekarang, misalnya House of Wonders dan Istana Sultan di Zanzibar City. 

Baca Juga: Sejarah Anglo-Zanzibar, Perang Tersingkat dalam Sejarah

Juan A. Soedjatmiko Photo Verified Writer Juan A. Soedjatmiko

Mohon maaf apabila terdapat kesalahan informasi atau kata dalam artikel

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya