5 Tradisi Pengorbanan di Peradaban Kuno Dunia, Objeknya Manusia Semua!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sudah menjadi suatu hal yang umum jika tradisi kurban menggunakan binatang seperti halnya sapi, kerbau, domba, kambing, babi, dan lainnya. Di zaman kuno berkorban tak hanya dengan binatang, namun juga dengan manusia. Tradisi pengorbanan manusia dahulu seolah sudah menjadi keharusan karena memang merupakan persembahan untuk dewa maupun raja.
Sejak zaman Mesir kuno hingga sekitar abad pertengahan masehi ada beberapa suku atau kelompok masyarakat tradisional yang menerapkan tradisi pengorbanan manusia. Untuk lebih jelasnya simak penjelasannya berikut ini.
1. Tradisi pengorbanan suku Aztek abad 15-16 Masehi
Dilansir laman History, masyarakat suku Aztek percaya bahwa dewa matahari yang mereka sembah yakni Huitzilopochtli sangat penting bagi kehidupannya. Dewa itu merupakan penolongnya dalam memerangi kegelapan. Oleh karena itu, mereka selalu memberikan pengorbanan berupa hati dan darah manusia kepada Huitzilopochtli agar tetap bisa hidup dengan baik tanpa adanya bayang-bayang kegelapan.
Bahkan beberapa orang rela berbondong-bondong menuju altar kuil untuk mengorbankan dirinya sendiri. Kala itu bisa berkorban untuk sang dewa merupakan kebanggan tersendiri. Dengan begitu, mereka juga percaya bahwa nanti di alam akhirat akan memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Ritual pengorbanan manusia di masyarakat Aztek juga dilakukan pada momen atau tanggal-tanggal tertentu. Seperti yang dikatakan antropolog Universitas Tulane, John Verano bahwa itu dilakukan sepanjang tahun. Seperti halnya pada saat upacara pelantikan penguasa daerah yang baru di Templo Mayor.
Sadisnya lagi, mayat korban yang sudah diambil hati dan darahnya kemudian diserahkan kepada penguasa setempat. Pasalnya, menurut penemuan arkeolog mereka juga mempraktikkan kanibalisme. Dengan memakan daging manusia dari pengorbanan tersebut bisa mendekatkan diri dengan sang dewa.
2. Tradisi pengorbanan di masyarakat suku Maya kuno
Masyarakat suku Maya zaman kuno yang hidup pada masa periode klasik tahun 200-900 Masehi sampai kedatangan bangsa Spanyol mempunyai tradisi pengorbanan manusia yang sadis.
Menurut catatan laman Sites.psu.edu, seorang pendeta Katolik Spanyol bernama Dieogo de Landa pada abad ke-16 mencatat ritual mengerikan tersebut. Menurutnya, calon korban akan berkumpul di sebuah altar yang luas. Dalam kondisi telanjang, tubuh mereka akan dibaluri cat berwarna biru. Korban kemudian diletakkan di tempat eksekusi dalam keadaan terikat, dimana di sana sudah algojo dan para pemanah.
Sadisnya, korban dieksekusi dengan cara dipotong tubuhnya di bagian tengah lalu diambil hati dan darahnya untuk dijadikan sesembahan pendeta bagi berhala yang disembahnya. Sedangkan mayatnya yang masih tersisa dilemparkan ke jurang. Hal mengerikan itu konon menjadi tontonan banyak orang. Metode pengorbanan yang paling umum lagi dilakukan masyarakat Maya adalah dengan memenggal kepala korban lalu mengambil jantungnya.
Adapun korbannya biasanya berasal dari tawanan perang yang sengaja dijadikan objek pengorbanan untuk merayakan kemenangan. Selain itu juga ada budak yang dikorbankan untuk sesembahan kepada dewa agar terhindar dari bencana dan wabah.
3. Tradisi pengorbanan masyarakat Celtik di Romawi
Editor’s picks
Masyarakat Celtik yang hidup pada zaman besi (sekitar tahun 800 SM – 100 Masehi) umumnya mendiami wilayah Inggris dan Perancis. Menurut laman Ancient Origins, mereka memiliki tradisi pengorbanan manusia yang unik yaitu membakar manusia yang sudah dimasukkan dalam anyaman jerami berbentuk manusia raksasa.
Julius Caesar menulis dalam catatannya berjudul Gallic Wars bahwa masyarakat suku Celtik terbiasa melakukan pengorbanan manusia. Mereka adalah tawanan perang dan penderita penyakit parah hingga penjahat. Pengorbanan tersebut dimaksudkan untuk memberikan sesembahan kepada dewa abadi agar diberi pengampunan, meminta kemenangan dalam peperangan, hingga dijauhkan dari wabah penyakit.
Konon, korban yang berasal dari kalangan penjahat lebih diutamakan karena dipercaya lebih diterima dan disukai sang dewa. Meskipun begitu, ada pula beberapa masyarakat tak bersalah yang ikut serta menjadi korban sesembahan mengerikan itu.
4. Tradisi penguburan paksa di lingkungan Kekaisaran China kuno
Dilaporkan laman SCMP, ritual pengorbanan manusia di China kuno terjadi sejak zaman dinasti Shang (1600-1046 SM) dan baru berhenti pada masa dinasti Qing. Mereka biasanya memenggal kepala hingga membakar hidup-hidup manusia untuk sesembahan kepada dewa. Tujuannya adalah untuk menenangkan para dewa dan roh nenek moyang mereka.
Pada masa dinasti Shang, pengorbanan manusia sering dilakukan untuk kampanye kemiliteran dan ritual pemakaman kaisar. Seperti yang terjadi pada saat kematian kaisar Duke Mu dari Qin, dimana ada 177 orang yang dan dikubur hidup-hidup bersamanya. Mereka yang menjadi objek pengorbanan umumnya adalah istri, selir, budak, dan anak-anak. Diantaranya ada yang melakukan secara suka rela dan ada pula yang dipaksakan, seperti halnya yang dilakukan keluarga kaisar dinasti Han.
Tradisi mengerikan itu berlangsung sangat lama dan memang seperti selalu dilestarikan dari dinasti satu ke yang lainnya. Barulah pada tahun 1673 tepatnya masa pemerintahan raja Kang Xi dari dinasti Qing praktek pengorbanan manusia tersebut dihentikan.
5. Tradisi pengorbanan di Mesir kuno
Dilansir laman World History Encyclopedia, ada dua jenis pengorbanan manusia yaitu untuk sesembahan alam semesta dan untuk fir’aun. Pertama, umumnya mengorbankan para penjahat dan tawanan perang. Mereka dibunuh secara sadis sebagai bentuk hukuman. Selain itu juga bertujuan agar kehidupan di alam semesta itu tetap seimbang.
Kedua, objek pengorbanan adalah pengikut atau pelayan fira'un. Masyarakat Mesir kuno meyakini bahwa segala apa yang menjadi milik fira'un di dunia, akan menjadi miliknya di akhirat. Dengan begitu, saat fira'un meninggal, semua pengikut, pelayan, selir, dan istri hingga harta bendanya harus ikut dikuburkan. Itu artinya, semua pelayan ataupun pengikutnya harus dikubur hidup-hidup atau minimal dibunuh sekaligus saat sang raja meninggal.
Praktek pengorbanan mengerikan semacam itu bermula pada masa pemerintahan Fir’aun Naqada II (3500-3200 SM). Bahkan pengorbanan semacam itu meluas ke Nubia yang didominasi kekuasaan Mesir kuno. Kemudian terus berlanjut berlanjut sampai ribuan tahun kemudian dan baru berakhir sekitar abad ke-6 Masehi.
Itulah beberapa ritual pengorbanan manusia yang paling mengerikan dalam sejarah. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang sudah terjadi di beberapa masyarakat kuno tadi.
Baca Juga: 5 Fakta Lembah Para Raja, Makam Para Firaun Era Kerajaan Baru Mesir
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.