Shirin Ebadi, Wanita Muslim Pertama Peraih Penghargaan Nobel

Namun tidak terlalu dihargai negaranya

Tahun 2003 dunia dikejutkan dengan seorang wanita muslim pertama sekaligus tokoh pertama negaranya yang mendapatkan penghargaan Nobel. Wanita tersebut berprofesi sebagai pengacara yang memperjuangkan hak asasi khususnya wanita dan anak yang ada di negaranya, Iran.

Perjuangannya yang vokal tersebut menarik perhatian dunia dan menjadi banyak panutan wanita muslim, khususnya memperjuangkan hak asasi mereka. Sangat terinspirasi, inilah fakta yang terkait dengan wanita yang berhasil membuka mata dunia ini.

1. Keluarga Shirin Ebadi terlahir dari kalangan pelajar

Shirin Ebadi, Wanita Muslim Pertama Peraih Penghargaan Nobelpsu.edu

Tidak ada yang menyangka, bahwa didikan sang keluarga menjadikan Shirin Ebadi menjadi seorang yang vokal. Terlahir dari muslim cendikiawan, Shirin Ebadi sejak kecil telah mendapatkan pengetahuan hukum dari sang ayah yang merupakan seorang dosen hukum sekaligus penulis. Shirin Ebadi merupakan wanita yang lahir di Hamadan, Iran, pada tanggal 21 Juni 1947.

Saat di Hamadan, sang ayah bernama Mohammad Ali Ebadi bekerja sebagai kepala registrasi di tempat kelahirannya tersebut. Setahun setelah kelahirannya, mereka pun pindah ke Teheran. Shirin Ebadi sendiri memiliki tiga saudara yang keseluruhannya memiliki pendidikan tinggi seperti sang ayah. Di balik itu semua, terdapat juga didikan sang ibu bernama Minu Yamini yang mendukung karir anak-anaknya.

2. Tidak jauh dari sang ayah, Shirin Ebadi melanjutkan pendidikannya sebagai sarjana hukum di Universitas Teheran

Shirin Ebadi, Wanita Muslim Pertama Peraih Penghargaan Nobeliranhumanrights.org

Seperti pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, Shirin Ebadi mewariskan bidang hukum sang ayah. Ia merampungkan pendidikan selama 3,5 tahun di Universitas Teheran pada tahun 1965 hingga tahun 1969. Setelah menamatkan pendidikan sarjananya, ia pun magang di dinas kehakiman selama enam bulan sampai akhirnya menjadi seorang hakim di tahun yang sama.

Sembari menjadi hakim, ia juga melanjutkan pendidikannya di universitas yang sama dan berhasil mendapatkan gelar doktor. Pada tahun 1975, ia menjadi ketua pengadilan kota Teheran sampai bergulirnya revolusi Iran tahun 1979. Shirin Ebadi berhasil mencetak sejarah sebagai hakim pertama wanita di negaranya.

3. Dampak revolusi Iran pada karirnya

Shirin Ebadi, Wanita Muslim Pertama Peraih Penghargaan Nobeliranhumanrights.org

Pada tahun 1979, tahta Reza Pahlevi dalam memerintah Iran dilengserkan oleh seorang tokoh bernama Ayatullah Khomeini yang ingin memperjuangkan revolusi Islam. Akibat dari revolusi tersebut, berdampak pada karir Shirin Ebadi yang pada saat ini masih menjabat sebagai ketua hakim. Karena wanita tidak bisa menjabat sebagai hakim, ia bersama para hakim wanita memprotes kebijakan tersebut. Sayangnya, tuntutan mereka itu tidak terpenuhi dan Shirin Ebadi memilih pensiun dini.

Dari pensiunan tersebut, ia memilih menjadi seorang pengacara walau izin kerjanya baru disahkan pada tahun 1992. Sembari menjadi praktisi hukum, ia juga mengajar di almamaternya dan menjadi penulis di beberapa makalah. Tidak lupa juga, Shirin Ebadi memperjuangkan hak-hak wanita dan anak-anak yang ada di negaranya.

Baca Juga: Vivianne Miedema, Dara Muda nan Berbahaya Milik Timnas Wanita Belanda

4. Menjadi seorang tahanan karena tindakan vokalnya

Shirin Ebadi, Wanita Muslim Pertama Peraih Penghargaan Nobelthestar.com

Sepanjang karirnya sebagai pengacara, terdapat banyak kasus yang ditanganinya. Dari kesekian kasus, tentang pembunuhan dan pelecehan wanita banyak ditanganinya. Dalam menangani kasus, banyak hukum Iran yang kurang mendukung kaum wanita.

Shirin Ebadi pun lantas mewadahi para korban dengan didirikannya lembaga bantuan hukum seperti Society for Protecting the Rights of the Child/ Masyarakat untuk Melindungi Hak Anak (SPRC) di tahun 1994 dan Defend of Human Rights Center/ Pembela Pusat Hak Asasi Manusia (DHRC) di tahun 2001.

Salah satu kasus hukum yang membuat Shirin Ebadi ditahan adalah tindakannya yang membagikan bukti pembunuhan mahasiswa Universitas Teheran yang dibunuh pejabat pemerintah pada tahun 1999. Akibatnya, ia dipenjara selama tiga minggu pada tahun 2000. Selain menjadi tahanan, ia pun tidak bisa melakukan praktik hukum selama lima tahun dan dikenakan denda.

5. Perjuangannya yang tidak sia-sia mengantarkannya sebagai peraih penghargaan Nobel

Shirin Ebadi, Wanita Muslim Pertama Peraih Penghargaan Nobelnobelprize.org

Perjuangan daru istri dari Javad Tavassolian dan ibu dua putri ini membuahkan hasil. Pada saat namanya mencuat pada penghargaan Nobel, banyak orang yang tidak menyangka. Pada saat itu, tokoh favorit yang diajukan sebagai kandidat Nobel adalah Paus Yohanes Paulus II.

Mengingat perjuangan Shirin Ebadi yang sangat vokal terhadap kesejahteraan wanita dan anak-anak, penghargaan pun jatuh di tangannya. Sejak saat itu, ia berhasil mencetak sejarah pernobelan setelah Marie Curie yang meraih dua penghargaan Nobel kimia dan fisika.

Meskipun mendapatkan penghargaan Nobel, bukan berarti ia dihargai. Secara keseluruhan, dunia memuji keberhasilannya namun di negaranya, memang memujinya, tetapi mereka lebih menginginkan masyarakatnya mendapatkan penghargaan Nobel sains dan sastra. Selain itu, penampilannya tidak memakai cadar pada saat mendapatkan Nobel dikritik. Shirin Ebadi tidak ambil pusing dan tetap pada tujuannya untuk memperjuangkan hak-hak wanita dan anak-anak.

6. Kehidupan setelah meraih penghargaan Nobel

Shirin Ebadi, Wanita Muslim Pertama Peraih Penghargaan Nobelnobelprize.org

Sejak mendapatkan penghargaan Nobel, ia pun sering diundang ke luar negeri sebagai pembicara ataupun pengajar. Kegiatan sebagai pembela hak asasi tidak pernah putus. Ia terus memperjuangkan hak asasi sekaligus membela tahanan politik. Akibatnya, lembaga hukumnya ditutup pada tahun 2008.

Setahun kemudian, medali Nobel dan penghargaan lain Shirin Ebadi diambil oleh pemerintah Iran. Akibat dari itu, Shirin Ebadi pun mengungsi ke Inggris. Meskipun tinggal di pengasingan, Shirin Ebadi tetap menyerukan hak asasi manusia yang ada di negaranya.

Perjuangan Shirin Ebadi dalam membangun negaranya patut diancungi jempol. Ia telah menjadi pahlawan yang menggalakan program emansipasi dan menenggakkan keadilan yang ada di negaranya. Tindakan Shirin Ebadi yang berani ini dapat dijadikan contoh bagi wanita khususnya untuk menyerukan cita-citanya.

Baca Juga: Panutan! Ini 5 Tokoh Perempuan yang Meraih Penghargaan Nobel

Kristi Ani Photo Verified Writer Kristi Ani

Apa?

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya