Hujan Meteor Alpha Centaurid, Bisa Diamati Sebelum Valentine

Puncaknya pada 8 Februari

Langit Februari akan kembali dihiasi dengan fenomena langit, nih, Guys. Kali ini penduduk bumi berkesempatan menikmati puncak hujan meteor Alpha Centaurid. Dilansir akun Instagram resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Indonesia, peristiwa ini akan berlangsung pada 8 Februari 2023.

Lantas, dari mana datangnya guguran meteor ini? Yuk, kenalan dulu dengan Alpha Centaurid!

Hujan meteor Alpha Centaurid

Tertarik mengamati fenomena langit di awal bulan ini? Masukkan hujan meteor Alpha Centaurid ke kalendermu. Kejadian tahunan ini aktif sejak 28 Januari hingga 21 Februari dan puncaknya diperkirakan berlangsung pada 8 Februari. 

In The Sky mengungkapkan, hujan meteor ini mungkin tidak akan terlihat sebelum pukul 21.24 malam. Namun, selanjutnya, gugurannya akan tetap aktif hingga fajar, sekitar pukul 05.07 pagi. 

American Meteor Society sendiri mengelompokkan Alpha Centaurid sebagai hujan meteor minor. Peristiwa ini dapat menghadirkan 2 hingga 10 guguran meteor per jam ketika mencapai aktivitas maksimum.  

Dilansir Starwalk Space, hujan meteor ini umumnya terlihat di bumi bagian selatan hingga 32°LU. Alasannya, sumber titik pancuran yang hanya pada 30 derajat dari kutub selatan. Selain itu, adanya deklinasi cahaya membuat meteor-meteor ini tidak terlihat dengan baik di belahan bumi utara.

Sumbernya yang seolah berasal dari konstelasi Centaurus juga menjadikan peristiwa ini dinamakan Alpha Centaurid. Konstelasi ini merupakan konstelasi terbesar kesembilan di langit yang terkenal sebagai 'rumah' Alpha Centauri alias bintang terdekat dengan tata surya. Lokasi tepat dari pancarannya berada di 4 derajat barat laut dari bintang Hadar (beta Centauri). Ini juga yang menjadikan hujan meteor Alpha Centaurid paling bisa diamati di belahan bumi selatan.

Baca Juga: Hujan Meteor Ursid, Hiasi Langit Malam 23 Desember 2022

Pengamatan hujan meteor Alpha Centaurid

Hujan Meteor Alpha Centaurid, Bisa Diamati Sebelum Valentineilustrasi hujan meteor (unsplash.com/@joesphotography)

Dilansir Meteor Shower Online, penemuan pancaran ini dikaitkan dengan M. Buhagiar dari Australia Barat. Buhagiar melakukan pengamatan dari kedua pancaran Centaurid selama 1969-1980. Dalam Southern Hemisphere Meteor Stream List yang terbit 1980, Buhagiar mencantumkan dua pancaran yang mencapai batas maksimum pada 7 Februari.

Selama tahun 1979, anggota Western Australia Meteor Section (WAMS) ini berhasil mengamati Alpha Centaurid sepanjang 2-18 Februari. Pada pengamatan tersebut, peneliti mencatat puncak gugurannya terjadi pada 7 Februari.

Kelompok yang sama juga mengamati anggota Alpha Centaurid selama 2-24 Februari pada 1980. Hasilnya, mereka mencatat bahwa puncak maksimum terjadi pada 8 Februari. 

Dari beberapa pengamatan tersebut, ilmuwan pun menganggap bahwa Alpha Centaurid tampaknya merupakan hujan meteor yang konsisten. Hal tersebut tergambarkan dari waktu puncak hujan meteor dan jumlah guguran setiap pengamatannya. 

Cara menikmati Alpha Centaurid

Dilansir Langit Selatan, posisi bulan pada 4 Februari sedang berada di titik terjauh dengan bumi alias apogee. Jaraknya mencapai 406.476 kilometer. Akibatnya, tampilan bulan akan terlihat tujuh kali lebih kecil daripada biasanya. Bahkan, cahayanya pun 15 persen lebih redup. Posisi tersebut disusul oleh fase bulan purnama yang akan muncul pada 6 Februari.

Setelah menjauh, bulan akan kembali di titik terdekat dengan bumi alias perigee pada 19 Februari dengan jarak 358.267 kilometer. Fase ini sedang menuju bulan baru, tetapi baru betul-betul terjadi bulan baru pada 20 Februari. 

Fase purnama yang baru terjadi membuat puncak hujan meteor Alpha Centaurid mungkin sedikit terhalangi oleh sinar bulan. Meski demikian, kamu tetap dapat mengamati fenomena langit ini hingga tanggal 14 untuk mendapatkan guguran meteor selama aktivitasnya masih cukup tinggi.

Hujan meteor Alpha Centaurid mungkin gugurannya tidak banyak. Jadi, kalau pengin melihatnya, cari lokasi yang tak berawan dan tidak hujan, ya. 

Baca Juga: Hujan Meteor Quadrantid: Asal Guguran dan Puncaknya

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya