Sejarah Candi Prambanan: Peninggalan Hindu dan Kisah Roro Jonggrang

Katanya ada 1.000 candi, benarkah?

Menurut legenda, sejarah Candi Prambanan dibangun atas permintaan Roro Jonggrang yang menginginkan 1.000 candi dalam waktu semalam. Raden Bandung Bondowoso yang saat itu lagi bucin-bucinnya, menuruti permintaan sang ‘calon’ kekasih. 

Konon, ia menggerakkan pasukan jin untuk membangun candi tersebut semalaman. Namun, pada akhirnya tetap gak berhasil, karena hanya jadi 999 candi setelah ayam berkokok. Nah, itu cerita legendanya, bagaimana dengan sejarah sebenarnya?

Sejarah Candi Prambanan, bukti kejayaan Hindu di tanah Jawa

Sejarah Candi Prambanan: Peninggalan Hindu dan Kisah Roro Jonggrangilustrasi Candi Prambanan (unsplash.com/findracadabra)

Berdiri kokoh di sisi timur Yogyakarta, kamu akan dengan mudah menemukan candi ini di pinggir jalan arah ke Klaten. Kompleks candi yang jadi situs warisan dunia UNESCO pada 1991 ini, memiliki taman luas dengan pagar hijau. Bangunan utamanya sedikit terlihat dari jalan raya.

Membicarakan sejarah Candi Prambanan, mengajakmu kembali ke abad ke-8 Masehi, awal mula bangunan megah ini digunakan. Candi Prambanan sendiri diketahui, diresmikan pada pemerintahan Kerajaan Medang Mataram atau Mataram Kuno. 

Menurut candrasengkala, rumusan penanggalan pada prasasti Siwagrha menunjukkan tahun peresmian candi, tepatnya pada 778 Saka atau 856 Masehi. Dilansir Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta milik Kemdikbud, peresmian dilakukan oleh seorang raja bernama Jatiningrat. Sayangnya, gak ada informasi lebih lanjut terkait siapa sosok ini.

Sementara, situs Perpustakaan Nasional Indonesia, menuliskan pembuatan atau peresmian Candi Prambanan diduga berlangsung pada pertengahan abad ke-9. Pada tahun tersebut, kerajaan Medang Mataram dipimpin oleh raja dari Wangsa Sanjaya, Raja Balitung Waya Sambu. Sumber ini merujuk pada prasasti serupa yang saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta.

Sejarah pembangunan Candi Prambanan

Sejarah Candi Prambanan: Peninggalan Hindu dan Kisah Roro JonggrangCandi Prambanan sebagai salah satu peninggalan kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Hindu (pixabay.com/denysabri)

Informasi yang ada hanya sebatas perkiraan dan interpretasi ahli berdasarkan prasasti yang ditemukan. J.G de Casparis, seorang filolog asal Belanda, menyampaikan, seenggaknya ada tiga poin penting dalam prasasti Siwargrha.

Pertama, Prasasti Siwagrha merupakan prasasti yang menggunakan bahasa Jawa Kuno, berisi peristiwa sejarah yang terjadi pada abad IX Masehi dan menyebutkan gugusan candi. Kedua, peresmian kapan pembangunan Candi Prambanan yang bertujuan sebagai bangunan suci untuk Dewa Siwa.

Poin tersebut berkaitan dengan prasasti yang disebut Siwagrha atau Siwalaya. Artinya, 'Rumah Siwa' atau 'Kuil Siwa', yang dikaitkan dengan Candi Prambanan. Ketiga, perintah pembangunan Candi Prambanan setelah tokoh bernama Jatiningrat (diidentifikasi sebagai Rakai Pikatan) menang dari peperangan dan menyerahkan takhtanya kepada Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. 

Pendapat lainnya dari Boechari mengartikan, 'uparata' dalam prasasti sebagai kata mangkat atau wafat. Artinya, pembangunan sejarah Candi Prambanan ditujukan sebagai dharma atas mangkatnya Rakai Pikatan. Pendapat kedua ini, dikuatkan dengan isi dari prasasti Wanua Tengah IIIyang berisi pengangkatan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala, setelah kematian Rakai Pikatan.

Identifikasi ahli juga menunjukkan bahwa prasasti yang sama menyebutkan proses pengalihan aliran sungai setelah kuil Siwa (Siwalaya) selesai dibangun. Selain itu, disebutkan juga bahwa telah diresmikan tanah batas-batas percandian dan penetapan sawah-sawah menjadi swah dharmma bagi rumah Siwa. 

Hal tersebut membuat ahli sepakat bahwa yang dimaksud dalam prasasti Siwagrha merupakan Candi Prambanan. Dengan bukti geografis adanya gugusan candi Hindu (dibuktikan dengan arca) yang bangunan pusatnya dipagari dengan tembok keliling dan candi-candi perwara. Lalu, letaknya berhimpit dengan aliran sungai yang kini diberi nama Sungai Opak. 

Baca Juga: Masih Misterius, 8 Teori Unik Pembangunan Candi Borobudur

Candi Prambanan dan Hindia Belanda

Sejarah Candi Prambanan: Peninggalan Hindu dan Kisah Roro Jonggrangilustrasi peninggalan kerajaan Mataram Kuno (dok. Museum Nusantara)

Fast forward, setelah zaman kerajaan berlalu dan masuk era kolonialisme, sejarah Candi Prambanan sedikit terlupakan. Kemegahannya baru kembali dilirik setelah C.A. Lons melaporkan penemuan kembali reruntuhan Candi Prambanan. Pada 1773, ia menemukan bagian terbesar Candi Syiwa. 

Upaya penggalian pertama selesai pada 1885, cukup lama setelah penemuannya. Proyek ini berada di bawah kendali Groneman dengan aktivitas menghilangkan rerumputan serta mengelompokkan kembali baru-baru reruntuhan candi.

Proses pemugaran dimulai kembali pada 1902 oleh van Erp. Pada era ini, batuan Candi Prambanan dikelompokkan dengan lebih spesifik. Lanjut pada tahun 1918, pemugaran kembali dilakukan di bawah pengawasan Dinas Purbakala Hindia-Belanda atau Oudheidkundige Dienst, yang dipimpin oleh P.J. Perquin. Tahapan ini menghasilkan rekonstruksi Candi Syiwa.

Lanjut pada 1926, di bawah pimpinan De Haan, melanjutkan perkembangan yang dikerjakan Perquin. Candi Syiwa pun makin disempurnakan dan mulai rekonstruksi Candi Apit. Setelah meninggalnya De Haan, pemugaran dilanjutkan oleh V.R. van Romondt pada 1932 dan merampungkan konstruksi Candi Apit.

Proses pemugaran oleh Hindia Belanda ini terhenti pada 1942, saat calon negara Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Perbaikan baru dilanjutkan setelah perang dan pengalihan pemerintahan dan berhasil menyelesaikan dua Candi Apit pada 1953.

Denah dan bangunan Candi Prambanan

Sejarah Candi Prambanan: Peninggalan Hindu dan Kisah Roro Jonggrangilustrasi Candi Prambanan (pexels.com/Pixabay)

Denah komplek Candi Prambanan asli berbentuk persegi panjang. Keseluruhan area terbagi menjadi tiga bagian, Jaba (bagian luar), Tengahan (bagian tengah), dan Njeron (bagian dalam). 

Bagian luar merupakan area pagar bebatuan yang kini tinggal reruntuhannya. Seluruh area njaba memiliki luas sekitar 390 meter persegi. Saat ini, pelataran luar tinggal area kosong saja. Gak diketahui apakah sebelumnya pernah ada bangunan atau hiasan lain.

Pelataran tengah berbentuk persegi dengan luas 222 meter persegi. Mirip dengan pelataran depan, tengahan juga memiliki pagar yang telah runtuh. Bagian tengah ini memiliki empat teras berundak.

Di teras terbawah yang paling kecil, ada 68 candi kecil berderet melingkar yang saling terhubung antar pintu. Teras kedua terdapat 60 candi, ketiga 52 candi, dan teratas ada 44 candi. Namun, nyaris seluruh bangunan candi telah hancur dan tersisa reruntuhan batunya saja.

Di pelataran belakang, terdapat dua candi yang berdiri tegak membujur dari utara dan selatan. Di barisan barat, terdapat tiga candi menghadap timur. Yang paling utara bernama Candi Wisnu, di tengah ada Candi Syiwa, dan selatan ada Candi Brahma. 

Di sebelah timur, ada tiga buah candi yang disebut sebagai wahana (kendaraan). Disebut demikian karena masing-masing candi diberi nama kendaraan dewa, seperti Candi Garuda kendaraan Wisnu, Candi Nandi (lembu) kendaraan Syiwa, dan Candi Angsa kendaraan Brahma. 

Masing-masing candi memiliki denah yang sama. Berbentuk bujur sangkar dengan luas 15m2 dan tinggi 25m. Di ujung utara dan selatan lorong penghubung candi juga terdapat candi lain yang disebut Candi Apit. 

Dilansir Badan Otorita Borobudur, jumlah keseluruhan candi di kompleks Prambanan berkisar sekitar 240 bangunan dengan berbagai ukuran. Namun, yang berhasil dipugar hanya 18 candi dan sisanya dalam bentuk batuan yang berserakan. 

Meski bukan berjumlah 1.000 candi, kisah kegagalan Bandung Bondowoso sangat melekat di hati masyarakat Indonesia terkait sejarah Candi Prambanan. Termasuk pula, kutukan Roro Jonggrang menjadi arca. Hingga saat ini, Arca Roro Jonggrang masih bisa dijumpai di kawasan Candi Prambanan. Nah, menurutmu, apakah legenda tersebut benar-benar terjadi?

Baca Juga: 7 Lukisan Raden Saleh yang Memesona di Mata Dunia, Fenomenal Lho!

Topik:

  • Laili Zain Damaika
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya